Fever

55 9 2
                                    

Langit mendung hari itu mengawali pagi di minggu terakhir bulan November. Seperti biasa, akhir bulan adalah minggu yang sibuk bagi Yudha begitupula untuk Eunike. Terhitung sudah 2 bulan setengah Eunike sudah menjadi asisten Yudha dan 2 minggu sejak ia menjadi pacarnya Yudha. Tak ada yang berbeda, Yudha masih menempatkan dirinya dengan 2 peran yang berbeda, sebagai atasan dan sebagai pasangan. Apapun itu, Eunike tetap menyukai Yudha baik sebagai atasan yang ia hormati maupun sebagai pasangan yang ia kasihi.

"Eunike, bos kamu sudah datang loh" bisik Nanda pada Eunike yang baru tiba

Eunike mengecek jam tangannya dan ternyata jam kerja pun belum dimulai. Tidak biasanya Yudha datang sepagi ini. Otak Eunike mulai memikirkan kemungkinan yang mungkin terjadi pada Yudha.

Mungkin ada pekerjaan yang belum selesai

"Saya masuk dulu ya, Nanda" kata Eunike sambil meninggalkan Nanda

Eunike membuka pintu ruangan Yudha dan mendapati Yudha sedang tertidur di atas tumpukan file di meja kerjanya. Tidak biasanya Yudha tertidur di pagi hari ini seperti ini. Eunike meletakkan barang bawaannya di meja kerjanya sambil memperhatikan Yudha yang masih tertidur. Mata tajam Eunike menangkap ekspresi tidak nyaman Yudha dalam tidurnya. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk mendekat pada Yudha.

"Mas Yudha" panggil Eunike sambil menepuk pundak Yudha

Yudha membuka matanya perlahan saat Eunike membangunkannya. Eunike menangkap mata sayu milik Yudha dan wajahnya yang sedikit pucat tanda Yudha sedang tidak baik-baik saja. Entah keberanian darimana, tangan Eunike bergerak menuju jidat Yudha untuk mengukur suhu tubuhnya.

"Mas sakit?" tanya Eunike khawatir

"Tidak. Saya hanya lelah sedikit" elak Yudha sambil meregangkan ototnya perlahan

"Sebentar saya cari termometer dulu. Mas Yudha demam sepertinya" kata Eunike sambil buru-buru pergi meninggalkan Yudha

Belum sempat Yudha melarang, Eunike telah berlari menjauh dari Yudha. Memang Yudha rasa dirinya tidak enak badan, namun ia tidak mau hal itu membuat pekerjaannya terganggu apalagi membuat orang lain khawatir. Hanya saja Eunike tetap khawatir walau ia sudah bilang ia tidak apa-apa. Tak butuh waktu lama untuk Eunike kembali membawa sekantung obat dari apotik terdekat, sekantung bubur ayam, dan termometer pastinya.

"Saya baik-baik saja, Eunike" tegas Yudha

"Saya baru percaya kalau sudah liat suhu tubuh Mas Yudha dengan mata saya sendiri" kata Eunike tak kalah tegasnya

Akhirnya, Yudha mengalah membiarkan Eunike memeriksa suhu tubuhnya. Sambil menunggu termometer mengukur suhu, Eunike menyiapkan bubur untuk Yudha makan. Tak lupa juga Eunike meletakkan sekantung obat di meja Yudha. Setelahnya, Eunike mengambil termometernya kembali saat pengukuran telah usai. Dilihatnya hasil pengukuran termometer tersebut.

"Dha....38.5 derajat loh" kata Eunike penuh penekanan pada Yudha.

"Tapi aku gak apa-apa, Ke". Sekali lagi Yudha berusaha meyakinkan Eunike. Namun sayang, Eunike bukan orang yang mudah dibohongi

"Sekarang kamu makan buburnya, habis itu minum obat. Aku reschedule jadwal kamu hari ini" Kata Eunike seraya berjalan kembali meja kerjanya untuk mengatur jadwal Eunike

"Jangan !!. Jangan reschedule. Aku masih sanggup kerja kok. Aku makan dan minum obat ini ya tapi jangan di reschedule" pinta Yudha pada Eunike yang kini sudah bersiap memegang gagang telepon

"Yudha" balas Eunike dengan nada kesalnya

Mereka berdua bertatapan untuk sementara waktu. Yudha menampilkan senyum tipisnya berusaha meyakinkan Eunike bahwa ia tidak apa-apa hanya demam sedikit saja. Akhirnya, Eunike hanya menghela nafas menyetujui permintaan Yudha.

"Hari ini hanya ada 1 meeting dengan Tim R&D jam 1 siang, Mas" kata Eunike

Eunike kembali pada mode asistennya setelah tanpa sadar mengubah cara bicaranya menjadi mode pacar.

