TC 12 💑

1.4K 129 9
                                    

Sejak mengetahui bahwa Larissa tidak sepolos yang ia pikir, hati Senja di penuhi rasa bersalah yang amat besar. Bagaimana jika Langit tahu bahwa istri yang di nikahi bukan perempuan baik?

Bahkan, sebelum pertunangan antara Langit dan Larissa, Senja masih mendapati Larissa pergi diam-diam bersama kekasihnya.

Dan yang terakhir, Senja mengetahui bahwa Larissa melakukan aborsi. Pendarahan yang di alami Larissa saat itu bukan tanpa sengaja, tapi karena pengaruh obat yang di konsumsi Larissa dengan sengaja agar calon bayinya gugur. Senja mengetahui hal tersebut karena Sabda—bersama kakak Yasmine—Senja dan Sabda berkunjung ke sebuah klinik teman dari pria itu yang ternyata seorang dokter kandungan—saat itu, Senja mendapati mobil Larissa terparkir disana. Mengenakan masker untuk menutupi wajah, serta tubuhnya yang terbungkus hoodie, Senja diam-diam menyelidiki keberadaan Larissa yang ternyata memang sedang dalam masa pemulihan karena mengalami pendarahan. Usai kuretase yang di lakukan, Larissa nampak terbaring di ranjangnya.

"Kalian mengenalnya?" Tanya teman Sabda pada Senja yang lebih dulu bertanya perihal keadaan Larissa secara diam-diam. 

"Ya..."

"Dia datang sendirian karena katanya mengalami pendarahan. Setelah saya tangani, kekasihnya pun datang untuk memastikan keadaannya. Sepertinya, mereka berdua belum siap memiliki bayi."

"Aborsi?" Tanya Sabda tanpa basa-basi.

"Sepertinya. Karena dia meminum obat untuk menggugurkan kandungannya. Beruntung, akibatnya tidak fatal."

Senja menatap Sabda sejenak, lantas berdiri meninggalkan dua dokter tersebut. Senja pergi bukan untuk menemui Larissa atau bahkan mengejutkan wanita itu, melainkan Senja pergi keluar untuk menghirup udara yang sempat membuatnya sesak.

Kenapa?

Kenapa ini terjadi? Kenapa ia mendorong Langit untuk menikahi perempuan seperti Larissa! Paling tidak, seharusnya Langit mendapatkan perempuan yang jauh lebih pantas dari dirinya.

Tapi sepertinya semua sudah terlambat bukan?

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Sabda yang datang menghampiri Senja.

"Ya," jawab Senja. "Bagaimana menurut, Mas?"

"Soal yang kita lihat di dalam?"

Senja mengangguk. Tidak ada salahnya meminta pendapat kan?

"Aku tidak bisa memberikan jawaban yang pasti. Hanya saja, kita cukup diam saja. Itu privasi mereka. Dan jika Langit mau, dia pasti akan menerima setiap konsekuensinya... dan semua itu adalah bagian dari masa lalu."

"Apa aku tidak boleh mencegahnya?" Tanya Senja gamang. Dia merasa tidak rela jika Langit bersanding dengan Larissa. Karena menurutnya, Larissa sama sekali tidak pantas mendapatkan pria seperti Langit.

"Bagaimana dengan tanggapan Langit jika kamu memberitahu kebenarannya? Iya kalau dia percaya, bagaimana jika tidak?"

Senja nampak berpikir dalam, jika dia salah melangkah—akan ada banyak penyesalan. Tapi jika ia diam saja, bagaimana jika Langit merasa tertipu?

Mengingat satu rahasia itu, Senja merasa bingung apakah dia harus merasa bahagia atau tidak?! 

"Senja... ada yang cari kamu, tuh!" Evelyn menghampiri putrinya dengan wajah sumringah.

Wanita itu berhasil mengembalikan sang putri ke masa kini usai menyelami masa lalu.

"Siapa, Mam?" Tanya Senja.

"Katanya kenalan kamu waktu di Bali..."

"Lucas?" Senja bertanya dengan tidak yakin. Tapi begitu Evelyn mengangguk, Senja gegas berlari ke depan dan menemukan pria itu telah duduk di sofa bersama keluarganya.

Terkejut?

Tentu saja. Mereka memang sempat bertukar nomer ponsel sebelumnya. Sesekali Lucas mengiriminya pesan saat pria itu tidak sibuk. Terakhir kali, Senja memang memberitahu alamat rumahnya karena Lucas bilang akan  berkunjung jika sempat.  Tapi Senja sama sekali tidak menduga jika Lucas benar-benar datang!

