Hug

74 11 0
                                    

Visualisasi :
j-hope as Hosea Wiguna

***

Satu minggu sudah Eunike bekerja sebagai asisten pribadi Yudha. Tepat seperti kata Yudha, setiap harinya beban kerja Eunike semakin banyak dan semakin banyak. Mulai dari mengurus jadwal, menyusun berkas, menerima dan memberikan berkas, memilah berkas penting untuk Yudha baca lebih dulu, serta mencatat notulensi rapat. Semakin hari, Eunike semakin lelah dibuatnya. Namun, satu hal yang Eunike ingat, mencari pekerjaan lebih melelahkan dibanding bekerja. Setidaknya, lelahnya bekerja terbayarkan dengan gaji yang setiap bulan akan ia dapatkan.

Hari ini, hari keberangkatan Yudha untuk perjalanan bisnis ke Yogyakarta. Entah bagaimana ceritanya, akhirnya Eunike ikut mendampingi Yudha untuk perjalanan bisnisnya. Di sinilah Eunike berada, Bandara Soekarno-Hatta, menunggu kedatangan Yudha. Mereka berangkat terpisah karena Yudha perlu menghadiri acara pernikahan temannya terlebih dahulu sebelum berangkat ke Yogyakarta.

Dari kejauhan mata Eunike mendapati seorang pria dengan kaus hitam yang dirangkap dengan kemeja flanel merah, lengkap dengan kacamata hitam dan topinya. Bibir Eunike terbuka tipis memandangi bos nya tersebut yang membuat pangling dirinya. Bagaimana tidak? Selama seminggu ini, Eunike hanya melihat Yudha dengan setelan jasnya yang membuat Yudha tampak tegas dan terasa sulit didekati. Namun, hari ini Eunike dapat melihat sisi lain Yudha yang terlihat keren dan tampan secara sederhana.

"Sudah siap semua? Tidak ada yang tertinggal?" Tanya Yudha tetap dengan nada tegasnya

"Sudah, Mas. Saya sudah periksa berkali-kali" Jawab Eunike dengan percaya diri

Yudha hanya mengangguk tipis sambil melewati Eunike menuju gerbang pemeriksaan. Langkah besar Yudha membuat Eunike jauh tertinggal di belakang Yudha. Akhirnya, Eunike harus sedikit berlari untuk menyesuaikan laju jalan Yudha yang besar dan cepar tersebut.

***

Eunike menarik koper miliknya keluar dari Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Jujur, sedari tadi ia bingung dengan Yudha kenapa ia hanya membawa tas punggung bukan koper padahal ia harus berada di Yogya selama 3 hari. Pertanyaan tersebut terjawab saat sebuah mobil berhenti tepat di depan Eunike dan Yudha. Eunike mengalihkan pandang pada Yudha yang kini menyapa sopan sang supir yang ia yakini sudah mengenal Yudha cukup lama.

Mereka berdua masuk ke dalam mobil dan duduk bersebelahan di kursi penumpang. Suasananya canggung, namun Eunike berusaha mengabaikannya. Ia memilih untuk melihat langit malam Yogyakarta yang terlihat sedikit lebih cerah dibandingkan dengan Jakarta. Sementara Yudha, ia memilih untuk memejamkan matanya selama perjalanan.

Hingga akhirnya mobil berhenti di sebuah rumah yang dapat dibilang cukup mewah, bukan hotel seperti yang Eunike pikirkan. Mata Nike langsung memandang Yudha yang masih setia dengan tidurnya. Ingin rasanya membangunkan Yudha, tapi ia tak berani takut menganggu sang atasan yang terlihat kelelahan.

"Hmm....sudah sampai ya?" gumam Yudha yang terbangun dari tidurnya setelah beberapa saat tiba

"Iya, Mas. Tapi maaf ini kita bukannya ke hotel ya harusnya?" Tanya Nike dengan hati-hati

Yudha sedikit menguap dan merenggangkan tubuhnya yang lelah tersebut sebelum menjawab pertanyaan Nike. "Sayang uangnya. Keluarga saya ada rumah di Yogya. Ada kamar juga banyak. Kenapa harus ke hotel?" Jelas Yudha sambil membuka pintu mobilnya

Eunike buru-buru mengikuti Yudha yang keluar dari mobil dan melangkah menuju tempat kediaman Keluarga Giandra tersebut. Pantas saja Yudha tidak membawa koper dan barang yang banyak, ternyata ia menginap di rumahnya sendiri di Yogya. Ingin rasanya Eunike membantah Yudha, namun ia urungkan niatnya karena bagaimanapun ia masih baru di kantor.

Pit Stop (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang