Break

39 9 0
                                    

Dengan langkah lemahnya, Yudha memasuki kediamannya. Tubuhnya terasa sangat lelah dan berat setelah mengetahui fakta kemarin malam. Ingin rasanya ia tidur dan tak bangun kembali karena sungguh ini terasa sangat menyiksa batinnya

Saat Yudha melangkah, ia melihat Eunike terbaring di sofa ruang tamunya, masih terlelap dalam tidurnya. Mata Eunike terlihat sembab akibat tangisannya tadi malam. Yudha melangkah mendekat ke arahnya dan berlutut di sisi sofa memperhatikan gadisnya yang tertidur tersebut.

Dibelainya helaian rambut Eunike secara perlahan. Sebagian dirinya butuh Eunike dalam hidupnya, namun sebagian lainnya tetap melihat Eunike sebagai anak dari pembunuh Papanya. Yudha tak bisa melepaskan fakta tersebut saat memandangi Eunike. Ia terus teringat pada file yang ia baca malam itu.

Apa tidak bisa ingatannya dihapus saja?

"Yudha? Kamu tidak apa-apa kan?" tanya Eunike setelah terbangun dari tidurnya karena sentuhan Yudha

"Sakit, Ke" ucap Yudha pelan nyaris tak terdengar

"Maafin aku, Dha" kata Eunike sambil bangkit dari tidurnya

Eunike langsung merengkuh Yudha dalam pelukannya. Ia tahu Yudha membutuhkannya sebagai tempat pelariannya, namun Ia juga tahu kalau dirinya juga sumber rasa sakitnya. Eunike tak tahu apa yang harus ia lakukan pada hubungannya dengan Yudha. Ia pikir akan mudah untuk melepaskan Yudha, namun ternyata semuanya tak semudah kata-kata 'Ia ingin Yudha bahagia'. Separuh dirinya masih ingin bertahan bersama Yudha.

"Kamu gak salah, Ke. Aku yang salah, Ke. Aku harusnya gak mulai semuanya. Aku harusnya gak peluk kamu tiba-tiba. Aku harusnya gak minta berteman dengan kamu. Harusnya-"

Eunike menghentikan ucapan Yudha dengan mengecup bibir pria itu. Dari kedua pipi pasangan tersebut mengalir air mata yang cukup deras seiring dengan kecupan yang mendalam menjadi ciuman. Untuk sementara waktu mereka hanyut dalam ciuman tersebut hingga akhirnya mereka menarik diri perlahan memisahkan tautan bibir mereka.

"Semua bukan salah kamu, Dha. Pasti ada alasan dibalik pertemuan kita" kata Eunike sambil mengelus pipi Yudha. "dan pasti ada alasan dibalik perpisahan kita" tambah Eunike dengan volume yang sedikit lebih pelan

Yudha menggeleng pelan. "Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan untuk kita, Ke. Aku sayang kamu tapi setiap lihat kamu dada aku sesak ingat Papa aku, Ke" ucap Yudha sambil menundukkan kepalanya

Tangan Eunike mengangkat dagu Yudha perlahan membuat pria itu menatapnya. "Aku sudah siap jika kamu ingin berpisah. Aku tahu kamu pasti kesulitan, Dha" kata Eunike dengan nada yang sedikit bergetar

Kali ini Yudha yang merengkuh Eunike dalam pelukannya. Ia bimbang dan tidak mau mengambil keputusan dalam keadaannya yang seperti ini. Ia tidak mau menyesal di kemudian hari dengan kehilangan orang yang dicintainya, rumahnya, masa depannya. Hanya saja ia butuh waktu untuk menyelesaikan semuanya. Ia butuh waktu juga untuk memulihkan hatinya.

Yudha melepaskan pelukannya lalu menggenggam tangan Eunike sambil menatapnya. "Beri aku waktu untuk cari tahu semuanya dan kebenarannya. Untuk sementara ini, aku mau kita break dulu, Ke" ucap Yudha

"Ya, Dha. Aku tahu kamu butuh waktu untuk semuanya. Aku terima apapun keputusan kamu" jawab Eunike

"Aku izin sama kamu, Ke. Kalau....Kalau...." kata Yudha dengan terbata-bata

Eunike mengelus pelan pipi Yudha sambil menatap dalam kedua manik mata milik Yudha. "Kalau mama aku benar-benar bersalah, kamu bisa proses secara hukum, Dha" ucap Eunike pelan

Yudha tak melepaskan genggamannya pada Eunike. Walau keputusannya adalah untuk berhenti sementara waktu, namun Ia tetap tidak ingin kehilangan Eunike. Matanya menyiratkan sakit yang tiada terkira saat bertemu dengan mata Eunike yang sama sakitnya. Keduanya tersakiti, Keduanya terluka, dan Keduanya butuh tempat untuk bersandar. Namun, rumah mereka yang saling menguatkan tersebut sedang runtuh bersamaan membuat mereka hilang arah kemana harus kembali.

Pit Stop (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang