TC 11 💑

1.7K 145 24
                                    

Lucas membawa Senja ke unit apartementnya. Gadis itu nampak mempercayai Lucas seakan mereka telah mengenal satu sama lain. Tidak aneh memang, selama tinggal di Bali, Lucas kerap menemukan banyak perempuan yang tergila-gila dengan pria blasteran seperti dirinya. Tapi, melihat Senja—gadis yang ia temui di pantai itu—Lucas merasa ada yang berbeda dengan gadis itu.

Pertama kalinya ia melihat seorang gadis menangis sendirian di tepi pantai seolah bebannya begitu berat. Lucas memperhatikan Senja yang menepuk-nepuk dadanya seolah hal itu dapat meringankan sesak yang di rasa.

Dan di saat itulah, Lucas mendatangi Senja serta menghentikan aksi gadis yang menikmati kesedihannya seorang diri.

Tidak ada yang bisa Lucas lakukan selain duduk di samping Senja sambil menyodorkan sebuah botol minuman yang sengaja di bawa pria itu. Kebetulan, Lucas memang berniat mencari udara segar dan justru menemukan Senja yang sedang menangis sendirian.

"Kamu tidak takut padaku?" Tanya Lucas begitu mereka berdua masuk ke dalam apartement. Tanpa di perintahkan, Senja duduk di sofa dengan santai.

"Kenapa?"

"Seperti yang kakakmu bilang, kita berdua orang asing!"

Senja tidak berpikir sejauh itu. Memang benar, seharusnya ia tidak semudah itu akrab dengan orang lain. Tapi, mendapati Lucas duduk di sampingnya tanpa banyak bertanya perihal masalah pribadinya, Senja yakin bahwa pria itu memiliki etika yang baik—setidaknya, Lucas tidak mencari tahu tentang privasinya saat pertama kali mereka bertemu.

"Hanya ada 1 kamar tidur di sini... tidak masalah tidur di sofa ini? Atau kita pergi cari hotel!"

Senja mendesah berat. "Jika boleh, aku akan menginap. Tidak masalah jika harus tidur di sofa!"

Lucas mengangguk setuju.

"Mau makan sesuatu?"

"Ada apa saja di kulkasmu?"

Lucas bergerak ke dapurnya kemudian kembali dengan beberapa makanan di nampan serta cemilan. Malam itu, mereka berdua asyik mengobrol. Selain bertukar pengalaman, mereka juga menikmati menonton film di layar televisi hingga tanpa di duga, Lucas tertidur di samping Senja begitupun sebaliknya.

Saat pagi tiba, Senja terbangun oleh suara-suara bising yang berasal dari dapur. Mengerjapkan matanya, Senja mendapati rumah dalam keadaan bersih.

Menyadari bahwa Lucas pasti yang membereskan kekacauan yang di buatnya semalam, tiba-tiba Senja merasa tidak enak.

"Maaf karena bangun terlambat..." ucap Senja sambil menguap sekali lagi.

Sedangkan lucas sedang menyiapka  sarapan untuk mereka.

"Tidak masalah. Aku biasa melakukannya. Mau sarapan sekarang? Cuci muka dulu sana..."

Senja tersipu malu menyadari bahwa dirinya belum membasuh wajah serta bergosok gigi. Kembali dari kamar mandi, senja duduk di meja makan bersama Lucas yang telah menyiapkan sarapan untuk mereka. .

"Hanya ada roti tawar dan mie instan. Aku tidak yakin kamu akan menyukainya. Aku membuat sandwich untuk sarapan kita karena mie instan tidak baik untuk memulai hari..."

Senja mengulum senyum. "Apa kamu selalu bersikap manis begini?"

Lucas balas tertawa kecil. "Aku terbiasa menyiapkan segalanya sendiri. Anggap saja, aku biasa mandiri. Cobalah.." pria itu menyodorkan segelas jus jeruk kemasan serta sepasang roti dengan isian telur mata sapi serta mayonaise dan saus di dalamnya.

Terlihat biasa, tapi Senja merasa terkesan.

Mereka saling melempar senyum kemudian ketika Lucas meminta pendapat atas makanannya, Senja berkata, "Ini enak..." puji gadis itu tulus.

Terikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang