10 tahun yang lalu, pada sebuah bandara yang lumayan padat dengan orang lalu lalang, tampak sepasang suami yang sedang tergesa-gesa. Karena dilarang lari di tempat umum, mereka berdua berjalan sangat cepat sambil mendorong koper mini masing-masing. Sejujurnya, setelah beberapa tahun tinggal di luar negeri tentunya mereka memiliki barang yang banyak, belum lagi bawaan oleh-oleh beraneka ragam. Namun, hal itu tidak penting sekarang. Mereka pulang ke Indonesia bukan karena rekreasi ataupun panggilan tugas. Melainkan, panggilan darurat.
Kedua anak kembar mereka kecelakaan lalu lintas.
Thomas masih ingat, pertama kali menjawab telepon dari rumah, ia mengira ini hanyalah lelucon, akal-akalan dari anaknya lantaran mereka mengingkari janji lagi dan tidak jadi pulang. Thomas marah dan menutup telepon pertama dengan kesal. Namun, panggilan kedua masuk lagi. Bukan oleh Mona si pembantu rumah baru, melainkan dari pihak rumah sakit, mengabarkan bahwa mereka menerima pasien atas nama Billy dan Ricky. Nyata, bukan bohongan maupun candaan.
Dalam jangka waktu enam jam setelah telepon pemberitahuan tersebut, Thomas dan Rosa akhirnya tiba juga di rumah sakit, tepatnya di lorong depan ruangan UGD. Dengan penampilan yang berantakan, mereka berdua melihat Mona dan Gilang—supir pribadi rumah—sudah ada di sana, dengan raut dan kondisi yang lebih acak serta amburadul dari kedua majikan mereka.
"Bagaimana kondisi mereka?" tanya Thomas langsung pada intinya, bahkan belum sempat duduk ataupun atur napas dulu.
Mona yang berlinangan air mata hanya menggeleng berkali-kali, tidak bisa menjawab.
"Kami belum tahu, Pak," jawab Gilang menggantikan dengan suara serak. Keadaan terlalu genting untuk mengingatkan dirinya minum barang seteguk saja.
"Apa, apa yang terjadi? Kenapa mereka bisa kecelakaan?!" Kali ini tanya Rosa dengan suara yang tidak kalah serak dan cempreng. Karena buru-buru, mereka tidak sempat saling telepon lagi sehingga pertanyaan yang paling ingin diketahui jawabannya hanya bisa ia tanyakan sekarang.
Sayang sekali, baik Mona dan Gilang tidak mengetahui kejadian yang sebenarnya. Tidak ada jawaban yang keluar dari mulut mereka kecuali gelengan yang mengecewakan lalu membisu.
Thomas kesal, marah, emosi. Ingin sekali ia berteriak dan membentak akan keteledoran serta ketidakbecusan mereka dalam menjaga kedua anaknya. Namun, ia bungkam, ia urungkan. Thomas tidak pantas memarahi mereka, karena dia dan istrinya juga salah. Mereka tidak melaksanakan peran sebagai orang tua dengan baik, malah membebankan tanggung jawab ini seluruhnya kepada pekerja. Ia tidak berhak emosi.
Berselang beberapa menit kemudian yang bagai berabad-abad penungguan, pintu ruang UGD akhirnya terbuka. Dokter dan beberapa perawat pendamping berjalan keluar dengan raut datar. Mereka berempat yang menyadari langsung berhamburan mendekat dan menanyakan kabar.
"Kedua pasien mengalami kerusakan organ dalam yang cukup parah akibat benturan kuat. Kami telah berusaha dengan maksimal, dan operasi berjalan dengan baik. Namun, kedua pasien tersebut keadaannya sedang lemah sekarang dan butuh perawatan total. Keluarga sudah boleh masuk, tapi mohon menjaga ketenangan," jelas sang dokter.
Maka tanpa menunggu, setelah berterima kasih mereka langsung masuk ke dalam ruang UGD. Terlihatlah Billy juga Ricky yang terbaring di ranjang saling bersebelahan, dengan badan penuh luka perban, juga selang-selang medis yang banyak terhubung ke tubuh mereka. Menyaksikan kondisi memilukan kedua anak yang sudah lama dirindukan, tangisan Rosa seketika pecah. Rasa sedih dan lega bercampur menjadi satu. Meskipun sekarat, setidaknya nyawa mereka masih terselamatkan. Syukur puji Tuhan.
Tidak banyak yang bisa mereka lakukan selain menghapus tangisan dan menunggu dengan sabar hingga kedua buah hati ini tersadar kembali. Pekerjaan yang terbengkalai sudah tidak lagi penting. Bahkan, Thomas dan Rosa sedang memutuskan untuk berhenti dari kerjanya ini, atau setidaknya dipindahkan pada bagian yang tidak perlu berangkat keluar kota. Sudah cukup satu kali saja pengalaman akan kehilangan anak. Mereka tidak mau lagi merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (Complete)
Romance(Belum Revisi) Oleh sebuah kejadiaan naas yang tak terelak, sepasang kembar yang bernama Ricky dan Billy pun hidup terpisah. Terkadang merindu, tetapi mereka tidak bisa bertemu. Kehilangan ini membuat hidup mereka menjadi hampa. Tidak hanya begitu...