Bab 26 Elmer R. Gates

330 49 0
                                    

Elmer R. Gates - Amerika || Penemu Busa Pemadam Kebakaran

Terkadang rasa sayang dan kebencian terasa serupa. Keduanya memiliki pola yang sama dan berakhir dengan air mata.

°°DC°°

Meski telah terbiasa berjalan dari sekolah menuju asrama, tetap saja Kara akan merasa kelelahan. Keringat di dahinya serta napas pendek yang ia hembuskan, cukup menjadi jawaban bahwa perempuan itu telah kehilangan banyak energi.

Seperti biasa ia dan Fanya akan memborong makanan di mini market yang ada di jalan antara sekolah dan asrama. Untunglah setelah menjelaskan kondisi yang dialaminya, Fanya sudah tidak marah dan lebih memahami sudut pandangnya.

Kara sangat beruntung karena Fanya mendukung keputusan yang ia ambil, bahkan sahabatnya itu bersedia turut andil untuk membantu.

"Jadi apa rencana lo sekarang?" Tanya Fanya mengambil susu cokelat yang sedang Kara minum.

"Fanyaaa!"

Tentu saja gadis yang saat ini menghiasi rambutnya dengan bandana merah muda itu berusaha mengambil kembali minuman kesukaannya.

"Tepat di pemakaman, seseorang memberikan catatan yang sepertinya akan memberikan jawaban tentang kejadian yang menimpa kak Lisa," tutur Kara setelah berhasil mengambil kembali minuman dengan bentuk kotak tersebut.

"Udah dapat apa aja?" Lagi-lagi Fanya bertanya.

Sembari berbincang, tanpa sadar mereka telah berada di depan pintu Briniac House. Terlihat beberapa remaja yang dipastikan satu angkatan dengan mereka, berjalan mendahului.

Kara mendekatkan tubuhnya pada Fanya, seolah kalimat yang akan diucapkan adalah hal yang tidak boleh terdengar oleh telinga orang lain.

"Catatan rahasia," bisik Kara kemudian berjalan mendahului Fanya.

Manusia adalah mahkluk yang paling mudah terpancing rasa ingin tahu, satu tetes air bisa berubah menjadi banjir dalam satu waktu. Keingintahuan yang besar itulah juga yang membuat peradaban semakin berkembang. Tapi untuk saat ini, terlalu berat jika membicarakan masalah peradaban. Pernyataan singkat Kara saja, sudah berhasil membuat Fanya penasaran sampai ubun-ubun.

Perempuan itu berlari mengejar temannya dan berkata, "Kara! Lo ngerjain gue ya?!"

Kara berjalan mundur sembari tertawa cekikikan. Satu pancingan, Kara hanya butuh satu pancingan untuk membuat Fanya berteriak kesal. Ternyata cukup menyenangkan menjahili Fanya, tentu saja hal itu ia pelajari dari mantan teman sekamarnya yang super jahil itu sendiri. Senjata makan tuan.

Tanpa sengaja Kara yang berjalan mundur merasa tubuhnya menabrak seseorang, ia langsung berbalik dan memeriksa wanita yang ia tabrak.

"Maaf, Kara nggak sengaja."

Senyum yang awalnya mengembang seketika memudar, belum lekas pergi ketakutannya, ia dibuat tercengang ketika wanita yang ia tabrak menyampirkan rambutnya ke belakang telinga.

"Bukanya Kara udah janji jadi anak yang baik?" Tanya perempuan itu menunjukkan raut kecewa.

Kara tertunduk, tubuhnya kaku bahkan ketika wanita tersebut menarik minuman dan katong belanjaan di tangannya, Kara tetap tertunduk ketakutan.

"Sejak kapan kamu makan makanan seperti ini?"

Terdengar suara langkah kaki berhenti di samping tubuh Kara, jangankan menoleh bergerak saja ia kesulitan. Kara tentu mengetahui kesalahan yang telah ia lakukan, hal itu membuat seluruh kalimat pembelaan menghilang dari pita suaranya.

DIAMOND CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang