21. Berkenalan

31 5 2
                                    

Ina tidak bisa tidur. Jam dinding sudah menunjukkan pukul tiga subuh ketika Ina mengeceknya terakhir. Dua jam sudah berlalu sejak dirinya pulang ke rumah dan berbaring di atas kasur. Namun, rasa kantuk tidak pernah sekalipun datang menyapa hingga detik ini.

Di dalam keheningan, Ina membalikkan badannya lalu meraih HP yang ia letakkan di atas nakas. Tanpa tujuan yang jelas, ia mulai membuka segala aplikasi yang dimiliki hingga berakhir di Whatsapp dan melihat nama "Prince Billy" di dalam barisan chat history-nya. Tangannya terhenti. Ina melihat dengan lekat nama dan profile pria itu yang tidak berfoto.

"Dia sudah pulang belum, ya?" gumamnya seraya menekan nama panggilan geli itu. Terpampang bekas chatting-an mereka saat membahas tentang ulang tahun Nancy. Seulas senyum kecil terukir di bibir Ina. Kejadian itu baru berlalu sekitar dua bulan, tapi rasanya sudah sangat lama bagai kenangan bertahun silam.

Halo, selamat malam. Kamu masih belum tidur? Ini sudah subuh jam tiga lewat sepuluh menit.

Ina terkejut—sampai-sampai melempar ponselnya jauh. Siapa yang baru saja mendadak kirim pesan padanya? Billy? Buru-buru disambar HP-nya kembali.

Kenapa km tau aku belum tidur?

Saya melihat statusmu sedang online.

Oh, bodohnya Ina. Tentu saja Billy akan tahu kalau ... tunggu dulu. Melihat Ina online? Kenapa dirinya dan Billy bisa pada waktu yang bersamaan membuka chatting-an mereka? Apa Billy juga sama sedang membaca bekas pesan mereka yang dulu? Inikah yang namanya berjodoh? Ina menggeleng kepalanya dengan cepat. Mereka hanya kebetulan.

Km sendiri knp belum tidur?

Saya baru saja pulang dari kerja dan sampai di rumah setengah jam yang lalu. Setelah itu saya keramas, barulah istirahatkan tubuh di atas kasur sekarang, bersiap untuk tidur.

Hari ini sungguh melelahkan. Saya baru merasa sangat capek setelah berbaring.

Tahu begitu harusnya saya memutuskan untuk izin dan tidak kerja saja. Dengan begitu saya tidak akan merasa kesal karena harus mengerjakan banyak tugas, sedangkan mereka bertiga asyik dengan dunia mereka dan mengabaikan kewajiban mereka sebagai pelayan.

Sebagai karyawan dengan usia yang paling muda, tak jarang saya selalu merasa disuruh-suruh oleh mereka untuk bekerja melebihi tugas saya yang seharusnya.

Ina hanya membaca dalam diam. Dia ragu. Apakah benar ini asli Billy yang sedang chatting-an dengannya? Tidak hanya panjang dan formal seperti yang Ina ketahui sebelumnya, isi pesan ini berupa curhatan, keluhan seorang karyawan. Memang hal ini tidaklah aneh, bahkan sudah biasa. Tapi Billy si pangeran es yang mengeluh? Oh, ini baru luar biasa.

Kalau bgtu berhenti saja. Cari kerja lain.

Baru kian detik pesan Ina terkirim, dengan cepatnya Billy sudah mulai typing lagi lalu mengirim pesan berikutnya:

Terima kasih atas sarannya, tapi mohon maaf saya menolak usulan tersebut.

Sudah hampir 3 tahun lamanya saya bekerja dengan mereka. Walaupun tidak bersama-sama mulai dari nol, tapi hubungan kami sudah sangat dekat layaknya saudara kandung. Suka duka sudah kami lalui bersama.

Masing-masing dari kami memiliki kelebihan dan kekurangan. Masalah dan keluh kesah pasti akan selalu ada juga. Tapi tidak peduli seberapa banyaknya kekurangan dan keluhan saya, kami tetap akan saling mengerti dan menerima satu sama lain.

Because whatever happens, they will always be my brothers.

Ina membisu lagi. Padahal ia hanya berniat untuk bercanda, tetapi kenapa balasan Billy bisa seserius ini? Merusak mood saja.

Twisted Fate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang