Irene bersama yang lain sudah berangkat pergi dan sekarang hanya ada Jennie dan Jisoo bersama kedua anak mereka di mansion.
Kedua bocah itu lagi bermain mainan bersama diruang tamu mansion sementara Jisoo dan Jennie lagi didalam ruangan experiment untuk menjalankan experiment mereka.
"Lo yakin ini bakalan berhasil Eon?" Tanya Jennie sedikit ragu.
"Bukannya tadi lo percaya sama gue?" Jisoo malah melemparkan pertanyaan.
"Y-Ya gue percaya si tapi gue sedikit takut. Lagian cairan ini bakalan disuntikkan kebadan kita. Gue hanya takut experiment nya gagal terus kita yang malah jadi bocah" ujar Jennie mengeluarkan isi hatinya.
Jisoo tersenyum bagi menenangkan Jennie "Lo tenang saja. Ini sudah gue selidiki dengan serius kok. Gue juga tidak mau jadi bocah kali"
Jennie menghela nafasnya dengan kasar "Baiklah, gue percaya sama lo Eon"
"Mau dicoba sekarang?" Tanya Jisoo.
Jennie mengangguk yakin lalu dia langsung mengambil alat suntikan dari tangan Jisoo.
"Kita coba bersama" arah Jisoo.
Dengan penuh yakinnya, mereka berdua menyuntikkan cairan itu kedalam badan mereka.
"Terus sekarang bagaimana?" Tanya Jennie.
"Kita tunggu besok pagi" ujar Jisoo.
Jennie mengangguk faham "Baiklah. Gue kebawah duluan untuk melihat Rosie"
"Gue bakalan beres beres duluan. Lo tolong pantau Lily juga ya" ujar Jisoo.
"Arreosso" sahut Jennie lalu dia bergegas keluar dari ruangan itu.
"Ihhh itu punya Chie!" Marah Rosie ketika Lily mengambil boneka tupainya.
"Bonekanya jelek, tama tayak Chie" jahil Lily. Ya, begini lah Lily. Dia memang tidak suka kalau ada orang yang menjahili Rosie namun dia sendiri malah sering menjahili kembarannya itu.
"Boneka anak ayam punya Lily juga jelek. Tama tayak Lily" balas Rosie berusaha mengambil bonekanya dari Lily.
Lily malah bangkit dan berlari menjauh dari Rosie membuatkan Rosie ikut bangkit untuk mengejarnya.
"Ahahaha ayo cepatan Chie" tawa Lily.
"Ihhh balikin punya Chie!" Kesal Rosie.
Kedua bocah itu terus berlari mengelilingi mansion dengan pantat montok mereka gara gara mereka hanya memakai pampers tanpa pakaian yang lain.
Awalnya, Jisoo dan Jennie memang sudah memakaikan baju kepada mereka namun keduanya terus menangis gara gara tidak ingin memakai baju.
"Wlekkk" Lily menjulurkan lidahnya untuk meledek sang kembaran.
"Aaaa!!" Teriak Rosie kesal.
Bughhh
Pranggggg
Gara gara tidak fokus, kedua bocah itu malah menabrak meja sehingga pot bunga kesayangan Irene jatuh dan pecah.
"Yakkk!!" Jennie yang baru saja tiba langsung berteriak kaget.
"M-Mommy" gugup Rosie sementara Lily hanya bersembunyi dibelakang sang kembaran. Untuk kali ini, Lily memang takut sama pawangnya Rosie makanya dia bersembunyi dibelakang Rosie karena dia fikir hanya Rosie yang bisa meluluhkan hati Jennie.
"Apa yang terjadi!?!" Jisoo berlari menghampiri mereka dengan nafas yang memburu setelah dia mendengar bunyi pecahan kaca.
"Mereka memecahkan pot bunga kesayangan Irene Eonnie" adu Jennie.
"Mwoya!?" Jisoo melotot kaget. Astaga, dia tidak dapat membayangkan bagaimana reaksi Irene ketika melihat pot bunganya sudah pecah gara gara ulah kedua bocah itu.
"Kita harus bagaimana Eon?" Tanya Jennie takut. Dia tahu kalau Irene begitu menyayangi pot bunga itu makanya dia takut untuk melihat emosi Irene.
"Maaf Mommy. Chie tama Lily tidak tengaja" ujar Rosie menunduk takut.
"Maaf" ujar Lily ikut meminta maaf.
"Itu pot bunga kesayangan Tante Irene loh. Bagaimana kalau Tante Irene marah? Siapa juga yang akan menggantikan pot bunga itu?" Omel Jennie.
"Mommy taja yang ganti. Mommy kaya bukan?" Polos Rosie.
Lily mengangguk setuju "Eung. Chie betul. Mama juga kaya bukan?"
Jisoo sama Jennie saling tatap. Mereka menghela nafas dengan kasar. Hah~ punya anak gini amat si ;)
Jisoo menghampiri Lily lalu dia menggendong anak kesayangannya itu "Nanti Lily sama Rosie minta maaf sama Aunty Irene ya"
"Alleocco Mama" sahut Lily patuh.
"Ada yang luka?" Tanya Jisoo.
Lily mengangguk "Kaki Lily takit" adunya.
Jisoo menatap kaki sang anak "Ya ampun!" Dia langsung berseru heboh ketika menyadari kaki sang anak yang berdarah gara gara pecahan kaca.
Jennie bergegas menghampiri anaknya "Rosie, kamu juga ada luka?" Tanya nya yang langsung memeriksa badan sang anak.
Matanya melotot ketika menyadari kalau kaki Rosie juga berdarah gara gara pecahan kaca.
Hah~
Sekarang Jisoo sama Jennie menyesal karena tidak peka. Seharusnya mereka menanyakan kondisi anak mereka duluan sebelum memberikan omelan.
"Kenapa tidak ngomong kalau kakinya luka?" Tanya Jennie.
"Takut Mommy malah" sahut Rosie menunduk takut.
Jennie menghela nafasnya dengan kasar. Dia menggendong Rosie lalu mendudukkan anaknya itu disofa begitu juga dengan Jisoo yang mendudukkan Lily disamping Rosie.
"Tunggu sebentar" ujar Jennie sebelum berganjak pergi untuk mengambil kotak p3k sementara Jisoo membersihkan pecahan pot bunga.
"Mommy obatin ya" ujar Jennie menghampiri kedua bocah itu.
"Takut" ujar Rosie.
"Chie angan takut. Pegang taja tangan Lily" ujar Lily menggenggam tangan sang kembaran.
Jennie yang melihatnya hanya tersenyum lalu dengan berhati hati dia membersihkan luka kedua bocah itu. Dia meletakkan selep untuk menutupi luka itu.
"Siap" ujarnya.
"Telima kacih Mommy" ujar Rosie senang.
"Telima kacih Tante" ujar Lily yang juga senang.
"Sama sama" sahut Jennie mengelus kepala kedua bocah itu "Kalau sakit, ngomong ya. Jangan diam. Lily juga"
Kedua bocah itu mengangguk patuh "Alleocco"
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Experiment Baby 🧪✅
FanfictionBayi experiment? Apa bayi itu akan tumbuh seperti bayi normal yang lain? Dan bagaimana jika experiment itu gagal? Akankah sesuatu yang buruk terjadi?