22.

3 0 0
                                    

Shania berjalan cepat memasuki Sekolah, karena hari ini ia bangun kesiangan sehingga ia harus terburu-buru berangkat. "Aduh untung Gua gak terlambat. Ucapnya setengah berlari.
Saat sedang berlari tiba-tiba, tanpa sengaja ia menabrak Tristan, hampir saja ia terjatuh. Namun, dengan sigap Tristan menangkapnya keduanya saling bertatapan. "Ya Allah.... Sorry Tristan, Gua nggak sengaja. Ucap Shania, sambil mulai kembali posisi nya menjadi berdiri.

"Iya Shan, nggak apa-apa tumben terlambat? Tanya Tristan.

"Iya semalam soalnya biasa abis belajar, dan ngerjain PR Fisika baca novel dulu. Jelas Shania.

"Ohhh karena itu? Tanya Tristan.

Shania mengangguk, seraya merapikan jas seragam nya.

"Ya udah kita ke Kelas yuk. Ajak Tristan.

"Ayo. Ucap Shania singkat.

***
Flashback on
Malam itu selesai belajar, seperti biasa Shania memutuskan bersantai sambil membaca di Balkon menikmati Jakarta di malam hari, yang selalu memiliki keindahan tersendiri. "Kenapa sekarang gua merasa kalau kisahnya Arial&Adara mirip Gua ya? Disini ceritanya Arial meninggalkan Adara, dan Gua juga nanti akan ninggalin Jaden. Ucapnya saat selesai membaca salah satu halaman buku tersebut.
"Ya Allah.... Kenapa Gua jadi takut ya? Kalau gua harus seperti itu? Gua harus cari cara biar Jaden gak kehilangan Gua seperti Adara kehilangan Arial.
Flashback of.

***
"Akhirnya sampe Kelas. Ucap Shania ngos-ngosan.

"Shania? Ucap Jaden menghampiri sang kekasih.

"Sebentar Jad, aku ngos-ngosan banget nih. Ucapnya sambil menghampiri kursi.

Tiba-tiba ia merasakan sakit teramat sangat di kepala nya.

"Eh Shania kamu kenapa? Tanya Jaden panik.

Belum sempat menjawab, Shania jatuh pingsan.
"Shania.... Teriak Jaden, dan seisi Kelas lainnya.

"Eh bawa ke UKS, Shania pingsan bukannya bawa ke UKS. Ucap salah seorang murid.

"Ya udah biar Gua aja. Ucap Jaden mengangkat tubuh Shania.

"Tunggu Jad, Gua ikut biar bagaimanapun gua kan PMR. Jadi nanti, penangan nya biar Gua. Ucap Olivia mengikuti Jaden dari belakang.

***
Shania membuka matanya perlahan, dan melihat keadaan sekitar. "Aku dimana?

"Shania kamu sudah sadar? Tanya Jaden membantu Shania duduk.

"Aku di mana?

"UKS, sekarang kamu minum dulu ya. Ucap Jaden memberikan segelas air.
"Udah?

Shania mengangguk.

"Jad, aku mau ngomong sesuatu sama kamu.

"Ngomong apa?

"A... Aku.
Belum sempat menyelesaikan ucapan nya, tiba-tiba ia kembali merasakan sakit kepala. "Udah, kamu jangan banyak bicara dulu, istirahat aja dulu.

Bukan hanya pusing kali ini hidungnya mengeluarkan darah.

"Tuh kamu mimisan, sini biar aku bantu ya. Ucap Jaden sambil mengambil beberapa lembar tissue.

"Udah Jad, aku bisa sendiri kok.

***
@Rumah Sakit.
"Bagaimana kondisi Shania? Tanya Kevin, pada rekan Dokternya tersebut.

"Jadi gini, lebih baik kita bicarakan ini di Ruangan saya. Ucap Hillers pada sahabatnya tersebut.

***
"Kondisi Shania semakin parah, kanker yang ada di tubuhnya sudah menyebar sehingga, kecil kemungkinan untuk dia hidup.

"Jadi maksud kamu?

"Harapan hidup Shania cukup tipis, mungkin waktunya kurang dari 5 tahun. Lanjut Dokter Hillers.

Kevin yang mendengar nya hanya bisa menjatuhkan tubuhnya di lantai. "Sudah, kamu harus sabar aku yakin pasti ada keajaiban untuk Shania. Ucap Hillers menenangkan nya.

***
"Mah. Panggil Shania.

"Iya sayang?

"Kalau begini, aku gak jadi donk nanti hari Sabtu?

"Sayang, untuk saat ini kamu pikirkan kesehatanmu dulu ya Nak. Lain kali, Mamah janji pasti mamah akan ajak kamu kesana. Nih, biar kamu gak bosan seluruh buku kesukaan kamu udah Mamah bawa.

"Makasih ya Mah.

"Sama-sama sayang.

"Jadi Shania sedikit ada hiburan disini kalau ada buku-buku ini.

"Iya Nak, mamah paham kok sayang.

JASHANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang