Pagi harinya, mansion itu dipenuhi oleh teriakan antuasis para penghuni mansion ketika Lily, sosok bayi yang menggemaskan itu akhirnya bisa berjalan.
Jisoo, sosok Mama kepada Lily itu sudah pasti merasa begitu bangga dengan perkembangan sang anak.
"Lily, ayo kesini" panggil Jisoo merentangkan tangannya.
Dengan sedikit kerepotan, Lily berjalan menghampiri Jisoo walaupun dia hampir saja terjatuh.
"Ma~"
Hap!
Jisoo memeluk Lily yang sudah tiba didepannya "Kamu juga sudah bisa manggil Mama!?" Kagetnya.
Lily terkekeh kecil "Ma~" ulangnya.
Mata Jisoo sontak berkaca kaca "Anak Mama pintar sekali" dibawanya Lily kedalam pelukannya lalu dia mengecup kepala Lily berkali kali.
"Wahhh, Lily keren!" Puji Yeri ikut merasa terharu.
"Apa Rosie juga sudah bisa berjalan?" Tanya Joy.
"Mungkin" sahut Jennie dengan ragu.
"Ayo kita coba" ujar Joy beralih membawa Rosie sedikit menjauh dari Jennie.
"Coba panggil Rosie" ujar Yeri.
Jennie menghembuskan nafasnya dengan kasar. Dia merasa gugup saat ini "Rosie, ayo kesini" panggilnya.
Bukannya berjalan, Rosie malah merangkak mendekati Jennie.
"Eitsss, mau kemana kamu" Joy menahan Rosie yang hampir mendekati Jennie.
Dia mengangkat Rosie agar kedua kaki Rosie berpijak diatas lantai "Sekarang Rosie berjalan kearah Mommy" arah Joy.
Perlahan lahan Joy melepaskan Rosie namun belum sampai beberapa detik, Rosie sudah terjatuh dan untung sekali Joy langsung menahannya.
"Sudah Joy, jangan dipaksa lagi. Mungkin kaki Rosie belum kuat" tegur Sooyoung.
"Tapi Ma, Lily saja sudah bisa berjalan. Kenapa Rosie belum?" Bingung Joy.
"Lagian yang lahir duluan itu Rosie" lanjut Yeri.
"Perkembangan anak anak itu berbeda. Ada anak anak yang bisa berjalan diumur 1 tahun. Ada juga yang bisa berjalan diumur 2 tahun" jelas Sooyoung.
"Tante benar. Dulu, Yeri juga bisa berjalan pas umur 2 tahun 3 bulan si" ujar Irene.
"Yang benar Eon!?" Tanya Yeri tidak percaya.
"Benar lah. Gue yang setiap hari membantu Mommy mengurus lo sama Jisoo" sahut Irene.
"Dulu juga Wendy yang bisa berjalan duluan dari Seulgi" ujar Dongwon.
"Serius Dad!?" Kaget Seulgi.
"Iya Gi. Daddy masih ingat dengan jelas waktu kamu menangis gara gara melihat Wendy yang berjalan" ujar Dongwon terkekeh kecil.
"Tapi, apa Rosie juga belum bisa memanggil Mommy?" Tanya Wendy.
"Ayo kita coba" ujar Joy menatap Rosie yang dipegang olehnya "Rosie, sekarang coba panggil Mommy"
Tangan mungil Rosie terus bergerak gerak keudara "Hao bum~"
"Mommy" ulang Joy.
Rosie mengedipkan matanya dengan lucu bahkan mulutnya sudah dipenuhi oleh liurnya sendiri.
"Ahh, Rosie payah" keluh Joy membaringkan Rosie dikarpet.
Bocah itu langsung merangkak mendekati sang Mommy "Bum~"
Jennie beralih menggendong Rosie "Rosie masih belum bisa memanggil Mommy? Arreosso. Tidak apa apa kok" dikecupnya pipi gembul Rosie dengan penuh sayangnya.
Rosie hanya bisa tertawa geli dengan jari mungilnya yang sudah memegang baju sang Mommy dengan erat.
*
Hari terus berganti dan kini Jennie harus berangkat ke Italy secara tiba tiba atas urusan pekerjaan dan itu membuat dirinya terpaksa meninggalkan sang anak.
