Senja sering mampir ke rumah Namima untuk sekedar main atau menghabiskan waktu. Disana ia cukup mendapatkan udara segar yang menenangkan hatinya.Selain di sediakan berbagai makanan, Namima juga kerap memberinya banyak perhatian. Hingga membuat Senja merasa betah bersama wanita yang telah melahirkan Langit itu.
"Kamu selalu bilang kan kalau kamu pergi kesini pada orang-orang di rumah?"
Senja mengangguk. Meski dalam hatinya merasa bersalah karena telah membohongi Namima... Senja tidak mungkin bilang akan pergi ke rumah Namima padahal Larissa tidak menyukainya.
"Mama senang kamu main... kalau mau, kamu bisa menginap disini..."
"Boleh, Ma?"
"Tentu saja..."
"Oiya, kamu ingin tahu kabar papimu kan? Papa Evran kemarin lusa berkunjung ke rumah. Katanya, papi baik-baik saja..."
"Syukurlah..." Senja mendesah lega. Setidaknya, orang tua satu-satunya yang ia miliki dalam keadaan baik-baik saja.
"Waktu akan menyembuhkan lukanya. Setelah kehilangan mamimu. Hanya kamu yang dia miliki, Senja. Bersabarlah.. rayu Tuhan untuk meluluhkan hati papi kamu..."
"Iya, Ma.. terima kasih..."
Namima tidak pernah bosan menyambut kedatangan Senja yang hampir setiap hari. Seakan hari-hari yang di lalui oleh Senja dan Namima serta waktu yang mereka habiskan sangat menyenangkan.
Di mulai dari belajar memasak bersama, kemudian Senja yang bermanja-manja pada Namima serta meminta di buatkan makanan dari wanita itu. Bahkan menemani Namima belanja bulanan serta shopping bersama. Mereka lakukan hampir setiap hari.
Namima tidak bosan.. juga merasa sangat senang karena Senja mau mampir. Namima juga bahagia bisa menyingkirkan beban di pundak Senja.
Bahkan Evran sama sekali tidak banyak berkomentar soal itu. Dia akan tetap setuju jika Namima menyukainya. Asalkan Namima bahagia, Evran akan mendukungnya.
Tiga bulan berlalu... usia kandungan Senja hampir menginjak 7 bulan. Hari-hari yang di lalui Senja begitu membekas.
Setelah pulang dari senam hamil, Senja akan menyempatkan mampir ke rumah Namima untuk menyapa wanita itu. Kadang, Senja memilih makan malam di sana. Serta pulang setelahnya.
Apakah Langit pernah curiga? Atau Larissa bertanya?
Nampaknya orang orang di rumah itu sama sekali tidak peduli. Termasuk Larissa yang justru lebih semangat menjelek-jelekkan Senja di hadapan Langit.
"Lho, Senja... kok kamu disini?" Larissa yang baru saja datang di kagetkan dengan keberadaan Senja yang sudah berada disana.
"Larisaa... Langit... kalian sudah datang?" Namima menyambut putra dan menantunya.
"Iya, Ma..." jawab Langit. Sedikit heran mendapati Senja berada di rumah mamanya.
"Senja... sini sayang... kita makan..." ajak Namima pada Senja.
Senja mendekat tanpa ragu meski mata Larissa seakan siap mengulitinya. Mereka duduk di kursi masing-masing.
"Kenapa sih? Kayaknya heran banget deh lihat Senja disini..." tukas Namima menatap Langit dan menantunya.
Larisaa mengulas senyum terpaksa.
"Mbak Senja hampir setiap hari disini... mama senang banget sejak ada teman ngobrol." Angkasa, adik Langit angkat bicara melihat raut aneh di kening masing-masing.
Langit menatap Senja yang sedang menatap piringnya.
"Oiya?"
"Iya.. mama yang minta Senja mampir. Sayang sekali dia tidak mau menginap... katanya nggak enak sama orang rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Terikat Cinta
RomanceKarena ingin menebus rasa bersalah yang amat besar pada istri kakaknya, Senja harus terikat perjanjian yang di buat oleh Larissa, istri Langit. Dengan mengandung bayi dari kakak angkatnya, Senja harus kehilangan semua yang ada dalam hidupnya. Termas...