Evangelista Torricelli - Italia || Penemu Barometer Air Raksa
Dipertemukan dalam lingkungan yang dekat adalah cara alam berbicara bahwa kisah kita belum usai.
°°DC°°
Sembari melawan kantuk, perempuan dengan rambut sedikit berantakan itu, mengambil ikat rambut yang tergeletak di meja samping tempat tidurnya. Setelah mengikat rambut secara sembarangan, gadis itu berjalan ke luar kamar.
Terlihat jam berputar pelan menunjukkan pukul 05.45 pagi, hal itu membuatnya sedikit heran karena keadaan rumah yang masih sangat sepi. Terdengar langkah yang dihasilkan sendal rumahan miliknya, Flo menuruni tangga dan berusaha mengedarkan pandangan.
"Bik, Mama sama Papa udah bangun?" Tanya Flo pada seorang asisten rumah tangga yang sedang menyapu rumah.
"Eh nak Flo sudah bangun? Bapak sama ibu semalem nggak pulang, katanya nemenin non Cia di rumah sakit."
Sekali lagi, Flo harus memaklumi. Sampai saat ini yang bisa ia lakukan adalah memaklumi bahwa keberadaannya tak begitu terlihat oleh kedua orangtuanya. Bahkan, ketika ia hanya bisa pulang beberapa kali dalam semester ini, mereka tetap tak acuh padanya.
"Bik, nanti kalau ketemu pak Hasan, tolong sampaikan saya mau ke asrama pagi ini."
Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Flo kembali menaiki tangga untuk ke kamarnya. Apa yang di harapkan ketika pulang, semua akan sibuk dengan urusan masing-masing. Flo seharusnya mengerti bahwa Cia membutuhkan kasih sayang yang lebih, tapi rasanya sangat menyakitkan, seperti ada tapi tak pernah terlihat.
Flo masih sangat ingat ketika dulu masih berada di sekolah dasar, saat itu ia sangat bersemangat membawa piala kejuaraan yang ia raih. Namun, bukannya bangga atau terlihat senang, mereka tetap bersikap cuek terhadapnya. Sejak saat itu Flo berhenti menunjukkan piala yang ia raih, membiarkan pak Hasan yang melaporkan kegiatannya tanpa berniat berbicara empat mata baik dengan ayah maupun ibunya.
Keyakinan yang tumbuh dalam dirinya adalah ia hanya perlu berjuang dan menjadi yang paling bersinar, meski tak tahu seperti apa respon yang ia dapat, setidaknya ia telah berjuang memberikan yang terbaik. Setidaknya ketika ia menjadi yang pertama, orangtuanya akan melihat betapa gigihnya ia berjuang.
°°DC°°
Layar pengumuman telah penuh sesak, dikelilingi siswa dan siswi yang penasaran dengan pemeringkatan hasil ujian tengah semester. Setiap beberapa detik layar berganti mulai dari 10 teratas, 20 teratas sampai peringkat terakhir. Layar yang dikhususkan untuk kelas sepuluh tersebut, menghasilkan berbagai ekspresi bagi mereka yang tertulis namanya di sana.
Seolah terbelah menjadi jalan, kerumunan langsung menyingkir melihat kumpulan anak Diamond Class yang berjalan beriringan menuju papan pengumuman. Setiap orang tentu akan terpana dan memberikan jalan pada mereka, seolah mereka ada raja dan ratu yang patut mendapat hak istimewa. Begitulah cara mereka memperlakukan anak-anak yang berasal dari Diamond Class.
Re berada pada barisan laki-laki dengan Alan dan Zio di sampingnya, diikuti Al dan Jo yang terlihat memasukkan tangan ke dalam saku. Sementara itu, anak perempuan Diamond Class tampak berjalan penuh wibawa di belakang barisan dengan Flo sebagai pemimpinnya.
Layar berganti kembali pada pemeringkatan 10 teratas, dapat dipastikan nama mereka tertera di sana.
Flo menelan saliva susah payah, satu angka telah menghancurkan pemeringkatan miliknya. Terlihat berderet angka seratus dari mata pelajaran yang di uji, hanya ada satu mata pelajaran yang membuat nilainya terjun bebas, bahasa Indonesia. Mungkinkah itu terjadi karena ia sulit memahami puluhan pribahasa ditambah kata-kata aneh yang ditemuinya waktu ujian?
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND CLASS
أدب المراهقين∆ HATI-HATI KETULARAN AMBIS Tidak semua diam berarti tidak mengerti. Shennalight 2023 Menjadi yang terbaik dan sekolah di tempat terbaik adalah impian setiap orang tua terhadap anaknya. Selain masa depan yang cerah tentunya setiap tangga yang anakny...