Seakan tahu kalau dirinya akan ditinggalkan, Rosie mula rewel. Bocah gembul ini terus saja menangis bahkan sudah pelbagai cara dilakukan oleh mereka semua namun tetap saja tangisannya tidak berhenti.
"Apa kamu tidak bisa membawa dia bersama?" Tanya Hyeona.
"Tidak bisa Tante. Aku pasti bakalan sibuk banget disana jadi tidak ada yang bisa menjaga Rosie" keluh Jennie diakhir.
"Mendingan gue saja yang pergi Jen" timpal Irene.
"Terus bagaimana sama meeting sama wakil World Entertainment? Mereka hanya mau lo yang ikut dalam meeting itu Eon" balas Jennie.
"Terus sekarang bagaimana?" Tanya Seulgi bingung.
Jennie menatap Jisoo "Eon, tolong minta Lily bujuk Rosie dong"
"Sebentar" Jisoo berganjak menghampiri Lily yang berada diruang tamu itu "Lily sayang. Bisa Lily coba bujuk Rosie?"
Lily mengedipkan matanya dengan lucu. Walaupun dia tidak mengerti kata kata sang Mama, dia tetap saja mengikuti langkah Mama nya yang menghampiri Rosie.
"Rosie, coba lihat. Ini ada Lily loh. Apa Rosie tidak mau main sama Lily?" Bujuk Jisoo.
"Tahhh~" panggil Lily.
Rosie hanya melirik Lily sekilas dan dia kembali melanjutkan tangisannya.
"Rosie, sshhh, jangan menangis lagi ya sayang. Mommy pergi hanya 2 hari kok" bujuk Jennie mengayunkan badan sang anak yang berada digendongannya.
"Rosie sama Grandma yuk" Hyeona ingin mengambil Rosie dari gendongan Jennie namun Rosie malah menenggelamkan mukanya diceruk leher Jennie bahkan kedua tangannya sudah mencengkram baju sang Mommy dengan erat.
"Pesawat lo berlepas jam berapa Eon?" Tanya Joy.
"Jam 10" sahut Jennie.
"Sekarang sudah jam 9.20 loh. Lo harus segera ke bandara. Nanti lo telat" ujar Wendy.
Jennie menggigit bibir bawahnya dengan ragu. Dia juga tidak sanggup untuk meninggalkan anaknya itu namun dia mempunyai tanggungjawab untuk bekerja.
Akhirnya Jennie menatap Irene dengan tatapan bersalahnya "A-Apa tidak apa apa kita tunda pertemuannya?"
Irene tersenyum "Iya, tidak apa apa kok. Kalau mereka ingin membatalkan kerjasamanya, biarkan saja"
"Terima kasih Eonnie" Jennie akhirnya bisa bernafas lega.
"Mommy tidak pergi kok. Jangan menangis lagi ya" bujuk Jennie menghapus air mata sang anak.
Jam sudah menunjukkan pukul 10. 34 menit pagi dan suasana mansion kembali menjadi seperti biasa dengan sosok Rosie yang sudah kembali bermain bersama Lily dikarpet diruang tamu.
"Rosie sama Lily benar benar menyayangi kalian" ujar Dongwon.
"Ikatan batin kami semakin kuat si setelah aku sama Jennie memberikan asi untuk mereka" ujar Jisoo membuat yang lain tersenyum.
"Pesawat XX yang baru saja berlepas menuju ke Italy mengalami kerusakan sehingga pesawat itu terjatuh kedalam lautan. Sehingga kini, semua penumpang dinyatakan tewas"
Suasana seketika menjadi hening. Mereka fokus mendengarkan berita dari tv yang ditonton oleh Yeri.
"R-Rosie menyelamatkan nyawa Jennie Eonnie" ujar Joy terbata bata.
Dengan mata berkaca kacanya, Jennie beralih memeluk Rosie "Terima kasih sayang" bisiknya mengecup kepala Rosie berkali kali dengan penuh rasa syukur dihatinya.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Experiment Baby 🧪✅
FanfictionBayi experiment? Apa bayi itu akan tumbuh seperti bayi normal yang lain? Dan bagaimana jika experiment itu gagal? Akankah sesuatu yang buruk terjadi?