Cornelius van Drebbel - Belanda || Penemu Kapal Selam
Berusaha mengabaikan segala hal adalah cara terbaik membunuh diri sendiri.
°°DC°°
Dengan menyebutkan rambut blonde bergelombang atau siswi jenius berparas ayu, semua siswa Briniac High School pasti akan tahu tertuju pada siapa panggilan tersebut. Satu-satunya siswi yang mampu membuat murid lain merasa iri dan kagum dalam waktu bersamaan.
Sayangnya, selain terkenal dengan kecerdasannya, ia juga dikenal sebagai si paling bar-bar dan tak kenal takut. Ditindas? Kata-kata itu sudah menghilang dari kamus hidupnya. Lagipula tidak ada yang berani berurusan dengannya selagi ingin hidup tenang di Briniac High School.
Kalissa, begitulah panggilan perempuan rambut blonde itu. Ketua IMDA yang terkenal dengan ketegasan dan masalah-masalah yang melibatkannya.
"BANCI LO BERANI SAMA CEWEK?" Suara lantang tersebut berhasil menghentikan seorang siswa yang tengah menarik kerah gadis berkacamata menutupi matanya yang basah.
"Jangan ikut campur!" Lelaki itu semakin mengeratkan cengkeramannya.
Perempuan rambut blonde itu menyunggingkan senyum, jelas siapapun yang melihat senyuman itu akan bergidik ngeri. Jika tatapan tajam penuh intimidasi disertai senyum menyeringai telah hadir di wajah perempuan itu, maka siapapun yang berurusan dengannya pasti akan berlutut menyesal.
Langkah lincah berlari seperti tengah melayang di udara, tangan terkepal kuat mengayun tepat di wajah lelaki tersebut. Dalam hitungan detik, suara benturan keras terdengar diikuti teriakan dari gadis berkacamata yang langsung membekap mulutnya.
Perkelahian tidak dapat dihindari. Meski ia seorang perempuan, bukan alasan untuk menjadi lemah. Kalissa tak pernah tahan melihat ketidakadilan, matanya yang suci tak mentolerir apapun bentuk kecurangan. Baiklah cukup hiperbola namun begitulah adanya, seperti seorang dewi keadilan, Kalissa akan berdiri di barisan terdepan untuk kebenaran.
Setelah terlibat perkelahian sengit diakhiri para pengganggu berlutut menyesal, kini hanya mereka berdua yang tersisa.
Kalissa mengibaskan rambutnya yang cukup berantakan kemudian menggulungnya secara sembarangan, gerakannya sangat lincah, tatapannya tajam dan wajah yang sangat memesona. Bagaimana siswa Briniac tak mengidolakannya, dia terlalu sempurna untuk disaingi.
"Berusahalah kuat, menjadi lemah nggak akan buat superhero datang buat bantu lo," tuturnya tak terbantahkan.
"Terimakasih, Kak. Maaf selalu buat kakak terlibat masalah," ujar perempuan berkacamata itu menyesal.
"Lain kali atasi sendiri!" titah Kalissa hendak meninggalkan gadis yang pucat ketakutan itu.
"Kak, aku ... itu ... boleh nggak aku gabung IMDA?" tanya perempuan itu.
Wajah kaku yang hendak melangkah pergi itu berubah melengkungkan kurva di bibirnya, ia berbalik dan berjalan mendekati perempuan yang kini menundukkan kepala.
"Sure! Dengan senang hati, Aqira. Mulai hari ini lo resmi jadi bagian IMDA."
°°DC°°
Tabung reaksi dengan sebuah kertas yang perempuan itu genggam membuatnya terpejam perlahan.
"Lo ngerti kan?" tanya lelaki yang menyilangkan kedua tangannya di depan dada sembari bersandar pada dinding.
Ruangan dengan suara lemari asam di pojok ruangan sebagai pengiring pembicaraan ketiga anggota IMDA tersebut.
Aqira mengangguk, sementara Sera mulai memindahkan larutan asam kuat yang ada di dalam lemari asam ke dalam keranjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND CLASS
Teen Fiction∆ HATI-HATI KETULARAN AMBIS Tidak semua diam berarti tidak mengerti. Shennalight 2023 Menjadi yang terbaik dan sekolah di tempat terbaik adalah impian setiap orang tua terhadap anaknya. Selain masa depan yang cerah tentunya setiap tangga yang anakny...