⚠️Denger lagunya, resapi setiap paragraf yang tercipta⚠️
Suasana tempat ini adalah yang terburuk, teriakan demi teriakan yang terjadi mengundang banyak atensi dari sekitar, Irin tidak berhenti memaki wanita yang ada di hadapannya saat ini, yang sedang duduk berdua dengan laki-laki yang dulunya Ia kenal adalah Kakak tingkat Mereka sewaktu kuliah.
"Kau dibayar berapa untuk menghancurkan sahabatku?"
Jennie yang ditekan seperti itu cukup terkejut, dari mana Irin tau semuanya?.
"Biar Aku yang membayarnya tapi setelah ini Kau pergi dari hadapan Becky dan Freen. "
"Apa maksudmu?"
"Jangan sok tidak tau apa-apa Jennie, Kau dengan sadar menghancurkan sahabatku, Kau tau, karena masalah ini Becky keguguran hari ini, Kau sadar atau tidak? Biaya IVF itu tidak sedikit, perjuangannya, bahkan Becky mengorbankan dirinya untuk ini. "
Cukup terkejut dengan ini semua, karena jauh di lubuk hatinya, Jennie tidak lagi ingin menyakiti Becky, namun lelaki tua bangka itu memaksanya untuk melakukan ini semua.
Tamparan itu terasa panas di pipinya, Jennie tidak melawan, karena Ia merasa pantas mendapatkan ini semua, balasan yang harusnya Ia terima.
"Jennie, Aku percaya Kau mungkin bukan orang yang jahat, jadi berhenti melakukan ini, minta maaf dengan Becky dan pergi sejauh mungkin. "
"Kau tidak mengerti. "
Irin menghentikan ucapannya, Ia ingin tau masalah ini dari sudut pandang Jennie sendiri, Ia tidak ingin menerka apapun.
"Keluargaku di bawah tekanan keluarga Becky, Mereka difitnah, dan akan dijebloskan ke penjara, satu-satunya hal yang bisa Aku lakukan yaitu menjalankan semua perintahnya, agar Mereka selamat. "
"Tapi tidak dengan menyakiti Becky. "
"Aku tau, "
Kali ini Jennie bersujud di kakinya, Irin menatap Jennie kali ini dengan rasa iba, tangis itu juga terdengar sakit di telinga, Jennie juga korban, Freen juga korban, Becky juga korban, satu-satunya orang yang harus disalahkan adalah Ayah mertuanya, Susantheo.
"Freen adalah anak sahabat Pak Theo, perusahaan yang kini Kalian nikmati hasilnya adalah milik keluarga Freen, Pak Theo tidak ingin Freen tau dan mengambil alih semua harta yang ada, maka dari itu, Ayah Kalian ingin Freen hancur, atau pergi dari Becky, karena sejatinya semua kekayaan yang ada masih atas nama Freen karena Dia sudah berumur cukup untuk mendapatkan harta warisan, tapi satu hal yang menjadi masalahnya, pengacara yang mengurus hak Freen sudah meninggal dunia, dan satu-satunya orang yang tersisa adalah sahabat dari Ayah kandung Freen, tapi waktu itu Dia bisa kabur dari sanderaan, dan tidak pernah bertemu lagi dengan Mereka berpuluh tahun lamanya, hingga saat Tuan Theo tau jika Becky memiliki kekasih bernama Freen dan Ibu Hanun, Iamenyadari Mereka adalah wanita yang dirinya ingin lenyapkan, makanya dari itu Tuan Theo melakukan banyak hal untuk menyingkirkan Freen dan Ibunya dari keluarga Kalian. "
Diseberang sana di panggilan teleponnya, Freen mendengar dengan jelas apapun ucapan yang keluar dari mulut Jennie, benar apa yang Tuan Renald katakan, jika Theo adalah dalang dari semua ini.
"Kau sudah merekamnya Freen?"
