11. Part 2

40 7 6
                                    

Ina sungguh kacau. Sejak keluar dari bar kemarin malam hingga pagi ini, pikirannya masih kusut dan terbelenggu. Emosi yang tidak stabil ditambah mata yang sembab, ia sungguh ingin tiduran saja di rumah, berhubung hari ini memang tidak ada kelas. Namun, selama Ina tidak berbaikan dengan Nancy, ia tidak bisa hidup tenang. Tujuannya datang ke kampus pun hanya untuk menemui sahabatnya yang konon tidak mengangkat ataupun membalas pesannya sama sekali. Setelah lama menunggu, Ina berpapasan juga dengan Nancy yang baru saja keluar dari kelasnya.

“Nancy!” Ina melambai dengan semangat.

Nancy melihat sahabat kecilnya itu. Namun, alih-alih mendekat, ia justru membalikkan badan dan mengambil jalan yang berlawanan. Ina segera mengejar.

“Nancy!” Ina berhasil mencegat sahabatnya. “Kenapa kamu menjauhiku?”

Nancy membuang muka. “Aku tidak menjauhimu.”

“Jangan bohong. Kamu jelas-jelas lari begitu melihat wajahku,” timpal Ina. “Kita perlu bicara, Nancy.”

“Aku sedang tidak ingin berbicara denganmu.”

“Kamu tidak, tapi aku harus, Nancy!” Ina memastikan sahabatnya menatap dirinya. Nancy harus melihat langsung ketulusan dan keseriusan Ina. “Aku mau minta maaf, Nan.”

Seketika dahi Nancy berkerut. “Kenapa kamu minta maaf? Kamu tidak melakukan kesalahan, kok. Kamu hanya membuatku cepat sadar untuk tidak mengejar cinta yang sia-sia. Tidak akan ada cowok tampan yang ingin berpacaran dengan cewek gemuk sepertiku.”

Mulai lagi. Setiap terjadi sesuatu terutama yang berhubungan dengan kisah cintanya, Nancy akan body shaming dirinya sendiri dan menyerah begitu saja bahkan sebelum mencoba. Ina sendiri bukan pengecualian, tapi Nancy sudah terlalu berlebihan sampai Ina merasa muak.

“Berhenti merendahkan diri sendiri, Nancy! Aku, kamu, dan semua orang itu berbeda. Kita punya kekurangan dan kelebihan masing-masing, seperti kamu yang ramah, baik hati, dan pandai bernyanyi. Kalau aku? Jangankan nyanyi, nada dasar saja masih salah-salah.”

“Terus apa gunanya kelebihan-kelebihan itu? Billy tetap tidak mau datang, kan?”

“Tidak, itu tidak benar. Billy datang kok, semalam. Dia hanya terlambat dan tidak berpapasan denganmu.”

“Jadi Billy sengaja datang terlambat, ya. Sengaja menunggu sampai aku pulang baru dia pura-pura datang terlambat. Dengan begitu dia akan terbebas dari tuduhan dan tidak bersalah.”

Ina tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. “Billy bukan orang seperti itu, kok! Dia tidak pura-pura datang terlambat, hanya lagi ada masalah ... sedikit.”

Nancy mencibir. “Aneh. Kenapa kamu jadi membelanya? Apa kamu juga suka dengan Billy sekarang?”

“Apa? Ti-tidak mungkin! Aku tidak menyukainya, Nan!” seru Ina dengan sungguh-sungguh. Ia masih ingat betapa kesal, marah, dan bencinya ia kepada pria berkacamata yang dingin bagai kutub es itu, jadi mustahil ia bisa sampai menaruh perhatian padanya. Ina juga sama sekali tidak ingin sampai berebutan lelaki dengan Nancy, siapapun itu.

“I-intinya Billy tetap datang untuk menemuimu, hanya terlambat.”

“Kalau begitu, apa alasan dia terlambat?”

Twisted Fate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang