Cai Lun - China || Penemu Kertas
Orang yang paling mengerikan adalah dia yang pandai memanipulasi, salah bisa jadi benar dan sebaliknya yang benar bisa jadi salah. Terkadang kita perlu mempelajarinya untuk menghindar atau malah kita sendiri yang punya sifat seperti itu? Tanyakan pada dirimu, hanya dia yang bisa menjawabnya.
°°DC°°
Mentari mulai menyapa malu dibalik tirai, embusan angin pagi yang masuk melalui celah ventilasi seolah mengajak untuk kembali mengeratkan selimut. Namun, semua itu tak bisa dilakukan karena ada banyak hal yang harus dikerjakan.
Pagi ini assessment kedua akan dilaksanakan, jangankan mengeratkan selimut menutup mata untuk beristirahat saja sepertinya telah diabaikan oleh mereka.
Salah-satunya adalah Anandita Atmarini atau yang biasa dipanggil Ana, kentara sekali terlihat dari kantung mata besarnya bahwa perempuan itu telah menghabiskan malam dengan melahap berbagai materi pelajaran.
Bukan hanya Ana, perempuan yang menjadi teman sekamarnya juga tak mau ketinggalan. Hanya saja ia nampak lebih segar daripada Ana yang kepalang lesu.
Flo menerapkan strategi belajar yang unik, bahkan sepertinya hanya sekitar dua jam yang ia gunakan semalam untuk mengulas materi, kemudian perempuan itu memilih beristirahat. Perempuan dengan rambut tergulung itu terjaga pada pukul tiga pagi untuk membaca kembali materi yang belum ia kuasai.
Tidak terlalu banyak waktu yang ia habiskan untuk begadang, tidak seperti Ana yang sepertinya hanya sempat tidur sekitar setengah jam, sebelum akhirnya kembali membuka mata untuk bersiap sekolah.
Flo mengambil tas dan mengisinya dengan buku yang tergeletak di meja belajar. Tanpa berkata apapun ia beranjak meninggalkan kamar.
Sampai hari ini tak banyak—lebih tepatnya tidak ada percakapan yang terjadi antara mereka. Keduanya sama-sama tak mau mengalah untuk menurunkan ego, sama-sama merasa benar tanpa berusaha melihat dari perspektif lain.
Bukan menaruh dendam, hanya saja Flo benar-benar tak suka sikap Ana yang samasekali tak merasa bersalah setelah merusak barang-barangnya, apalagi hingga kini ballpoint kesayangannya malah tak tahu di mana.
Flo tak berniat untuk menanyakan ballpoint itu pada Ana, jelas saja perempuan itu pasti berkilah. Mana mau ia mengaku bahwa semua itu adalah perbuatannya, sampai saat ini ternyata Ana masih tak berubah.
Flo kira di pertemuan pertama sewaktu menjadi teman sekamar, ada banyak hal yang telah berubah dari perempuan itu. Namun, sekarang ia sadar semuanya sama saja. Ana hanya peduli pada dirinya sendiri dan perempuan itu tak akan segan melakukan apapun, meski itu akan merugikan orang lain hanya untuk mencapai keinginannya.
Setelah Flo meninggalkan kamar, Ana melirik sekilas sembari mengelus bulu putih Milo. Perempuan itu memeluk kucing kesayangannya kemudian beranjak, perut yang semalam lupa ia isi sepertinya telah menghasilkan gemuruh memalukan. Ana harus segera memberi makan jika tidak ingin guntur itu berbunyi ketika mengerjakan assessment.
"Milo, lo tau nggak temen sekamar gue lagi marah sama gue. Tapi gue nggak salah, ngapain gue minta maaf. Coba aja lo bisa ngomong, kasitau tu sama dia siapa pelakunya," harap Ana pada Milo yang dijawab kedipan mata oleh kucingnya.
Sampai hari ini Ana masih tak memiliki jawaban siapa pelaku teror misterius itu, bahkan Ana bertanya-tanya bagaimana setan sialan itu bisa masuk ke kamar mereka.
Okey, lupakan sejenak mengenai teror sialan itu, beberapa hari ini Ana merasa bersyukur karena kesibukan di IMDA dapat mengalihkan pikirannya. Ia juga senang, karena beberapa hari ini terbebas dari teror tak jelas itu. Ana berharap pelaku kurang kerjaan itu sudah mampus dengan cara paling tragis.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAMOND CLASS
Fiksi Remaja∆ HATI-HATI KETULARAN AMBIS Tidak semua diam berarti tidak mengerti. Shennalight 2023 Menjadi yang terbaik dan sekolah di tempat terbaik adalah impian setiap orang tua terhadap anaknya. Selain masa depan yang cerah tentunya setiap tangga yang anakny...