"Sudah. "
"Ini bisa jadi bukti di pengadilan, Saya juga sudah mengumpulkan banyak sekali bukti untuk menghancurkan lelaki Tua sialan yang tidak tahu diri itu. "
"Terima kasih Pak, Anda sudah menolong Saya, "
"Kebenaran tetap kebenaran, bagaimanapun Ayah Kamu adalah orang baik, "
"Saya akan memperjuangkan semuanya, dan juga untuk kematian Ibu Saya. "
"Apakah kematiannya terlihat janggal?"
"Iya, tapi setiap Saya inginkan dilakukan autopsi, Papa pasti tidak pernah memperbolehkannya, "
"Semuanya sudah terlambat jika untuk keadilan Ibumu, Kita akan berjuang untuk keadilan Mu dan Ayahmu. "
"Terima kasih Pak, "
🔺🔻🔺
Suasana tidak lagi setegang awal, Jennie menunduk takut, Irin tidak ingin ini berlarut-larut, namun Becky tidak harus mendapatkan banyak pikiran buruk lainnya tentang masalah ini, mungkin setelah semuanya membaik, Irin akan membawa Jennie kembali untuk menjelaskan semua kekacauan yang terjadi.
"Kau mencintai Freen?"
Anggukan pelan namun pasti itu terekam jelas olehnya, tapi sekali lagi, seharusnya Jennie tidak melakukan apapun lagi yang akan membuat semuanya lebih runyam.
"Tapi Aku sadar, jika ini sebenarnya sedang menghancurkan diriku sendiri, Aku perempuan, Aku merasakan sakit yang sama, tapi Aku terlalu terburu-buru untuk terbawa perasaan, "
"Kau bisa meninggalkannya?"
"Jika harus mengorbankan kedua orang tuaku, Aku tidak bisa. "
Semuanya abu-abu, Ia tidak tau bagaimana memulainya, karena posisi Jennie juga serba salah.
"Freen tau semuanya, "
Irin memberikan gawainya, ada panggilan yang sudah tertera satu jam di sana, kali ini yang bisa Jennie lakukan hanya menangis dan meminta maaf atas semua yang sudah dirinya lakukan, semua kekacauan yang ada, dan perasaan yang sudah hancur lebur olehnya.
"Jika Kau mau menolong Freen, Kau harus ikut menjadi saksi dari semua masalah ini. "
"Aku tidak mungkin mengorbankan orang tua Ku Irin, Mereka berharga buatku. "
Ini bukan masalah yang gampang untuk diselesaikan, banyak hal yang mungkin akan dikorbankan demi sebuah kebenaran, tapi Mereka tidak mungkin untuk diam saja, akan lebih banyak hati yang tersakiti dengan segala macam hal yang sudah terlanjur hancur ini.
"Aku yang akan jamin semuanya Jennie, percaya padaku, walaupun kepercayaanku kepadamu tidak ada lagi. " Ujar Freen dari ujung panggilan Mereka.
Tangisan yang terdengar semakin menyakitkan, kali ini kebingungannya tentang perasaannya berakhir, Freen terlalu indah untuk dirinya yang penghianat, Becky seharusnya tidak kehilangan Freen, Mereka juga tidak pantas untuk semua rasa sakit yang Jennie berikan, terlalu lama untuk berani mengatakannya, terlalu hambar kata maaf untuk terdengar, tapi lebih baik terlambat dari pada tidak sama sekali.
"Kita berakhir Jennie, terima kasih setiap hal yang Kau berikan kepadaku selama ini, walaupun semuanya hanya kebohongan, "
"Maafkan Aku sudah menghancurkan apa yang seharusnya utuh Freen. "
"Aku yang memecahkannya, Aku yang akan memperbaikinya Jen, walaupun ini tidak akan bisa lagi seperti sedia kala, setidaknya serpihan itu bisa melekat kembali pada tempatnya, Aku sudah terlalu lama lupa jalan pulang, "
"Cintamu masih di sana, pulanglah, rumahmu terlalu lama menunggu. "
"Selamat berpisah Jennie. "
"Maaf Freen. "