Bab 9 Benjamin Holt

637 88 6
                                    

Benjamin Holt - Amerika serikat|| Penemu Traktor

Yang terlihat benar bisa jadi hanya tipuan dan yang terlihat salah belum tentu sepenuhnya salah.

Note:
Warning! Bab ini mengandung self harm, saya harap kalian bijak membacanya. Please kalo ada masalah dibicarakan jangan dituntaskan dengan menyakiti diri sendiri.

°°DC°°

Waktu akan berjalan cepat jika kita menikmati setiap detik dan akan berjalan lambat ketika menunggu atau merasakan penderitaan.

Meski menunggu adalah kegiatan yang cukup membosankan, tetap saja banyak orang yang betah menunggu hanya karena berbagai alasan.

Seperti yang tengah lelaki itu lakukan di atap Briniac House, lebih dari tiga jam ia menunggu. Meski jam malam akan segera berakhir nampaknya tak ada tanda-tanda orang yang ia tunggu akan datang.

Lima menit lagi jam malam akan berlaku dan ia bisa mendapat sanksi jika melanggar. Mau tak mau ia harus meninggalkan rooftop tanpa hasil apapun.

°°DC°°

Setelah assessment ada banyak hal yang berubah, kelas yang dulunya terasa normal meski lebih banyak waktu yang dihabiskan untuk membaca buku masing-masing kini bak berada di sisi lain sebuah dunia.

Jarak yang dekat, tetapi semua mulut terkunci. Sepertinya hasil assessment pertama benar-benar bagai cambuk untuk mereka, yang berada di peringkat atas berusaha bertahan dan yang di bawah berusaha keras untuk mencapai titik yang lebih tinggi.

Mereka tak munafik, peringkat dan nilai adalah tujuan mereka saat ini. Berusaha menjadi yang terbaik bahkan jika mengorbankan banyak hal termasuk waktu sekalipun. Mereka tak peduli.

"Lo beneran nggak tau, alasannya nggak masuk 3 hari?"

Mungkin jika dihitung pertanyaan itu sudah puluhan kali ditanyakan, Ana benar-benar jengah. Suara buku yang ia tutup berbunyi keras, tatapan tajam dan bibir yang siap mengumpat kini membuat Al tersenyum paksa menyadari kesalahannya.

"Iya, iya, belajar sana. Gue nggak nanya lagi, janji!"

Percuma bertanya pada Ana, temannya itu mana peduli ke mana hilangnya teman satu kamarnya selama tiga hari ini. Al sudah pasti tahu Ana tak berniat ikut campur segala urusan yang Flo lakukan bahkan ketika perempuan itu tak masuk 3 hari.

Sepertinya kepala Ana sudah penuh dengan strategi belajar baik visual maupun verbal, perempuan itu menerapkan berbagai metode yang ia rasa cukup ampuh.

Pagi ini langit sedikit gelap, dilihat dari awan hitam dan dinginnya angin pagi sepertinya tak akan lama lagi turun hujan.

Apakah dengan belajar saja cukup mengejar nilainya yang kosong? Ana tak berbohong, ia benar-benar menggila memikirkan satu nilai assessment yang kosong itu.

Ana tak punya waktu untuk memikirkan ke mana perginya teman sekamarnya meski ia sedikit penasaran, bagi Ana yang paling penting saat ini adalah mengejar ketertinggalan.

Ana berdiri membawa sebuah buku di genggamannya, berjalan melewati deretan kursi dengan orang-orang yang sibuk melakukan kegiatan masing-masing. Semakin melangkah, netra semakin jelas menampakkan lukisan alam dengan perpaduan sempurna pagi ini di balik dinding kaca. Melihat air yang mulai berjatuhan membuat Ana merasa damai dan ... takut dalam waktu bersamaan.

Semakin jauh ia melangkah, lorong yang hanya diisi satu dua orang duduk sembari membaca materi atau memangku laptop berisi jurnal pendidikan adalah pemandangan biasa di Briniac Education. Ana tak bisa berhenti memikirkan segala hal, semua itu menuntunnya hingga sampai di depan ruang Ms. Camelia.

DIAMOND CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang