18. Part 2

30 5 0
                                    

Hari ini adalah hari Sabtu, tanggal 25 Desember. Karena hari libur internasional yang tepat jatuh pada akhir pekan, cafe A Cup of Coffee sudah ramai sejak pagi hari. Untuk tampil menarik dan sesuai moment, cafe ini telah didekorasi dengan aneka pernak-pernik tema natal, mulai dari pohon natal yang besar dengan hiasan lampu, bintang, kado, dan boneka salju. Disediakan pula bangku panjang yang telah diduduki satu boneka teddy bear putih besar, menjadi photo booth yang lucu dan menggemaskan. Jangan lupa, tentunya juga ada diskon spesial dan menu spesial khusus hari natal. Namun, di luar semua hiasan dan promo menggoda yang telah direncanakan jauh-jauh hari dengan matang, senjata pamungkas adalah hal lain, hal yang tak terduga, tapi begitu mengejutkan dan menghebohkan.

"Ini pesanannya dua spaghetti mushroom dan dua ice lemon tea."

Dua set makanan tersebut diletakkan di meja dengan rapi. Berbeda dari biasanya yang langsung berlalu pergi dengan sopan, sang waiter yang ternyata adalah Ricky lanjut meraih tangan salah satu pelanggan.

"Selamat menikmati, Tuan Putri. Happy Birthday and Merry Christmas," ucapnya lalu mengecup jemari tersebut.

Inilah senjata pamungkasnya. Khusus kepada mereka yang berulang tahun pada bulan Desember, mereka boleh memilih pelayan yang mereka sukai dan me-request sesuatu darinya. Entah menyanyikan lagu, memberi salam serta ucapan selamat, dan lain sebagainya yang wajar, termasuk mencium jemari seperti yang baru saja dilakukan oleh Ricky. Awalnya hanya merupakan candaan dari Dona, tapi tahu-tahu sudah menjadi kenyataan, bahkan sudah diumumkan secara langsung juga secara online, yang 100% telah sukses melipat gandakan pengunjung yang datang.

Dua pelanggan yang dilayani oleh Ricky memekik heboh, bersiap untuk pingsan. Sedangkan Ricky yang sudah selesai pun mulai beranjak, lanjut melayani meja lain yang telah me-request-nya, tidak lupa memasang senyum maut dan tebar pesona di sepanjang perjalanannya. Ana yang juga baru selesai melayani hanya memandang dengan sinis.

"Matanya ditahan, Mbak. Tuh, lihat, cowok-cowok yang lagi perhatiin kamu sampai pada ketakutan," ujar Christine yang sudah berdiri di sebelahnya. Ternyata hari ini dia juga part time bekerja di sini. "Gak usah cemburu gitu, napa? Itu hanya tuntutan pekerjaan, Diana Sayang."

Ana membuang muka. "Siapa yang cemburu? Aku hanya gak suka gaya dia yang sok keren. Merusak pemandangan saja."

"Kalau itu kamu salah, Na. Ricky memang keren dan dia itu memperindah pemandangan, bukan merusak. Buktinya, banyak sekali perempuan yang ulang tahun di bulan Desember sengaja datang dan request dilayani olehnya," jelas Chistine. "Kasihan banget kulihat dari tadi dia tidak bisa duduk sama sekali."

"Ini memang sedang jam kerja, dilarang duduk. Gak pantas dia bekerja jadi waiter kalau begitu saja sudah capek."

Christine menepuk jidatnya sungguh dongkol. Ingin rasanya ia berkata kasar, tidak tahan dengan penyangkalan Ana yang tiada akhir.

"Kamu harus bersyukur kalau Ricky tidak memakai kacamata, Na. Kalau nggak, sudah dari dulu kuembat lalu kukurung sekalian!"

Ana mencibir. "Silakan saja. Itu orangnya di sana. Buruan sebelum diambil sama yang lain," sahutnya kemudian berjalan pergi. Christine hanya bisa mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya kuat saking geram.

***

Waktu berlalu dengan cepat, sekarang sudah memasuki jam makan siang, suasana makin ramai. Entah karena ini hari libur atau pengaruh event dadakan yang terlalu dahsyat, di luar sudah terbentuk barisan pelanggan yang panjang. Rata-rata adalah perempuan yang sedang menggenggam KTP. Terlihat Dona di balik counter yang walaupun sibuk, tapi selalu tersenyum penuh kebahagiaan.

Twisted Fate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang