18. Luka.

2.7K 295 30
                                    

⚠️Denger lagunya, resapi setiap paragraf yang tercipta⚠️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⚠️Denger lagunya, resapi setiap paragraf yang tercipta⚠️

"Becky, " Freen menutup pintu kamar Mereka dengan keras, ini sudah satu jam setelah makan malam Mereka, pertengkaran tadi masih hangat terasa, tidak ada yang berniat untuk mengalah, karena ego bekerja keras untuk itu semua.

"Jangan teriak bisa?, ada Tawat, Kamu gila apa?"

"Aku mau Kamu ganti sekretaris Kamu, baru sehari Kamu udah bisa bela Dia di depan Aku, apa lagi nanti?, Kamu mungkin bisa pacaran sama Dia. "

Menghela nafasnya jengah, tuduhan tidak mendasar yang Freen lontarkan cukup membuatnya muak, cemburunya murahan, membuat seolah Dia memang seburuk itu terlihat.

"Gak usah ngaco. "

"Siapa yang tau, Kamu orang yang mudah...

"Dibodohi? seperti yang Kamu lakukan?"

"Diam. "

"Kenapa? Kamu merasa tersindir?"

"Kamu takut Aku jadi peselingkuh kayak Kamu?"

"Jaga ya ucapan Kamu. "

"Tenang aja Aku tidak akan sebusuk itu, "

"Tutup mulutmu Bec. "

"Kenapa cuma Kamu yang bisa marah?, kenapa Aku gak?, Aku minta Kamu ninggalin Jennie kenapa gak Kamu lakuin?, kenapa Kamu masih ketemu sama Dia?, katanya cuma satu minggu, Aku kasih Freen, tapi ini udah lewat dari itu, Kamu mau bodohin Aku kayak gimana lagi?, emang ya kalau orang munafik gak bisa dipegang ucapa...

Tamparan itu melayang bebas di udara, matanya bengis mematap Becky di hadapannya, entah kenapa Ia marah, atau karena semua ini adalah benar?.

Senyuman tipis yang Becky berikan, mengusap darah yang perlahan keluar dari sela bibirnya, perih? tentu saja, tapi luka di fisiknya tidak jauh lebih besar dari luka di hatinya.

"Aisshh sialan. "

Freen berlari keluar dari kamar Mereka, meninggalkan Becky dengan amarahnya, wanita itu menjatuhkan dirinya ke lantai, rasanya luar biasa menyakitkan, Freen tidak lagi gadis baik hati dengan lembut prilakunya.

"Mama. "

Becky mendongak ketika indera penglihatannya menangkap lelaki kecil yang menatapnya dengan khawatir, wajahnya memerah karena marah.

"Eh hay Boy, kenapa keluar kamar? tadi Mama bilang masuk ke kamar kan?"

"Yang sakit yang mana?"

Tawat kecilnya, menatap wajah yang memerah karena tamparan itu dengan sendu, mengelus tepat pada rasa sakitnya membuat Becky meringis.

Dengan jelas Becky melihat air mata itu jatuh namun wajah itu datar terlihat, entah emosi apa yang ada di dalam diri lelaki kecilnya itu, Becky takut.

"Wat. "

"Kenapa Tuhan jahat banget sama Mama?"

"Hey, kok nyalahin Tuhan?"

"Kata Mama, jodoh itu takdir Tuhan, tapi kenapa Tuhan ngasih Mami untuk jadi jodoh Mama?, berarti Tuhan jahat. " bahkan si baik hati itu tidak menyalahkan Freen sama sekali, ingin rasanya Becky menangis meraung saat ini, tapi Ia tidak bisa, Tawat tidak boleh merasakan hal yang sama dengannya.

"Jangan salahin Tuhan, memang semua ini adalah takdirnya, Kita juga gak bisa memilih perasaan cinta bisa berlabuh pada siapa, yang hanya bisa Kita lakukan, lanjutkan jika bahagia, tinggalkan jika sengsara. "

"Sebahagia apa Mama hingga sampai saat ini tidak meninggalkan Mami. "

Becky tercekat, tidak, bahagia telah hilang, namun cintanya terlalu besar untuk mengambil alih rasa sakitnya, walaupun berulang kali Ia rasa semuanya sudah berkurang, Ia harus puas dikecewakan dengan kenyataan jika tidak ada yang berubah dari perasaannnya.

"Kamu masih ingat dengan true love or pure love?"

"Ya. "

"Mama punya itu untuk Mami. "

"even though she hurt you a lot? "

"Ya. "

"even though she's the only source of your biggest wound?"

Sekali lagi, tidak ada satu katapun yang bisa Becky jadikan jawaban untuk setiap perkataan yang Tawat lontarkan, Ia akan selalu kalah.

"no love is perfect, everything has its own part, whether it's pain, happiness, every emotion that exists must be enjoyed right?"

"No Mama, If all you feel is pain, it's not love. "

Tawat benar, jika yang Kau rasakan hanya sakit itu bukan cinta, tapi Kau sedang egois dengan dirimu sendiri, meyakini hal yang tidak akan pernah terjadi, hanya imajinasi yang Kau buat sendiri, bagaimanapun itu tetap mengkhianati diri sendiri.

"Wat, Mama mungkin tidak sempurna dalam mencintai, bahkan memaksakan perasaan Mama buat Mami Kamu, tapi jika Mama rasa hubungan Kami masih bisa Mama pertahankan, Mama akan lakukan, tapi kalau rasanya Mama udah selesai, Tawat bawa Mama pergi ya?, gak apa-apa ya Nak, Kita berdua aja, gak ada lagi yang ajakin Tawat nonton teater, gak ada lagi yang ajakin Tawat ngelukis, gak ada lagi yang ngajakin Tawat main ke alam bebas, gak ada lagi yang ngajakin Tawat berkuda, gak ada lagi yang ngajakin balap sepeda, gak ada lagi yang nemenin Tawat mancing, gak ada...

"Ada, ada Mama, ada Mama yang nemenin Tawat di rumah, masak bareng, berkebun, rangkai bunga, ada Mama, kenapa gak ada?"

Becky tau, semua kesukaan Freen adalah kesukaan Tawat, karena sedari umur satu tahun, wanita itu sudah mengenalkannya kepada alam, bersama Jennie.

Tidak marah dengan keadaan jika Tawat tidak menyukai kegiatan membosankan seperti kesukaannya, namun lelaki kecil itu mencoba menghiburnya, Tawat adalah bentuk obat dari semua rasa sakitnya.

"Mama bakalan hancur banget kalau Tawat yang hilang dari hidup Mama, makanya jangan kemana-mana ya anak baik. "

"Seperti yang Ibu peri baik minta, Tawat gak akan kemana-mana. "

Peluk itu jauh lebih hangat dari milik siapapun, Becky berterima kasih, setidaknya pada semua kehancuran hidupnya, Tuhan masih menitipkan penyelamat melalui Tawat, lelaki yang lapang hatinya, baik budinya, dan penyayang, Becky beruntung memilikinya.

"Mama gak pantes dapetin semua luka ini, Tawat selalu berdo'a, suatu saat nanti Tuhan akan balas rasa sakit ini. "

"Jangan terlalu benci Mami Nak. "

"Tawat gak janji. "

YOU! (FreenBecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang