Ina terkesima.
Setelah menyerahkan lukisan kepada salah satu pegawai yang bertugas, Ina diperbolehkan untuk tinggal dan menyaksikan sesi pemotretan jika ingin. Awalnya berniat untuk langsung pulang, tapi karena Marina ingin pulang bersama dengannya, dengan terpaksa Ina pun tinggal. Supaya tidak mengganggu, ia memilih untuk duduk di sudut ruang dan melihat dari jauh. Akan tetapi, hal tersebut juga tidak bisa mencegahnya untuk tidak terhipnotis.
Billy, pria menyebalkan yang tidak tahu bagaimana cara tersenyum itu kini menyita total pandangan Ina. Wajahnya masih datar dan dingin, tapi dengan sentuhan makeup natural pria, mata berlensa biru, dan rambut yang ditata rapi, ia terlihat sungguh berbeda. Hanya dengan sedikit bergaya, aura pemikat seolah terpancar dari tubuhnya dan memaksa jantung bekerja dua kali lipat. Sudah ada sekitar empat baju yang ia ganti, dan ternyata semuanya sangat cocok di badan proposionalnya.
Setelah Billy menyelesaikan pose untuk baju keenam, giliran Marina yang naik dan menggantikannya. Tentu, sebagai model profesional, Marina tidak kalah menawan dari Billy dan juga berhasil menyita seluruh perhatian. Namun entah sudah terbiasa atau bosan, mata Ina memilih untuk mengikuti Billy yang sudah di luar jangkauan kamera.
"Kerja bagus, Billy! Aku yakin begitu foto gambarmu keluar, pakaianku akan laris manis, bahkan bertambah pelangganku!" ujar Reva dengan penuh semangat.
Billy tidak menanggapinya. Lantas ia berpaling dan tanpa sengaja pandangannya jatuh kepada Ina yang juga tengah memandangnya. Seolah pencuri yang tertangkap basah, Ina yang terlonjak kaget segera menoleh jauh, menyudahi acara saling tatap mereka. Billy hanya menyeringai dan Reva menyadarinya.
"Jadi itu tipemu?" tanya Reva. "Dia benar-benar berbeda 180 derajat dariku."
Billy menyeringai lagi. "Kalau kau sudah tahu, menyerahlah dari sekarang."
Reva membalas seringaiannya. "Sudah terlambat, Sayang. Aku tidak akan menyerah semudah itu. Lihatlah, suatu hari nanti kamu akan tergila-gila padaku."
Sebagai bukti dari tantangannya, Reva tiba-tiba menarik kerah Billy, membuat wajah mereka saling mendekat, lalu mengecup ringan bibir lelaki itu.
Kejadian itu hanya sekejap, tapi sudah lumayan membuat orang sekitar yang baik sengaja ataupun tidak sengaja melihatnya melongo di tempat. Bahkan, si pria yang dikecup tersebut tidak bisa menyembunyikan wajah terkejutnya.
"Ini di tempat kerjamu. Apa kamu tidak malu?" tanya Billy dengan kening yang berkerut. Sepertinya ia sudah mulai terusik dengan tingkah wanita yang tidak tahu batas ini.
"Aku hanya mencium pria yang kusukai, kenapa harus malu? Lagipula ini adalah tempatku. Aku bebas melakukan apapun."
Tidak tahu harus berkata apa, Billy hanya membuang napas lalu berjalan menuju ruangan sebelah yang merupakan tempat rias dan ruang ganti. Sebentar lagi Marina akan selesai dengan sesi potret solo dan dilanjut dengan potret pasangan. Lebih baik Billy bersiap-siap terlebih dahulu.
Di lain pihak, Reva yang ditinggal pergi pun tersenyum lebar lalu memandang sekitar. Mereka yang tertangkap oleh lirikan mata bos buru-buru beranjak dan berusaha untuk tampak sibuk. Jangan sampai surat PHK tiba di meja karena bos mereka ini tipe orang yang tidak akan toleransi pada kesalahan sekecil apapun, terutama gosip.
Tatapan Reva berhenti pada Ina. Ketika menyadari gadis bertubuh kecil itu tengah membelalak memandangnya, Reva berjalan menghampirinya.
"Apa kamu melihatnya tadi?" tanyanya. "Aku sudah memastikan dapat terlihat dengan jelas dari sini. Kuharap kamu menikmatinya."
Ina kembali terkejut, bahkan pikirannya sudah kosong. Apa maksud dari ucapan tersebut? "Kenapa?" tanyanya dengan suara yang gugup.
"Kenapa? Karena aku ingin bersaing denganmu, Ina. Jangan kira kamu bisa menang mudah hanya karena Billy menyukaimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (Complete)
Romance(Belum Revisi) Oleh sebuah kejadiaan naas yang tak terelak, sepasang kembar yang bernama Ricky dan Billy pun hidup terpisah. Terkadang merindu, tetapi mereka tidak bisa bertemu. Kehilangan ini membuat hidup mereka menjadi hampa. Tidak hanya begitu...