"Selera Senja bagus juga..." puji Namima usai menilai penampilan pria tampan yang mendatangi Senja.

"Benar, Ma. Aku juga sempat berpikir begitu," timpal Larissa. "Bahkan Senja pernah nggak pulang semalaman karena pergi bersama Lucas!" Larissa langsung menutup mulutnya serta memasang ekspresi tidak enak karena merasa keceplosan di hadapan para orang tua.

Evelyn adalah orang pertama yang matanya terbelalak. "Hah, kok kamu baru bilang, Sa?" Tanya Evelyn  

"Mas Langit yang bilang. Katanya Senja pergi sama pria asing. Aku kurang tahu, Mam. Tapi paginya Senja pulang sama Lucas!"

"Senja," tegur Evelyn dengan penuh peringatan.

"Lucas baik kok, Mam... nggak ada yang terjadi di antara kita walaupun aku menginap di apartementnya. Jangan salah paham berlebihan."

"Tapi tetap saja. Jangan di ulangi!" 

"Maaf, Tante... sebelumnya karena lancang membawa Senja ke rumah saya. Waktu itu sudah larut malam dan Senja tidak ingin pulang ke villa karena takut menganggu bulan madu kakaknya. Tidak ada yang terjadi di antara kita berdua, kok. Saya dan Senja memiliki batasan..."

"Maaf ya Lucas karena sudah merepotkan kamu..." ucap Evelyn, meski geram pada putrinya, wanita itu cukup menghargai kejujuran Lucas yang mau mengakui bahwa malam itu mereka memang bersama.

"Oiya, ngomong-ngomong kita belum makan. Lucas mau ikut gabung bersama kami?"

"Tentu saja, Tan.. dengan senang hati." Kemudian mereka makan malam bersama. Malam itu, Lucas di sambut hangat oleh keluarga Senja. Tentu saja, hanya Langit yang merasa tidak suka akan kehadiran Lucas di sekitarnya.

***

"Kalian benar-benar kakak dan adik?" Lucas bertanya saat hanya ada mereka berdua. Senja dan pria itu kini sedang bersama di halaman belakang rumah.

"Dia anak angkat mamiku..." beritahu Senja pelan.

"Jadi, sesuatu terjadi di antara kalian? Betul?"

"Tidak seperti itu..." kilah Senja.

"Terlihat seperti itu..."

Lucas melempar senyum tipis kala melihat Senja nampak gelisah.

"Kenapa kamu datang nggak bilang-bilang?" Kali ini Senja mengalihkan topik pembicaraan mereka. 

"Kalau bilang namanya bukan kejutan. Aku memang sengaja melakukannya!"

Senja membrengut. "Kamu datang di saat yang tepat..."

"Apa sesuatu kembali terjadi?"

"Tidak ada..."

"Kudengar kakak iparmu sedang hamil," kata Lucas. "Apa itu membuatmu terluka?"

Senja menatap Lucas sejenak, kemudian mengulas senyum tipis.

"Tidak juga. Kabar itu membuat semua anggota keluarga bahagia, kenapa itu justru membuatku terluka?" Senja mencoba menyembunyikan perasaannya. Jika boleh jujur, kabar baik itu seperti kabar buruk untuknya. Tapi, Senja tidak pantas menunjukkan perasaan tidak sukanya atas kebahagiaan orang lain. Sesakit apapun perasaannya, detik ini.. semua adalah pilihan yang ia ambil dan Senja mencoba menikmati perasaan apapun yang menghampiri hatinya.

"Kamu punya satu janji!"

"Makan malam? Kapan kamu sempat?"

"Berhubung malam ini kita sudah makan dan makanan di rumahmu enak, bagaimana kalau besok?"

"Baiklah..."

"Udara disini bagus, kamu pasti suka berada disini berlama-lama..." ungkap Lucas sambil menikmati sepoi angin yang berhembus membelai wajahnya malam itu.

Keduanya kembali terlibat obrolan hangat serta saling bertukar pengalaman lainnya. Sementara itu, Langit sedang menikmati pemandangan di bawah sana dari balik balkon dengan perasaan dongkol.

Kenapa Senja bisa semudah itu akrab dengan pria asing yang baru satu bulan ini di kenalnya!

Dulu Sabda, sekarang Lucas. Besok siapa lagi?

***

Langit cemburu...

Senja sama Lucas aja nih guyssss?

Terikat CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang