What If

38 9 0
                                    

Katanya, cinta pertama itu tidak pernah berakhir bahagia. Itulah yang langsung muncul di benak Eunike saat Julian menemuinya siang itu. Julian menyerahkan amplop coklat pada Eunike untuk menjelaskan kedatangannya tempo hari ke kos Eunike.

Tangan Eunike membalik satu per satu lembar file di dalam amplop tersebut. Laporan autopsi Yoga Giandra, gambar tangkapan rekaman CCTV, hingga surat wasiat Yoga yang memasukkan nama Sri Rahayu sebagai bagian dari pewaris hartanya. Eunike tak mengerti maksud dari Julian awalnya, namun akhirnya ia mendapati satu kecurigaan.

"Jangan bilang-" ucap Eunike tercekat. "Mama saya ngelakuin ini semua?" tanya Eunike dengan nada bergetar nya

"Itulah kenapa saya ingin menemukan mama kamu. Saya butuh penjelasan. Semuanya benar-benar klop, Eunike. Laporan autopsi menyatakan Papa terkena serangan jantung, memang Papa punya penyakit jantung namun poin pentingnya adalah ada kandungan kokain dengan dosis yang cukup tinggi dalam tubuh Papa. Selain itu, di rekaman CCTV ini juga terlihat Mba Sri memasukkan sesuatu ke dalam minuman Papa tepat sebelum Papa terkena serangan jantung. Nama Mba Sri juga masuk dalam ahli waris Papa 2 minggu sebelum kejadian. Seperti semuanya telah dirancang dengan sempurna, Ke" jelas Julian panjang lebar

Eunike menggeleng pelan menolak untuk percaya apa yang dikatakan Julian saat ini. Mama yang ia kenal adalah mama yang sangat penyayang dan tidak tega bahkan untuk membunuh semut sekalipun. Mana mungkin mamanya membunuh Yoga Giandra, Papa dari Julian, Juna, dan.....Yudha, kekasihnya.

Nafas Eunike tercekat saat nama Yudha terlintas di benaknya. Kepingan memori di mana Yudha menangis karena rasa bersalahnya membuat Eunike semakin merasakan sesak di dadanya. Ia tidak tahu harus apa setelah mengetahui fakta tersebut. Tanpa mengetahui fakta tersebut, Yudha sudah se-trauma itu dengan rasa bersalahnya. Apalagi jika ia mengetahui Mama dari gadis yang ia cinta yang membunuh Papanya sendiri. Eunike tidak bisa membayangkan betapa sakit hati Yudha ketika melihatnya.

Sementara berkutat dengan pikirannya, kepala Eunike berdenyut kencang, nafasnya juga semakin tercekat membuat pandangannya kabur seketika. Tubuhnya pun melemas membuat ia menutup matanya, jatuh tak sadarkan diri. Untung saja dengan sigap, Julian menangkap tubuh Eunike dan dibawanya Eunike menuju rumah sakit hari itu.

"Melamun saja, sayang" ucap Yudha sambil mengecup pipi Eunike dengan lembutnya

Seketika Eunike sadar dari lamunannya akibat sentuhan bibir Yudha di pipi Eunike. Senyum kecil ia tampilkan pada Yudha saat pria itu mengelus pelan pipi Eunike dengan telapak tangannya. Hangat, perasaan hangat dari sentuhan Yudha tersebut membuat Eunike ingin menghentikan waktu sebentar untuk menikmati waktunya bersama Yudha.

Setelah berpikir dalam 2 minggu terakhir, keputusan Eunike telah bulat untuk mengakhiri hubungannya dengan Yudha. Hanya saja ia bingung, apakah ia harus memberitahukan alasannya yang sebenarnya atau tidak pada Yudha. Separuh dirinya ingin Yudha tahu kebenarannya, sedang separuh lainnya takut Yudha akan membencinya. Eunike bimbang keputusan apa yang harus ia buat?.

"Gimana rumahnya, Ke?" tanya Yudha pada Eunike setelah melakukan home tour singkat dengan Eunike

"Nyaman" jawab Eunike dengan senyumannya

"Baguslah kalau begitu. Nanti kita bisa tinggal di sini kalau kita nanti menikah" ucap Yudha dengan senyumannya

Seperti yang sudah mereka janjikan, Yudha membawa Eunike untuk main ke rumahnya. Rumah tersebut adalah Rumah milik Yudha yang ia beli dengan keringatnya sendiri saat kabur dari rumah Papanya. Rumah minimalis dengan desain yang serba monokrom membuat rumah tersebut tampak elegan dibuatnya, sesuai dengan selera Yudha. Rumah yang nyaman untuk berkeluarga.

Pit Stop (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang