⚠️Denger lagunya, resapi setiap paragraf yang tercipta⚠️
Menikmati kopinya, dengan pijitan lembut yang Becky berikan kepadanya, Susantheo tidak pernah tau apa yang akan terjadi kepadanya sebentar lagi, Kana dan Becky hanya menjalankan perannya seperti biasa.
Jika ditanya bagaimana perasaan kedua wanita itu, mungkin hancur adalah jawaban satu-satunya, tapi sudah seharusnya selesai, Becky tidak mau orang tuanya menjadi gelap mata terhadap harta.
"Permisi Tuan, ada pihak kepolisian. "
Keningnya berkerut, kedua wanita itu mundur perlahan, membiarkan semua orang membawa suami dan Ayah Mereka pergi, teriakan Susantheo menggema di seluruh ruangan, semua perhatian tertuju padanya, umpatannya tidak menemui tujuannya, hanya tatapan datar yang Freen, Nando, dan keluarganya berikan kepadanya.
"Saya ingin bicara dengannya. "
Lelaki yang tidak bisa dikenali parasnya itu mendekat, Theo mengerutkan keningnya, sampai akhirnya menyadari siapa yang ada di hadapannya ini, Ia berteriak keras untuk itu.
"Puluhan tahun Aku memperjuangkan semuanya, akhirnya Aku kembali mendapatkan keadilan, seharusnya Kau tidak sejauh ini Theo. "
"Nando, sialan, Kau masih hidup?"
"Iya, Kau mau membakar semua barang bukti denganku? Tidak akan pernah bisa, karena sejatinya keadilan akan selalu menang, kapanpun waktunya, Kau tau?"
"Sialan. "
"Temui ajalmu di penjara, semoga Kau merenungi kesalahanmu di sana, bertaubatlah Theo, selagi Tuhan memberikanmu kesempatan. "
"Sialan Kau Nando...
Teriakan demi teriakan terdengar, saat tubuh tinggi nan atletis itu di tarik paksa masuk ke dalam mobil kepolisian, semua orang yang hadir, termasuk beberapa tamu hotel pun dibuat kebingungan.
Kana adalah yang paling hancur, bagaimana bisa suaminya melakukan hal gila ini tanpa sepengetahuannya selama ini.
"Mama..
"Freen. "
Memeluk menantunya dengan erat, perasaan bersalah membawanya berlutut di hadapan Freen, selama ini dirinya tidak bisa membela wanita itu, tapi jauh di lubuk hatinya dan Freen pun tau akan itu, Kana sangat menyayanginya seperti anak sendiri.
"Ibu sudah tenang, keadilan sudah Ia dapatkan, makasih Mama udah menolong Kami untuk hal ini, Freen tau hati Mama pasti sangat hancur, tapi keadilan tetap harus ditegakkan Ma. "
Dengan lembut Freen menarik Kana ke dalam pelukannya lagi, semuanya sudah berakhir, mendapatkan apa yang seharusnya Ia dapatkan sedari dulu dan kembali bersama orang yang bahkan sudah dirinya anggap tiada untuk waktu yang lama.
"Kana...
Nando bersuara, perhatian yang tadi entah kemana seakan fokus kepada lelaki yang tidak lagi bisa Ia kenali.
"Maafkan Kami Nan, maaf juga untuk kehilanganmu tentang Hanun. "
"Aku tau Hanun pasti mencari keadilan untuk Freen, hingga Ia mau bekerja selama itu bersama Kalian. "
Berpura-pura tidak tau masalah keluarganya dengan Susantheo sudah Hanun jalankan selama itu, kebencian Theo terhadap Hanun tidak sama dengan kebenciannya terhadap Nando, karena sejatinya Hanun adalah cinta pertama Theo yang tidak pernah Kana sadari.
"Aku baru mengetahui semuanya, dan terimakasih telah kembali, dan menyadarkan Kami akan kesalahan yang berlarut-larut ini. "
"Hmm, hiduplah dengan baik setelah ini Kana. "
"Kalian juga, mungkin Aku akan kembali kepada keluargaku di Surabaya, memperbaiki perasaan yang sudah hancur, dan tolong titip Becky bersama Kalian. "
"Ma, Aku ikut Mama. " protes Becky seketika.
"Gak bisa dong Bec, istri Kamu di sini, " tambah Kana menolak.
"Ma, Freen punya hidupnya sendiri, dan itu bukan Aku lagi, Aku gak bisa mak ..
Freen menarik Becky ke dalam peluknya, membuat tubuh itu menegang seketika, sudah lama sekali, dan Ia rindu.
"Sama Aku ya. "
Reflek Becky mengangguk, Ia tidak bisa menolaknya, bahkan sedari dulu, cintanya terlalu besar, menutupi semua rasa sakit yang sejatinya Ia dapatkan dari Freen.
"Kamu benci perpisahan, tapi Kamu mau pisah sama Aku, itu gimana?" Ucapnya lembut.
"Jennie?"
"Ketemu Jennie yuk, Dia mau banget minta maaf sama Kamu. "
"Hmmm. "
Hari ini, semua rasa sakitnya seakan terangkat bebas ke udara, walaupun Ia harus menahan malu dan kehilangan semua harta benda yang sudah dirinya nikmati sedari kecil, tapi tidak masalah, sejatinya bukan itu yang Becky cari, hanya sebuah ketenangan yang rasa cinta hadiahkan untuknya.
"Pergilah Nak, Kita harus menyelesaikan dengan semua orang kan?"
Senyuman lega yang Ia lihat dari sang Ibu adalah obat, Becky tidak pernah melihat wajah sebegitu tenang dari Mamanya, mungkin selama ini, Mereka juga tidak baik-baik saja, tapi memaksa bersama untuk waktu yang lama karena terlanjut terbiasa berdua.
"Mama bisa tinggal di rumah, rumah itu milik Mama. "
"Freen, "
"Dari kecil Becky di sana, mana mungkin Aku mengambil apa yang sudah menjadi kenangan Kalian sedari lama, Aku dan Ayah akan membeli rumah yang lain, dan untuk Aku, Becky dan Tawat, akan Aku bangun rumah yang jauh lebih mewah, bukan bentuknya, namun isinya. "
Senyuman yang sudah lama tidak Freen lihat, wajah yang Ia abaikan bentuknya, rindu yang tidak Ia sambut terlalu lama, kembali berlabuh di hatinya, hangat terasa saat sentuhan Becky mendarat di pipinya, rasanya tenang, kembali ke rumah yang Ia impikan.
"Freen, Aku minta maaf atas namaku dan Papa. " Richie berucap jujur, karena sifat arogannya selama ini adalah buatan dari sang Ayah, sekarang dirinya pasrah, apa yang akan Freen lakukan kepadanya.
"Ini, surat resign Ku, Aku tidak berhak lagi bekerja sebagai direktur di salah satu hotel milikmu, mungkin Aku akan mencari pekerjaan la...
"Tidak usah, ini demi Kalani, Aku memberimu kesempatan untuk semuanya, menebus rasa bersalahku, Aku yang menyakiti adik kesayanganmu. "
"Itu urusan Mu dengan Bec...
"Terima atau Aku akan mempersulit mu mencari pekerjaan lain. "
Richie menghembuskan nafasnya pasrah, lalu tersenyum, menjabat tangan orang yang sempat Ia sakiti dan paksa untuk berpisah dengan adiknya, tapi untuk sekarang, walaupun Freen juga menyakiti Becky, Richie tidak akan lagi melakukan apapun, berdamai dengan semua hal adalah yang terbaik.
"Balik pulang ya Sayang. "
"Hmm, oke Fr...
"Panggil Aku seperti yang selalu Kamu lakukan dulu. "
"Oke, Babe. "