"Baik kalau begitu. Saya istirahat dulu sebentar. Semalam saya tidak bisa tidur" jawab Yudha setelah menelan obat yang tadi Eunike berikan

Yudha melangkah menuju sofa ruang kerjanya dan berbaring di sana. Setidaknya, ia harus istirahat sebentar untuk menurunkan demamnya. Seminggu ini, ia cukup kewalahan dengan banyaknya dokumen yang harus ia periksa.

Sementara itu, Eunike memandangi Yudha dari mejanya masih sedikit khawatir dengan kondisi Yudha yang tidak fit hari ini. Namun, apa daya, Eunike hanya seorang asisten yang harus menuruti perintah dari bosnya. Ingin rasanya menyuruh Yudha pulang dan beristirahat total di rumahnya. Namun, ia juga tahu banyak hal yang harus Yudha urus di kantor sebagai CEO.

Untuk sementara waktu, Eunike hanya membiarkan Yudha berbaring di sana sementara Eunike melakukan tugasnya.

***

Waktu menunjukkan pukul 11.30 saat Yudha bergerak meregangkan tubuhnya. Ia bangkit dari tidurnya dan menatap Eunike dengan senyuman manisnya. Terlihat keadaannya sudah jauh lebih baik walaupun masih terlihat sedikit pucat.

"Sudah baikan, Mas?" tanya Eunike sambil membalas email yang masuk untuk Yudha

"Sudah. Terima kasih ya" kata Yudha seraya bangkit dari duduknya mendekat ke arah Eunike

Walau Yudha kini tepat berada di depannya, Eunike tetap fokus pada pekerjaannya tak menatap Yudha yang kini tersenyum manis padanya.

"Eunike. Kamu sibuk nanti malam?" Tanya Yudha dengan hati-hati

"Tidak, Mas. Ada apa? Mau lembur lagi? Mas Yudha masih sakit masa mau lembur hari ini?" cecar Eunike yang kini menatap Yudha dengan penuh kekhawatiran

Yudha tertawa kecil mendengar nada khawatir dari Eunike. Bagi Yudha saat ini, wajah khawatir Eunike terlihat sangat menggemaskan. Ingin rasanya ia mencubit pipi kekasihnya itu kalau saja ia tidak ingat profesionalitasnya di kantor. Ternyata, ini rasanya di khawatirkan oleh seseorang. Ia belum pernah merasakan seseorang mengkhawatirkan dirinya seperti itu. Ini pertama kalinya, Yudha mendengar nada khawatir yang tulus padahal ia hanya demam sedikit saja. Tentu, Yudha menyukai hal itu.

"Kerjaan saya belum selesai, Eunike"

"Ini aku lagi mode pacar. Gak boleh lembur kalau lagi sakit" kata Eunike sambil menyilangkan tangannya di depan

"Ini masih di kantor Eunike, mohon profesionalitasnya" jawab Yudha dengan tegas sambil bertolak pinggang menatap Eunike dengan tajamnya

Kedua mata mereka beradu tatap tak mau mengalah satu sama lain. Eunike berpikir bahwa kesehatan Yudha adalah yang paling penting saat ini, sedangkan Yudha berpikir pekerjaannya lebih penting karena itu adalah tanggung jawabnya. Beberapa menit berlalu, akhirnya Eunike mengalah dan mengalihkan pandang dari Yudha.

"Ya sudah. Saya bantuin, Mas" ucap Eunike pelan

Yudha akhirnya tersenyum sambil mengacak-acak rambut Eunike. "Iyah, sayang. Bantuin aku ya" jawab Yudha

"Ini masih di kantor, Mas. Mohon profesionalitasnya" jawab Eunike sambil mendengus kesal membalikkan kata-kata Yudha sebelumnya

Yudha hanya tersenyum sambil berjalan kembali ke meja kerjanya. "Tolong laporan untuk proyek dengan JM Group dicetak dan dibuat 3 salinan ya, Eunike. Itu bahan untuk meeting dengan R&D nanti siang" kata Yudha kembali ke mode atasannya

"Siap, Mas" jawab Eunike

Yudha tersenyum kecil sambil memandangi gadis yang kini meninggalkan ruangannya tersebut untuk membuat salinan. Ia tidak pernah menyangka, kalau ada orang yang sangat mengkhawatirkan dirinya seperti itu hanya karena sedikit demam. Yudha semakin yakin dengan dirinya sendiri bahwa Eunike adalah orang yang tepat, yang ia inginkan untuk menghabiskan sisa-sisa hidupnya.

Apa langsung menikah saja?

Pit Stop (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang