Waktu makan malam, semua penghuni mansion sudah berkumpul dimeja makan untuk menikmati makan malam yang dimasak oleh Irene dengan bantuan Wendy dan Seulgi.
"Itu si Rosie kenapa?" Tanya Irene soalnya Rosie hanya duduk diatas pangkuan Jennie dengan menyembunyikan wajahnya diceruk leher Jennie.
"Tadi dia jatuh dari kasur terus rewel deh. Maunya dipangku sama gue terus" jelas Jennie.
"Nanti gue akan memeriksa dia" ujar Jisoo.
"Arreosso" sahut Jennie.
"Rosie, ayo makan. Ada ayam loh" ujar Seulgi.
Rosie menggeleng. Dia masih setia menyembunyikan mukanya diceruk leher Jennie.
Lily langsung menatap Jisoo "Mama, tulunkan Lily" pintanya.
Setelah Jisoo menurunkan Lily, bocah itu langsung menghampiri bangku yang diduduki oleh Jennie "Chie tenapa?" Tanya nya.
Rosie beralih menatap Lily "Chie tidak apa apa"
"Apa Chie tidak mau makan?" Tanya Lily perhatian.
Rosie menggeleng "Lily makan taja. Chie tidak mau makan"
"Tumben nih bocah tidak mau makan" timpal Yeri.
Lily mengusap kepala Rosie "Kalau Chie lapal, Chie ngomong tama Lily ya. Nanti Lily ambilkan makanan untuk Chie"
"Alleocco" sahut Rosie.
Lily akhirnya kembali duduk dibangkunya dengan bantuan Jisoo. Setelah itu, dia kembali melanjutkan menikmati makan malamnya.
"Rosie, kamu makan ya. Mommy suapin" bujuk Jennie.
Rosie menggeleng "Mau Luby"
"Makan dulu" ujar Jennie.
"Hiks mau Luby" Rosie mula merengek membuatkan Jennie menghela nafasnya dengan kasar.
"Kalian lanjut saja makannya. Gue makan nanti saja sama Rosie" ujar Jennie berganjak membawa Rosie keruang tamu dan dia mula menyusui sang anak disana.
Jam sudah menunjukkan pukul 8 malam dan kini mereka semua sudah berkumpul diruang tamu seperti biasa.
"Bagaimana Eon?" Tanya Jennie kepada Jisoo yang baru selesai memeriksa Rosie.
"Tidak ada yang serius si. Mungkin dia hanya shock dan dia merasa aman bersama lo makanya dia terus menempel sama lo" jelas Jisoo.
Jennie menunduk menatap Rosie yang duduk diatas pangkuannya "Rosie merasa aman sama Mommy hurm?"
"Eung" sahut Rosie mengangguk kecil.
"Lily juga melaca aman tama Mama Chu" timpal Lily beralih memeluk kaki Jisoo.
"Tumben. Ada maunya nih" ujar Jisoo berganjak duduk disofa dengan Lily yang berada dipangkuannya.
"Mau manja tama Mama taja kok" sahut Lily menyembunyikan mukanya diceruk leher Jisoo.
"Ini si bocah kenapa pada manja si" komentar Joy.
"Biasalah, namanya juga bocah" sahut Irene.
"Ngomong ngomong, tadi juga Lily rewel loh pas lagi tidur" ujar Jisoo.
"Kenapa rewel?" Tanya Wendy.
"Tidak tahu si. Dia tiba tiba nangis terus manggil nama Rosie" jelas Jisoo.
"Mungkin Lily nangis pas Rosie nangis gara gara jatuh dari kasur" ujar Jennie.
Plakkk
"Awwww!" Seulgi berteriak kesakitan ketika Yeri tiba tiba saja memukul pundaknya dengan keras "Yakk! Lo kenapa hah!?" Teriak Seulgi kesal.
Yeri memasang wajah polosnya "Apa Eonnie tidak merasa sakit?" Tanya nya kepada Wendy.
