Bab 18 Christopher Sholes

487 70 3
                                    

Christopher Sholes - Amerika Serikat || Penemu Mesin Ketik QWERTY, tahun 1868

Note : terdapat adegan perkelahian yang tidak untuk ditiru.

Bukti adalah hakim yang tak bersuara, benda mati yang akan menyampaikan fakta berdasarkan logika.

°°DC°°

Banyak hal tak terduga terjadi tiba-tiba tanpa pertanda. Kali ini, Ana terpaksa bungkam sebab ia tahu bahwa percuma menjelaskan. Bukannya jelas yang ada nantinya ia hanya akan terlihat seperti orang bodoh yang berusaha menyangkal fakta.

Ana tak pernah menyangka bahwa hari ini ia akan menjadi manusia paling jahat dalam hidup orang yang ia sayang. Entah bagaimana bisa terjadi, Ana samasekali tak memiliki jawaban mengapa video pelanggaran yang dilakukan oleh Re bisa ada dalam akun media sosialnya. Apalagi ketika operator yang bertanggungjawab terhadap layar yang ada di auditorium, menunjukkan bukti pembobolan server dan jelas-jelas mengarah bahwa Ana pelakunya.

Buntut dari kejadian ini menyebabkan Re diskors selama seminggu, nilai assessment dikurangi 20 poin, nilai tugas, praktikum dan nilai karakter juga dikurangi. Sangat besar kemungkinan Re akan keluar dari sepuluh besar semester ini karena pengurangan nilai yang sangat signifikan. Dan kabar buruknya Re pergi begitu saja tanpa berbicara apapun pada Ana, jelas ini sinyal yang tak baik. Re pasti marah besar dan sangat kecewa pada Ana.

"Re, lo harus percaya gue nggak mungkin lakuin itu," gumam Ana berjalan cepat menuju kelas.

Tangan perempuan rambut blonde itu terasa kebas, sepertinya darah tak mengalir normal hingga menjadikan telapak tangan itu sangat dingin. Bahkan, tenggorokannya terasa kering akibat ia lupa menelan saliva sendiri sebab terlalu panik.

Sementara di tempat lain, Re mengemasi buku yang tergeletak di meja kemudian memasukkan ke dalam tas ransel miliknya. Skorsing akan dimulai hari ini. Mau tidak mau, Re harus memungut barang-barangnya dan meninggalkan kelas dengan tatapan aneh dari penghuninya.

Bisik-bisik yang dapat terdengar oleh gendang telinga tentu tak dapat dihindari. Lagipula siapa yang akan melewatkan untuk berkomentar atas tindakan pelanggaran yang disaksikan semua orang yang ada di auditorium? Pelanggaran adalah hal terlarang di Briniac dan Re telah melakukannya. Nama baik yang diagungkan kini berubah menjadi nama yang digunjingkan.

Ketika berada di depan pintu, tanpa sengaja ia menabrak seorang lelaki. Jika saja Re tidak sedang dalam masalah, sepertinya memberikan bogem mentah di wajah lelaki itu adalah hal yang sangat menggiurkan. Apalagi ketika dengan jelas terlihat wajah tersebut tersenyum menyeringai.

"Pecundang," bisik lelaki itu di telinga Re.

Rasanya darah di tubuh Re berdesir mendengar ucapan lelaki itu, tangannya terkepal kuat sebagai signal kemarahannya.

"See, siapa yang cuma bisa ngecewain Papa? Hidup lo cuma benalu dan akan berakhir jadi sampah, sama kayak nyokap lo," sambungnya.

Baiklah, sudah cukup. Re tak bisa menahan amarahnya lebih lama lagi, dengan sekali hentak ia langsung menjatuhkan tas ransel yang ia sampirkan di bahunya. Dengan brutal ia mendorong tubuh lelaki itu sampai terbentur ke dinding. Suara teriakan dari penghuni Diamond Class tak mampu menghentikan kepalan tangan Re yang melayang tepat di wajah lelaki yang sengaja memancing amarahnya itu.

"Sialan!" Re kembali memberikan pukulan keras di wajah lelaki itu.

"Bajingan!" umpatnya menendang perut sampai lelaki itu terbatuk-batuk.

Meski terlihat sangat memprihatinkan, lelaki itu samasekali tak berniat mengangkat tangan sebagai tanda menyerah, ataupun menunjukkan tanda-tanda penyesalan di wajahnya. Ia malah semakin menyeringai, tangannya terangkat menunjukkan jari tengah tepat di wajah Re kemudian bangkit dan berbalik menyerang.

DIAMOND CLASSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang