Billy membuka matanya. Setelah mematung sekejap—dan berhasil mengumpulkan seluruh kesadaran, ia mulai memandang sekitar. Billy sekarang berada di sebuah halte bus yang asing dan sepi, hanya ada dua orang lain selain dirinya sendiri. Selanjutnya, ia memeriksa tubuhnya. Rambutnya terasa rapi dan sudah diolesi gel saat disentuh, mengenakan seragam putih hitam dengan rapi, HP dan dompet pun ada di dalam saku celana, lengkap dengan isinya. Lantas, ia menoleh ke seorang perempuan yang sedang duduk menunggu di sebelahnya.
"Permisi, Mbak. Sudah berapa lama aku berada di sini?"
Wanita muda yang ditanyanya hanya menatap dengan bingung. "Maaf, aku tidak tahu, Mas. Sekitar lima menit yang lalu aku datang, Mas sudah duduk termenung di sini," jelasnya.
Billy tampak terdiam lagi sebelum mengangguk pelan. "Baiklah, terima kasih, Mbak."
Sudah tidak terlihat lagi tanda-tanda Billy ingin melanjutkan percakapan. Akan tetapi, wanita tersebut sepertinya masih ingin terus berbicara dengan pria tampan berkacamata ini.
"Sama-sama, Mas. Kalau boleh tahu, nama Mas siapa? Mas mau pergi ke—"
"Aku sudah punya pacar." Billy melirik tanpa berekspresi. "Aku tidak tertarik padamu."
Wajah wanita itu merah padam. Tidak peduli lagi bus yang ditunggu akan sampai apa tidak, dalam detik itu juga ia bangkit dan berlari pergi. Satu orang lainnya—yang juga perempuan dan mungkin adalah temannya—ikut berdiri dan segera menyusul. Tinggallah Billy sendirian di halte yang minim cahaya itu.
Menghela napas sekali, Billy turut mengeluarkan ponselnya. Terpampang angka 7.48 di layar. Ia kemudian menekan sesuatu lalu menempelkan HP di telinganya. Terdengar nada sambung sekali, telepon pun diangkat.
"Hai, Bil. Sudah ingat telepon bosmu ya, kali ini? Tidak low batt lagi, kan? Baiklah, kali ini kamu kenapa? Macet? Telat bangun?"
Billy tidak ingin menjawab. "Tersesat."
Sunyi sekilas, kemudian terdengar suara tawa yang sangat keras dari telepon—membuat Billy segera menjauhkan ponselnya dari telinga—selama beberapa saat.
"Billy, oh Billy. Berapa usiamu sekarang? Zaman now masih tersesat? Tidak ada alasan yang lebih baguskah? Diculik alien kek, atau dikurung sama cewek cantik gitu. Memangnya kamu habis ke mana bisa tersesat segala?"
"Aku usahakan akan segera tiba," jawab Billy singkat dan telepon pun ditutup. Tidak ingin mengulur waktu, ia langsung memesan Grab untuk menjemputnya. Tertulis bahwa dalam tiga menit mobil baru akan tiba. Sekali lagi ia membuang napas lalu memasukkan kembali HP ke dalam saku.
"Jauh sekali kamu pergi, Billy," katanya pada diri sendiri. Pada saat ia hendak memesan mobil, dari peta terlihat bahwa jarak antara tempat ini dan bar tujuannya ada sekitar 20 km. Tempat ini pun berlawanan dari tempat tinggalnya, yang artinya dalam keadaan tidur dirinya telah menempuh jarak puluhan kilometer jauhnya.
Ya, kamu tidak salah baca. Karena Billy bekerja hingga subuh, otomatis dirinya akan tidur pada pagi hari dan bisa sampai sore. Tetapi, ia tidak tidur begitu saja. Ia mengalami sleepwalking. Dan tidak hanya sampai di situ. Di kala orang normal mengalami tidur berjalan selama beberapa menit dan hanya berada di dalam rumah lalu jatuh tidur lagi, Billy bisa beraktivitas dalam tidurnya layaknya orang normal; makan, mandi, berjalan keluar. Lalu dirinya akan berakhir dengan terbangun di suatu tempat entah di mana itu, seperti saat ini.
Billy kembali mengamati dirinya. Berbeda dari biasanya yang lebih sering amburadul ataupun memakai pakaian lain, kali ini dia sungguh rapi. Ia sama sekali tidak merasa lapar, yang artinya dia memang sudah sempat makan tapi tidak pula belepotan mengenai pakaiannya. Dari kebanyakan artikel yang dibaca mengenai sleepwalking tahap parah, mayoritas akan berpenampilan kotor serta berantakan. Belum lagi hari ini ia keluar jauh sekali dari rumah dengan kondisi tubuh yang aman sehat walafiat, kasus yang sungguh langka. Berkali-kali Billy hendak cek ke dokter. Tetapi ia mengurungkan niatnya, lantaran merasa cemas dan takut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Twisted Fate (Complete)
Romance(Belum Revisi) Oleh sebuah kejadiaan naas yang tak terelak, sepasang kembar yang bernama Ricky dan Billy pun hidup terpisah. Terkadang merindu, tetapi mereka tidak bisa bertemu. Kehilangan ini membuat hidup mereka menjadi hampa. Tidak hanya begitu...