"Lah, lo mukul Seulgi, jadi kenapa gue yang harus merasa sakit?" Bingung Wendy.
"Ya kan Lily nangis gara gara Rosie sakit. Mungkin saja Wendy Eonnie juga bakalan ikutan sakit gara gara Seulgi Eonnie sakit. Kalian berdua kembar juga bukan?" Jelas Yeri watados.
"Pemikiran lo terlalu luar biasa Yer. Gue bangga sama lo" ujar Joy menepuk punggung Yeri dengan bangga.
"Adek lo tidak ada yang benar deh Eon" ujar Seulgi kepada Irene.
"Memang sudah dari kecil pada goblog semuanya" balas Irene dengan malas membuatkan Jisoo dan Yeri mendengus sebal.
"Gini ya Yer. Lily nangis itu gara gara dia seakan bisa merasakan apa yang dirasakan oleh Rosie. Sama seperti lo juga si. Lo pasti bisa merasakan firasat yang buruk kalau sesuatu terjadi sama saudara lo. Bedanya, ikatan batin antara Rosie sama Lily itu lebih kuat karena mereka kembaran" jelas Wendy.
Yeri mengangguk faham "Okay, sekarang gue faham deh"
"Gue kekamar duluan ya" pamit Jennie membawa Rosie yang sudah tidur itu kekamar.
"Lily juga harus tidur" ujar Jisoo menepuk pantat sang anak dengan pelan.
"Chichu dulu ya" pinta Lily.
"Iya" sahut Jisoo berganjak kekamarnya dengan menggendong Lily.
*
Sementara itu dimansion orang tua Jennie. Terlihatlah Seojin yang terus bergumam dengan kesal didalam kamarnya. Dia baru saja mendapatkan kabar yang buruk dari suaminya itu.
Ck sial! Perusahan Yuji sudah bankrup dan itu artinya dia akan kehilangan semua kekayaannya.
Tidak! Dia tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi.
"Kenapa kamu bisa bankrup si! Dasar tidak becus!" Marahnya kepada sang suami.
"Aku bankrup juga gara gara kamu. Kamu yang sering menghabiskan uang aku sehingga aku kekurangan dana untuk perusahan!" Balas Yuji.
"Jadi kamu menyalahkan aku!? Kamu sudah tidak mencintai aku!?"
Yuji menghela nafasnya dengan kasar. Dia tidak boleh terpancing emosi "Maafin aku. Aku tidak menyalahkan kamu kok. Aku hanya berharap agar kamu bisa mengerti posisi aku. Kamu tenang saja. Aku akan berusaha mengembalikan perusahan aku seperti dulu. Kita tidak akan kehilangan kekayaan mereka ini"
Seojin mendengus "Terserah kamu saja!" Dengan membawa ponsel, Seojin berganjak memasuki kamar mandi.
"Dasar pria miskin! Gue menyesal karena menikah sama lo!" Gumamnya kesal.
"Pokoknya gue tidak boleh jatuh miskin. Ah, gue bisa meminta uang dari Jennie. Dia itu kaya. Tapi dia tidak mungkin memberi gue uang bukan? Baiklah, hanya ini satu satunya caranya" monolog Seojin.
Dia memutuskan untuk menghubungi seseorang "Gue punya pekerjaan untuk lo"
"Pekerjaan apa?"
"Lo harus menculik 2 bocah yang ada dimansion anak tiri gue. Bawa bocah itu ke markas. Sisa nya biar gue uruskan. Nanti gue kirim alamatnya"
"Baiklah"
Tut
Seojin berseringai dengan menatap pantulan wajahnya di cermin "Gue bakalan menjadi kaya" smirknya.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Experiment Baby 🧪✅
FanfictionBayi experiment? Apa bayi itu akan tumbuh seperti bayi normal yang lain? Dan bagaimana jika experiment itu gagal? Akankah sesuatu yang buruk terjadi?