Blaise Pascal - Prancis || Penemu Mesin Hitung
Ada ribuan pertanyaan yang tak memiliki jawaban, kita tak perlu mencari semuanya dengan tergesa. Cukup bergerak perlahan namun sampai pada tujuan.
°°DC°°
Perasaan yang paling tak bisa dihentikan adalah rasa penasaran, meski terkadang membahayakan. Orang-orang yang memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, tak akan berhenti hanya karena sebuah kemungkinan buruk.
Seperti yang tengah perempuan rambut blonde itu lakukan. Ia sangat penasaran dengan bunyi yang berasal dari salah satu ruangan.
Langkah demi langkah berjalan menyusuri ruangan IMDA, suara yang tertangkap oleh telinganya semakin terdengar jelas. Sebuah ruangan yang terletak di ujung ruang utama menjadi sumber penghasil bunyi.
Seharusnya pagi ini ada pertemuan IMDA untuk melanjutkan riset, jika bukan karena mencari Binar sepertinya Ana akan melewatkan pertemuan hari ini.
Jangan lupakan, Ana merupakan siswi yang punya cita-cita mendapat nilai tinggi tapi sering melupakan hal yang harus ia kerjakan. Bukan sepenuhnya melupakan tetapi ia terlalu mudah terdistraksi oleh hal lain yang ada di sekitarnya.
Perlahan ia mendorong pintu hingga menghasilkan suara gesekan halus pada lantai. Perempuan yang berada di dalam seketika langsung menoleh.
Hal pertama yang perempuan itu lakukan adalah menghempaskan kertas-kertas yang ada di tangannya ke dalam kardus, kemudian ia bergerak menaikkan kardus itu ke atas lemari. Perempuan itu seperti mengabaikan keberadaan Ana.
"Lo lihat Binar, Kak?" tanya Ana langsung pada tujuannya.
Perempuan itu menoleh sejenak namun tak berlangsung lama, ia kembali fokus pada kegiatannya.
"Nggak." Singkat dan padat.
Jika Sera akan berteriak kegirangan mendapati kehadiran anggota IMDA yang lain, akan berbeda pada kakak kelasnya yang bernama Aqira ini. Perempuan dengan rambut dikepang dilengkapi kaca mata minus itu lebih banyak diam.
"Qira! Lo di mana?!" pekik seseorang dari ruang utama.
Suara cempreng, berisik dan ceria. Sudah pasti dia adalah Sera. Siswi cantik dengan kaca mata photocomic yang membingkai kedua maniknya, perempuan itu tersenyum senang ketika melihat kehadiran Ana.
"Ternyata lo lebih semangat dari yang gue kira!" serunya kemudian merangkul Ana.
Perempuan itu melirik Aqira memberi isyarat halus yang dibalas gelengan.
Ana tak terlalu peduli, satu-satunya hal yang mengganggu pikirannya adalah perempuan kelas Bronze yang ternyata juga bagian dari IMDA, Binar.
"Binar dia bakal datang kan?" tanya Ana berusaha melepas rangkulan Sera.
Terlihat dari wajah yang menampakkan raut tak nyaman, diikuti tangan yang langsung melepas rangkulan, Ana benar-benar risih. Sera tentu menyadari hal tersebut.
"Semuanya bakal datang kok, termasuk Binar. Eh lo nggak pake jas lab? Ambil dulu gih di lemari samping loker, masih ada beberapa yang baru tuh," terang Sera menunjuk pojok ruangan.
Ana mengangguk, perempuan itu berjalan menuju lemari yang Sera tunjuk. Ia mengambil sebuah jas laboratorium berwarna putih yang terlihat masih baru dan memakainya.
"Lo juga bisa pake salah-satu loker yang ada kuncinya itu," sambung Sera beralih menatap loker yang memang menggantung kunci di sana.
Hingga sore menjelang, tak kunjung nampak batang hidung perempuan yang Ana cari. Bahkan mereka telah melakukan berbagai eksperimen tapi perempuan itu samasekali tak menunjukkan tanda-tanda akan datang.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND CLASS
Teen Fiction∆ HATI-HATI KETULARAN AMBIS Tidak semua diam berarti tidak mengerti. Shennalight 2023 Menjadi yang terbaik dan sekolah di tempat terbaik adalah impian setiap orang tua terhadap anaknya. Selain masa depan yang cerah tentunya setiap tangga yang anakny...