22. Part 2

20 4 0
                                    

Berbeda dari hari-hari biasanya, Ricky sedang duduk sendirian di ruang tamu. Jam menunjukkan pukul sembilan pagi. Dia tidak melanjutkan tidurnya sejak terbangun tiga jam yang lalu. Dia juga tidak menyantap sarapannya bersama kedua orang tua. Dia hanya duduk dengan kedua mata menatap lurus televisi yang tidak menayangkan apapun. Dia melamun dan tidak bergerak.

"Nyonya, Rickynya mau dipanggil sarapan, gak? Dia sudah duduk termenung lama di sana," tutur Mona si pembantu yang tampak khawatir.

Rosa tidak menjawab. Dia sendiri juga tidak kalah cemas, terbukti dengan sarapannya di meja yang masih utuh tak tersentuh. Setelah aksi mogok kuliah, apalagi yang terjadi dengan anaknya sekarang?

"Biarkan saja anak itu," jawab Thomas menggantikan sembari menyantap bubur ayamnya. "Dia akan makan kalau merasa lapar. Dia lagi butuh waktu untuk diri sendiri."

Mendengar ungkapan suaminya, bohong kalau Rosa berkata bahwa dirinya tidak terkejut. Thomas selama ini selalu ingin Ricky pergi kuliah, atau minimal melakukan suatu aktivitas, bukannya melamun dan menghabiskan waktu tanpa makna. Apakah karena perdebatan mereka kemarin yang menggantung itulah yang membuat Thomas mulai berubah pikiran?

"Aku tidak akan memaksanya lagi," ujarnya sesuai dugaan Rosa. "Benar apa katanya, waktunya terbatas. Mungkin bagi kita sepele, sebab kita tidak mengalaminya secara langsung. Kita tidak akan bisa mengerti bagaimana perasaannya yang sesungguhnya tanpa Ricky berkata dengan terus terang kemarin. Aku ... mungkin terlalu keras padanya."

Thomas memandang istrinya dengan tatapan yang tajam tapi juga lelah.

"Ricky sudah dewasa. Aku yakin anak kita pasti bisa menerima keadaannya dan bangkit lagi, melakukan sesuatu yang benar-benar ingin dia lakukan nantinya. Jadi sebelum itu terjadi, biarlah dia healing dengan caranya."

Tak berapa lama, Thomas yang sudah menyelesaikan sarapannya pun berangkat kerja. Walaupun tak begitu nafsu, Rosa juga mulai menyantap makanannya. Hingga sudah setengah porsi dimakan, ternyata Ricky yang diam-diam selalu ia tatap masih tetap duduk bergeming di tempat. Kerutan kembali tercipta di dahi Rosa. Kata suami, Ricky yang sudah dewasa bisa mengurus dirinya sendiri. Namun, tidak peduli sedewasa apapun dia, Ricky tetaplah anak kesayangan Rosa yang masih butuh perhatian. Rosa tidak tega mengabaikannya. Tidak bisa lagi menahan diri, ia pun beranjak juga ke ruang tamu, duduk di sebelah anaknya yang masih setia melamun.

"Sayang, kamu lapar tidak? Kamu sudah duduk lama di sini, tidak makan, tidak minum. Ini, Mama bawakan bubur ayam. Dimakan, ya?" Ia meletakkan nampan berisi semangkok bubur dan segelas air putih.

Oleh perhatian yang kecil ini, Ricky akhirnya bergerak juga untuk melirik mamanya. Namun, itu hanya sebentar karena ia sudah berpaling lagi ke arah depan. Rosa diam-diam menghela napas. Karena pasrah, mamanya pun memutuskan untuk pergi saja sampai ia mendengar suara Ricky memanggilnya.

"Ma, aku ingin bertemu dengan Billy."

Baru saja mendengar nama itu disebut dari mulut Ricky, Rosa seketika menjadi pucat. Daripada tentang dirinya sendiri, ternyata Ricky sedang memikirkan saudara kembarnya?

"Itu ... mustahil, Sayang," jawab mamanya penuh dusta.

"Kenapa?"

"Billy ... tidak bisa bertemu denganmu. Dia tidak ingin, Nak. Dia sedang tidak ada di sini."

Ricky menyeringai dingin. Ternyata mamanya akan terus mempermainkannya.

"Di mana dia sekarang, Ma? Biar aku yang pergi menemuinya. Aku serius," ucap Ricky yang masih ingin memberikan kesempatan.

Sayangnya, kesempatan ini disia-siakan karena Rosa memilih untuk tidak menjawab. Alhasil, Ricky pun menyeringai lagi. Entah apa yang kedua orang tuanya inginkan dari Ricky atas permainan rahasia ini. Apa karena tragedi itu membuat Ricky menjadi sesosok monster yang akan membahayakan nyawa Billy? Oleh sebab itu, mereka melindunginya dan melarang mereka untuk bertemu, bahkan termasuk larangan untuk mengetahui kabar masing-masing. Bukankah sangat lucu jadinya? Apapun itu alasannya, Ricky telah mengikuti permainan mereka sepuluh tahun lamanya dan itu sudah cukup. Sudah saatnya ia berhenti.

Twisted Fate (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang