Chaos

38 9 4
                                    

Seorang pria bertubuh tinggi tegap berdiri sambil menerima panggilan di ujung teleponnya. Tangannya sedari tadi terkepal melampiaskan kekesalan yang tertahan. Matanya menyiratkan amarah yang begitu mendalam karena kehilangan tawanan yang selama ini ia jaga mati-matian untuk melindungi dirinya dari kejahatan yang ia lakukan.

"Saya tidak mau tahu, cari sampai ketemu. Jangan sampai jalang sialan tersebut menimbulkan masalah !!!" bentak pria itu pada sang pemanggil di ujung sana

Ponsel tersebut dilempar ke sembarang arah olehnya. Barang di atas meja pun menjadi korban sapuan tangannya hingga banyak barang yang pecah. Ia berteriak marah sambil memijit pelan pelipisnya.

Tidak, ia tidak boleh ketahuan

***

Hari ketiga di minggu terakhir bulan Januari membawa Eunike, Nicholas, dan Mba Sri duduk bersama di ruang tamu. Eunike akhirnya memilih tinggal bersama Mamanya dan Nicholas di villa milik Yudha setelah mengemasi barang-barangnya dari hotel. Mba Sri sempat jatuh sakit sejak tiba di villa kemarin jadi mereka belum sempat mengorek informasi dari Mba Sri. Oleh karena itu, Hari inilah saat yang mereka tunggu itu, kebenaran yang terjadi pada hari itu.

"Jadi, Mba Sri benar asisten Pak Yoga?" tanya Nicholas memulai pembicaraannya

"Benar, Dek. Saya asistennya Pak Yoga. Beliau sangat baik pada saya sampai kami diperbincangkan oleh banyak orang. Saat itu, sampai banyak yang bilang saya jalangnya Pak Yoga, padahal tidak. Saya hanya bekerja tulus membantu Pak Yoga" jawab Sri dengan perlahan

Kalimat Mamanya tersebut mengingatkan perlakuan buruk yang ia terima saat hubungannya dengan Yudha terkuak. Komentar jahat yang membuat hatinya teriris ternyata dialami juga oleh Mamanya. Eunike tahu bagaimana sakitnya hati Mamanya saat itu. Tangannya memegang tangan Mamanya berusaha menguatkan Mamanya agar dapat melanjutkan ceritanya.

"Mba Sri bisa ceritakan kejadian di hari kematian Pak Yoga?" tanya Nicholas sambil menunjukkan tangkapan layar CCTV di selembar kertas pada Mba Sri

Mba Sri mengangguk pelan. Air matanya mulai mengalir saat mengingat kejadian hari itu. Manik matanya menyiratkan penyesalan dan kesedihan yang begitu mendalam. Se-berarti itu Yoga Giandra bagi Mba Sri.

"Saya disuruh, Dek. Saya disuruh keluarganya untuk memasukkan bubuk tersebut ke minuman Pak Yoga. Katanya Pak Yoga tidak mau minum vitamin yang ia harus makan, jadi saya diminta untuk memasukkannya ke minuman Pak Yoga. Saya tidak tahu kalau itu racun" jawab Sri dengan tangisannya

Eunike langsung mengguncang tubuh Mamanya saat Mamanya mengatakan ia disuruh seseorang. "Siapa yang suruh Mama?!" bentak Eunike

"Mama tidak tahu namanya, Ke. Karena itu pertama kalinya mama ke rumah Pak Yoga" jawab Mama Eunike

Nicholas buru-buru mengeluarkan foto keluarga besar Giandra. Mata Mba Sri memindai satu per satu wajah yang berada di foto hingga akhirnya menemukan 1 wajah yang ia yakini adalah pelaku yang menyuruhnya untuk memasukkan bubuk tersebut.

"Mama yakin? Bukan yang disebelahnya kah?" tanya Eunike kaget bukan kepalang saat mengetahui fakta tersebut

Mba Sri mengangguk pelan. "Tidak, Ke. Mama yakin. Dia juga yang mengurung mama di rumah itu sejak hari kejadian. Dia ancam mama kalau tidak menuruti permintaan dia, maka dia akan sakiti kamu, Ke" ucap Mba Sri

Eunike menggeleng pelan menolak menerima fakta yang lebih mengejutkan dibanding kemarin. Satu dalam pikirannya saat ini adalah Yudha. Tangannya langsung bergerak mengambil ponsel yang berada di sakunya. Dalam hati, Eunike berdoa agar Yudha segera menjawab panggilannya. Air matanya mengalir tatkala pikiran-pikiran buruk masuk ke dalam otaknya.

Pit Stop (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang