Irisan

45 10 0
                                    

Suara rinai hujan menemani Julian dan Eunike yang kini tengah duduk di teras kos Eunike. Saat pria itu sampai tadi, tiba-tiba saja hujan turun seakan mengizinkan pria itu untuk tinggal lebih lama berbincang dengan Eunike. Namun, setelah 5 menit duduk bersama di teras, Julian tak membuka suaranya, membicarakan maksud kedatangannya ke kos Eunike.

"Pak Jul-"

"Panggil Julian saja atau An" sela Julian sebelum Eunike menyelesaikan panggilannya

"Ya, Julian. Ada perlu apa kemari?" tanya Eunike dengan sopan

Julian memandang Eunike sesaat sebelum kembali menatap rinai hujan di depannya. "Saya cuma mau ketemu kamu" jawab Julian singkat

Baru saja tadi ia usai bertengkar karena kecemburuan Yudha terhadap Tama. Jika Yudha tahu adiknya kemari tanpa sepengetahuannya, dapat dipastikan Yudha akan marah besar, baik pada Eunike maupun pada Julian. Namun sepertinya, alam sedang berpihak pada Eunike malam ini. Tak lama berselang, hujan berhenti membuat Julian bangkit dari duduknya. Begitupula Eunike yang akhirnya kini berdiri di samping Julian.

"Pantas saja kamu familiar, Eunike" ucap Julian sambil mendekat ke arah Eunike

"Maksudnya?" tanya Eunike bingung

Langkah Julian kian mendekat membuat Eunike mundur menjauhi tubuh Julian yang kini tengah mengikis jarak di antara keduanya. Hingga akhirnya, Eunike terpojok di antara tembok dan Julian. Pria itu sedikit menunduk menyesuaikan tingginya dengan pandangan mata Eunike sehingga ia bisa menatap gadis itu dari mata ke mata.

"Sri Rahayu" ucap Julian

Mata Eunike membulat saat nama lengkap Mamanya disebut oleh Julian. Ia tidak pernah menduga nama Mamanya akan keluar dari bibir Julian yang bahkan baru ia kenal saat rapat pemegang saham pada awal tahun.

"Kamu kenal mama saya?" tanya Eunike penuh harap

Ia sungguh berharap dirinya dapat bertemu lagi dengan Mamanya, entah hidup maupun meninggal. Ia ingin mengetahui jejak Mamanya. Jika masih hidup ia ingin memeluk Mamanya tersebut atau jika sudah meninggal ia ingin melihat kuburan Mamanya sebagai tempat peristirahatan terakhir. Dengan Julian menyebut nama Mamanya membuat harapannya melambung tinggi, berharap Julian mengetahui keberadaan Mamanya.

"Kamu sangat mirip mama kamu. Itu sebabnya saya merasa familiar walau belum pernah bertemu kamu" ucap Julian dengan senyum miringnya lalu membalikkan tubuhnya menghadap halaman luar

"Kamu tahu Mama saya ada di mana? Saya ingin bertemu" pinta Eunike dengan tatapan putus asa nya

"Harusnya saya yang tanya di mana dia sekarang. Dia berhutang penjelasan!!" bentak Julian pada Eunike

Bentakan Julian bergema di telinga Eunike, cukup membuat bulu kuduknya merinding. Ternyata bentakan Yudha selama ini masih kalah dengan bentakan Julian yang kini berkacak pinggang menatap halaman kos Eunike.

"Ini peringatan saya yang pertama dan terakhir, Eunike. Jauhi Yudha, jauhi Abang saya. Saya tidak mau kamu lukai hati Bang Yudha" perintah Julian sambil tetap memunggungi gadis itu

"Saya cinta sama Yudha, An" jawab Eunike

Julian berbalik saat mendengar kalimat klise yang sering terdengar sambil mendengus kesal. "Buah jatuh gak jauh dari pohonnya, Eunike. Saya tahu kamu hanya mengincar harta Bang Yudha. Kamu, Mama kamu, dan Papa kamu semuanya sama" ucap Julian tajam pada Eunike

"Sekali lagi saya peringatkan, jauhi Bang Yudha" tambah Julian sebelum akhirnya meninggalkan Eunike

Kalimat Julian terus bergema di telinga Eunike. Tubuhnya jatuh terduduk di teras kosnya. Selama berpacaran dengan Yudha, Eunike tak pernah sekalipun memikirkan tentang harta Yudha sedikitpun. Tega sekali Julian menuduhnya ingin mengincar harta Yudha saja. Alasan Eunike untuk berpacaran dengan Yudha pun hanya sederhana, yaitu keinginannya untuk melihat senyum dan tawa Yudha yang merekah. Bahkan dirinya merasa bersalah pada Yudha saat Papanya menipu Yudha.

Pit Stop (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang