Pukul 8 malam, Jennie bersama yang lain masih berada di mobil yang terpakir dipinggir jalan. Mereka hanya membeli cemilan untuk mengisi perut kosong mereka itu.
Pikiran mereka dipenuhi oleh sosok Rosie dan Lily membuat rasa khawatir mereka semakin kuat.
"Apa belum ada apa apa kabar Gi?" Tanya Wendy.
"Belum. Tapi tadi gue sudah mengirim mata mata untuk mencari keberadaan Tante Seojin" sahut Seulgi.
"Firasat gue buruk Eon" lirih Jisoo bersandar dipundak Irene "G-Gue takut mereka kenapa napa"
"Ji, lo tidak boleh berfikiran buruk. Lo harus tenang" bujuk Irene.
"Walaupun bukan gue yang melahirkan Lily, gue tetap Mamanya. Gue bisa merasakan apa yang dirasakan oleh anak gue Eon!" Balas Jisoo.
"Firasat gue juga buruk" timpal Jennie "Dan gue tidak akan membiarkan wanita itu lolos kalau memang dia yang menculik Rosie sama Lily" lanjutnya dengan penuh emosi.
"Tapi sekarang kita harus bagaimana? Tidak mungkin kita terus didalam mobil ini bukan?" Sambar Wendy.
"Kita cari hotel disekitar sini. Kita semua butuh istirahat" ujar Irene.
"Tidak, gue masih ingin mencari mereka" tolak Jennie.
"Gue juga. Pokoknya gue harus memastikan mereka segera ditemukan" lanjut Jisoo membuat Irene menghela nafasnya dengan kasar.
Ting!
Pandangan mereka semua tertuju kepada Seulgi yang mendapat pesan dari seseorang.
"Mata mata gue sudah menemukan keberadaan Tante Seojin. Tim gue juga sudah bekerjasama sama polisi Jeju untuk kasus ini. Sekarang mereka sudah menuju ke lokasi Tante Seojin" jelas Seulgi dengan serius.
"Kita harus kesana!" Balas Jisoo.
Seulgi mengangguk lalu bergegas menghidupkan mobilnya. Tidak butuh waktu yang lama, mobil itu akhirnya berganjak pergi dari sana.
*
Posisi si kembar masih sama dimana Rosie masih setia memeluk Lily yang memejamkan matanya itu.
"D-Dingin" lirih Lily dengan badan terketar ketar.
"Lily yang tabal ya" ujar Rosie semakin mengeratkan pelukannya agar Lily tidak lagi merasa kedinginan.
"L-Lily mengantuk" lirih Lily.
"Lily? Ly, angan becanda! Ly, bangun! Hiks huaaaa!" Rosie sontak menangis ketika melihat sang adek yang sudah tidak sadarkan dirinya itu.
"Heh bocah! Berisik!" Seojin menghampiri Rosie dengan kesal.
"Hiks Tante. Bantuin Lily. Hiks Lily takit" isak Rosie meminta bantuan.
"Ck, itu bukan urusan gue!" Balas Seojin berdecak kesal.
"Hiks Tante ahat! Chie benci Tante!" Teriak Rosie.
Seojin mendengus "Lo memang ingin mencari gara gara sama gue hah!? Kesini lo!"
Dengan kasarnya dia menarik Rosie menjauh dari Lily.
"Hiks Lily!" Isak Rosie berusaha memeluk sang adek namun tarikan dari Seojin membuat dia terpaksa melepaskan pelukannya itu.
Gara gara terlanjur kesal, Rosie langsung menggigit tangan Seojin dengan keras sehingga teriakan kesakitan Seojin mula kedengaran.
"Arghhh sial!"
Plakkk
Tamparan keras yang didapatkan dipipinya membuatkan Rosie semakin menangis dengan keras. Pipinya sudah berdenyut sakit bahkan sekujur tubuhnya juga tiba tiba saja terasa sakit.
"Brengsek!"
Bukan, itu bukan teriakan Seojin namun itu adalah teriakan Jennie yang sudah memasuki ruangan itu bersama yang lain.
"Lily!" Teriak Jisoo berlari menghampiri sang anak.
Jennie juga ingin menghampiri Rosie namun secara tiba tiba Seojin menarik Rosie secara kasar dan dia meletakkan pisau dileher Rosie "Diam disitu Jennie!" Sentak Seojin.
"Lo mau apa hah!?" Marah Jennie.
"Gue menginginkan semua kekayaan lo! Serahkan semuanya sekarang sebelum gue membunuh anak lo ini!" Ancam Seojin.
"Cukup Tante! Polisi sudah mengelilingi tempat ini jadi Tante tidak bisa kabur lagi!" Sentak Irene.
"Gue tidak peduli! Kalau gue mati, bocah ini juga akan mati!" Balas Seojin.
Tangan Jennie terkepal emosi. Ingin sekali dia menghampiri Seojin namun ianya hanya akan membahayakan nyawa sang anak.
"Baiklah, gue akan menyerahkan semua yang lo inginkan tapi lo harus menyerahkan Rosie kepada gue sekarang!" Ujar Jennie berusaha tenang.
"Hiks Mommy, takit" isak Rosie.
Mata Jennie berkaca kaca "Rosie, tenang ya. Mommy disini"
"Apa bukti kalau lo akan menyerahkan semua kekayaan lo kepada gue?" Tanya Seojin.
Tanpa dia sedari, ada sosok Seulgi yang berjalan menghampirinya dari belakang.
Happ!
Secara tiba tiba Seulgi menarik pisau yang ada ditangan Seojin itu sehingga pisau itu jatuh.
Tidak ingin menyia nyiakan kesempatan, Jennie langsung menarik Rosie dari Seojin.
"Hiks Mommy" isak Rosie memeluk Jennie dengan erat.
Jennie membalas pelukan Rosie tidak kalah eratnya "Maafkan Mommy" lirih Jennie hampir menangis.
"Jen, mendingan lo sama Jisoo bawa Lily sama Rosie kemobil. Biar gue sama yang lain urusin Tante Seojin" ujar Irene.
Dengan patuhnya Jisoo bersama Jennie membawa Rosie dan Lily kemobil. Mereka membaringkan kedua bocah itu dibangku jok belakang.
Dorrr!
Bunyi tembakan itu membuatkan Jennie dan Jisoo saling tatap.
"Kita harus menyelamatkan yang lain!" Ujar Jisoo.
"Rosie, kamu sama Lily diam disini ya. Jangan kemana mana" ujar Jennie mengecup dahi Rosie sebelum kembali memasuki ruangan itu bersama Jisoo.
"Apa yang terjadi? Tembakan apa itu tadi?" Tanya Jennie.
"Tante Seojin memberontak jadi polisi terpaksa menembaknya" jelas Wendy.
"Itu siapa?" Bingung Jennie melihat sosok pria yang sudah diborgol.
"Selingkuhan Tante Seojin. Dia yang membantu Tante Seojin menculik Rosie sama Lily" jelas Seulgi dengan nafas ngosan ngosan.
"Mendingan sekarang kita pergi. Kita harus membawa Lily sama Rosie kerumah sakit. Soal Tante Seojin biar tim gue saja yang menguruskannya" lanjut Seulgi berlalu kemobil diikuti oleh yang lain.
Yeri membuka pintu mobil jok belakang dan sedetik kemudian mereka membeku kaget "A-Apa yang terjadi?"
"R-Rosie" lirih Jennie
"L-Lily" lirih Jisoo.
Jelas sekali mereka semua kelihatan kaget ketika melihat sosok yang berada didalam jok mobil mereka itu.
Ada dua sosok yeoja dewasa yang dipenuhi luka bahkan kedua yeoja itu sudah tidak sadarkan diri mereka.
"Mereka kembali menjadi dewasa" gumam Wendy.
"Andwae" lirih Jennie dengan air mata yang sudah membasahi pipinya.
Tekan
👇
KAMU SEDANG MEMBACA
Experiment Baby 🧪✅
FanfictionBayi experiment? Apa bayi itu akan tumbuh seperti bayi normal yang lain? Dan bagaimana jika experiment itu gagal? Akankah sesuatu yang buruk terjadi?