2010.
"yes, berhasil. "
Katanya SMA adalah masa paling indah, di mana seorang remaja mulai menemukan dirinya, mampu menata sendiri hidupnya, membuat apapun yang dirinya inginkan untuk kebahagiaannya.
Tempatnya berkompetisi untuk masa depan, memperjuangkan pendidikan, untuk hari yang jauh lebih panjang.
S.Ars, yap sarjana arsitektur, yang selalu Freen impikan, membuat suatu bangunan dengan imajinasinya sendiri.
Zaha Hadid adalah panutannya, Ia menikmati semua karya dari wanita itu, begitu halus dan menakjubkan, mimpinya ingin menjadi Zaha lainnya di dunia, membuat dunia terkesima dengan karyanya.
"Liat Becky gak?"
"Gak liat, diruang osis kayaknya. "
"Thanks. "
Langkah kaki itu riang menapak setiap lorong yang riuh dengan senang, hari ini semua mimpi sudah mendapatkan tempatnya masing-masing.
Lulus dengan nilai terbaik, lulus beasiswa di universitas ternama, menunggu kesempatan-kesempatan lainnya untuk menyongsong masa depan dengan pendidikan.
"Becbec. "
Suara yang penuh dengan suka cita itu terdengar nyaring, Becky memfokuskan dirinya untuk seseorang yang baru saja berjalan dan mengembangkan tangannya, pelukan yang Ia inginkan seketika menjadi yang paling hangat terasa.
"Tsk, yang bener aja dong Kalian. "
"Sana aja Kamu. "
"Yaudah males lama-lama, Bec Aku ke ruang TU dulu ya, bye buciners. "
Menurutnya, senyuman itu jauh lebih manis dari pada gula buatan, Becky adalah pribadi yang positif, bagaimanapun rasa sedih membalutnya, pelukan Becky selalu mampu menyembuhkannya.
"Tebak. "
"Apa?"
"Tebak aja. "
"Kamu lulus?"
"Tsk, kan Kita lulus 100% gimana sih Bec?"
"Haha, ya trus? Aku bukan cenayang ya Freen yang bisa baca pikiran Kamu. "
"Gak asik. "
Kertas pengumuman itu benar-benar menjadi jawabannya, kerut bingung itu berubah menjadi ekspresi tidak percaya, walaupun Becky tau Freen murid yang sangat berprestasi se-Garuda raya.
"Beasiswa S1 jurusan Arsitektur? Universitas Gajah Mada?"
"Hmm, "
Sudah Freen bilang, senyum Becky adalah yang terbaik, gadis yang selalu menghargai sekecil apapun yang Freen lakukan, yang selalu mendukung apapun, yang tidak pernah berhenti menjadi satu-satunya penyemangat yang luar biasa.
"Aku tau Kamu bisa, Aku bangga banget sama Kamu Freen. "
Yang paling dewasa, Becky persis seperti Ibu Freen, wanita yang sederhana, namun bedanya adalah derajat Mereka.
Becky lahir dengan kekayaan, sementara Freen hanya anak seorang asisten rumah tangga, dengan status janda yang melekat di hidupnya seumur hidup.
Cerita sedikit tentang rasa sakitnya, saat itu Ayahnya pergi meninggalkan Mereka demi wanita idaman lain yang kaya raya dan dikabarkan meninggal setelahnya, Ia tidak tau apa cerita sebenarnya, tapi Freen mengukir ingatan buruk tentang Ayahnya, bisa merubah masa depannya, tapi Ibunya mengajarkan bagaimana ikhlas itu dilakukan, maka dari itu Freen tidak lagi menaruh kebencian untuk sang Ayah sampai lelaki itu dipanggil yang kuasa, namun satu-satunya yang Freen benci saat ini tentang hidupnya adalah kemiskinan, bagaimana orang memandang keluarga sebelah mata, bagaimana Mereka memperlakukan Freen dan Ibunya layaknya sampah yang tidak berguna.
"Ah, Kamu jadinya kuliah di mana?"
"Kan masih nunggu SNMPTN, cuma kalau boleh milih Aku bakal ikut Kamu. "
"Kamu pinter Bec, bisa dong masuk jalur SBMPTN atau mandiri. "
"Kemanapun Kamu, Aku akan usahain ada di tempat yang sama Freen. "
Cinta yang tak main-main, masa remaja yang Becky berikan semuanya kepada Freen, bagaimana gadis itu mengorbankan waktunya demi menjadikan kekasihnya sama dengannya.
Gadis yang pintar, yang bahkan sedari awal adalah pemegang peringkat umum disekolahnya, Becky menyimpan kertas di mana sudah tercantum namanya sebagai yang terpilih menjadi salah satu mahasiswa undangan ke dokteran di universitas Indonesia, mengubur mimpinya hanya untuk bersama dengan Freen.
"Pulangnya Kamu dijemput Pak Tatan?"
"Kenapa? Kamu mau kemana?"
"Aku boleh anterin Kamu gak?"
"Astaga Freen, kenapa nanya sih? Setahun lebih Kita pacaran Kamu gak pernah tu nawarin Aku pulang sama Kamu, ya Kamu pikir Aku bakal nolak ajakan untuk yang pertama kalinya ini?"
"Aku malu. "
Tidak ada yang beda untuk Becky, gadis itu menyukai segala macam bentuk kesederhanaan milik Freen, uang bukan segalanya, Becky bukan gadis yang mendewakan harta dan tahta, yang kaya adalah orang tuanya, selagi dirinya belum mendapatkan harta dengan keringatnya sendiri, tidak ada satupun yang bisa Ia sombongkan.
"Mau nyoba kue cubit gak?"
"Boleh, "
"Hmm, satu berdua mau?"
"Gimana kalau uang Kamu, Kamu simpen aja? Kita beli kue cubitnya tapi Aku yang bayar. "
Freen meremas jemarinya, harga dirinya terluka, namun apa dayanya, nekat mencintai gadis kaya raya, dan diperlakukan seperti tidak memiliki apapun ini sudah menjadi konsekuensinya, kenapa Ia harus marah.
"Aku masih bisa beliin satu kok. "
"Freen, ini bukan perihal uangnya, Aku pengen Kamu ngerasain makan kue cubit yang Kamu sukain itu secara utuh, jangan mikir kalau Aku begini karena gak hargain Kamu ya, "
Sekali lagi, Becky dan senyumannya mampu menyembuhkan sakit hati yang Ia rasakan dengan mudah, entahlah, yang bisa Ia akui adalah, di dekat Becky adalah tempat ternyaman yang pernah Ia rasakan seumur hidupnya.
"Kalau Aku udah jadi arsitek, Aku nikahin Kamu, dan Kita hidup dengan baik ya, Aku pengen gak lagi dengan kue cubit, gak lagi dengan es jhon, gak lagi dengan telur gulung, gak lagi dengan makanan yang bisa dibeli dengan uang 5 ribu, tapi Aku pengen Kamu makan enak direstoran mewah dengan makanan yang bergizi. "
Pelukannya, menambahkan rasa percaya diri akan ucapan yang baru saja Freen utarakan, bagaimanapun mimpi adalah sebagian dari jalan hidup yang terus bergerak maju, Freen percaya bagaimana Tuhan meletakan masing-masing takdir pada tempatnya.
"Yuk, pakai helm dulu. "
Motor Honda super cup yang sampai saat ini mampu menemaninya, hadiah dari sang Ibu, walaupun hanya bekas namun Freen mencintai motornya, seperti Ia mencintai Ibunya.
Bandung dengan jalanannya yang ramai, sejuk namun penuh dengan kemacetan, dua manusia dengan seragam SMA, bergumam lagu yang Mereka sukai, bagaimana suka cita itu melemahkan rasa malu akan keadaan, bagaimana tangan mulus itu memeluk pinggangnya erat, bagaimana helm Becky dan helm miliknya beberapa kali terbentur namun hanya tawa yang mengakiri semuanya.
Sederhana, namun bermakna, Tuhan tidak akan pernah sia-sia dalam menciptakan apapun.
"Mencintaimu, membuatku mengerti jika bahagia itu tidak perlu mahal Becky. "

KAMU SEDANG MEMBACA
YOU! (FreenBecky)
Kurzgeschichten(GXG⚠️) Aku mematahkan hatiku, mencoba mencintaimu.