Hadiah Terindah

56 9 0
                                    

Terhitung sudah 1 minggu sejak Yudha mulai cuti dari pekerjaan rutinitasnya. Di saat-saat itu, Eunike selalu menemani sang kekasih untuk lebih menikmati cutinya tanpa ada yang terbuang sia-sia. Setiap harinya mereka selalu melakukan hal-hal yang baru bersama, seperti memasak bersama, menonton netflix bersama, dan seperti hari ini keduanya bermain gitar bersama.

"Aku baru tau kamu bisa main gitar, Dha" ucap Eunike sambil memetikkan beberapa melodi dari senar gitarnya.

"Aku juga baru tau kamu bisa main gitar, Ke" jawab Yudha dengan senyumannya sambil memandangi Eunike yang sedang memainkan gitarnya

Jemari Eunike bergantian memetik senar menyenandungkan lagu SDL by AgustD. Sementara Yudha memperhatikan Eunike sambil bersandar ke sofa menatap sang pujaan memamerkan keahlian bermain gitarnya.

"Suara bagus, bisa main gitar juga, aduh wanita idaman sekali pacarnya aku" goda Yudha dengan senyuman nakalnya

"Memang kita sudah balikan?" tanya Eunike diiringi tawa kecilnya

"Tidak usah balikan jadi pacar. Langsung menikah saja yuk, Ke" jawab Yudha dengan mantapnya

Wajah Eunike berubah masam saat Yudha menyebut kata menikah sekali lagi di hadapannya. Walau dalam hati ia ingin menikah dengan Yudha, namun ada setitik keraguan dalam hati Eunike. Banyak pertanyaan yang timbul di benaknya, apakah ia pantas untuk menjadi pasangan sehidup semati bagi Yudha. Karena pernikahan bukan hanya menyatukan 2 insan yang saling jatuh cinta, namun juga menyatukan 2 keluarga. Dan Eunike tidak percaya diri dengan kondisi keluarganya yang berantakan saat ini. Ia tidak mau keluarganya terutama Papanya menjadi beban bagi Yudha nantinya.

"Aku belum yakin untuk menikah dengan kamu, Dha. Menikah bukan hanya soal cinta. Banyak yang harus di pertimbangkan" jawab Eunike pelan sambil membuang pandang ke arah lain

Suasana di rumah Yudha saat itu berubah drastis dan Yudha menyadari hal itu. Ia tahu ia telah salah langkah dengan meminta Eunike untuk menikah dengannya. Ia tahu mungkin dirinya terkesan terburu-buru namun itulah yang ia rasakan di dalam hatinya. Ia sudah mantap memilih Eunike sebagai yang pertama dan terakhir dengan segala kelebihan dan kekurangannya.

Tangan Yudha pun meraih jemari Eunike dan menautkan jemari miliknya dengan milik Eunike. "Aku tidak akan memaksa kamu kalau kamu belum siap, Ke" ucap Yudha dengan senyuman tipisnya.

"Omong-omong, ada yang mau aku tunjukkin ke kamu" tambah Yudha dengan senyum sumringahnya

"Apa, Dha?" tanya Eunike sambil menatap Yudha dengan tatapan tanyanya

"Aku mau ajak kamu ke suatu tempat. Ayo". Yudha menarik tangan Eunike menuju mobil miliknya

Keduanya pun masuk ke mobil dan Yudha mengendarai mobilnya meninggalkan kediamannya. Entah kemana Yudha ingin membawa Eunike, Eunike hanya duduk diam sambil memandangi jalanan mengikuti arah mobil Yudha pergi. Sementara mengemudi, Yudha masih setia menautkan jemarinya dengan jemari Eunike. Senyuman tipis pun kadang ia tampilkan sambil melempar pandangan ke arah Eunike yang berada di sisinya. Semoga saja Eunike suka dengan apa yang sudah ia siapkan saat ini.

***

Butuh waktu beberapa menit untuk membuat Eunike menyadari keberadaannya saat ini. Mata Eunike tak lepas dari toko yang kini tepat berada di hadapannya bersama dengan Yudha. Toko tersebut sama persis dengan toko yang berada dalam ingatannya puluhan tahun lalu. Tak ada kata yang keluar dari mulut Eunike saat matanya mendapati seorang pria paruh baya yang menjaga toko tersebut dengan senyum bahagianya. Air mata Eunike pun mengalir tak tertahankan saat semua yang terukir dalam ingatannya kembali dapat ia lihat dengan mata kepalanya sendiri.

Pit Stop (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang