Bosan.
Ibarat seperti sebuah mainan. Melihat seseorang memainkan mainan tersebut, aku yang hanya bisa melihat, merasa tertarik ingin memilikinya. Tanpa berpikir panjang, aku segera merebutnya, menjadikan mainan itu milikku, milikku seutuh-utuhnya dan tidak boleh dimainkan oleh orang lain selain aku. Namun itu hanya sesaat. Rasa ketertarikan yang kumiliki pada mainan itu sudah menghilang dengan cepatnya sekarang.
Sama halnya seperti Freya.
Baru beberapa bulan aku hidup bersamanya sebagai sepasang suami istri, aku mulai merasa bosan padanya. Dulu aku merasa dia berbeda dengan wanita lainnya. Kukira dia adalah wanita satu-satunya untukku. Kukira dia adalah wanita yang akan kucintai melebihi langit, melebihi angkasa. Sehingga membuatku berusaha untuk merebutnya, menjadikannya milikku dengan cara apapun. Namun ternyata tidak. Dia sama seperti wanita lain, wanita yang kuanggap sebagai teman satu kasur.
Perasaanku padanya sudah menghilang. Perasaanku yang begitu tergila-gila padanya dulu serasa seperti angin lewat. Aku tidak lagi mencintainya, dan aku merasa diriku aneh. Aku selalu menebak-nebak kenapa aku mendadak menjadi tidak nyaman di dekatnya, kenapa aku selalu berusaha menjauh darinya, sedangkan dulu waktu SMA aku tidak berpikiran begitu. Dan sekarang aku sudah tahu alasannya.
Aku adalah pria penggila wanita. Aku hanya menikmati tubuh mereka. Dan bagiku, mereka tidak layak untuk kucintai selain untuk memenuhi hasratku. Aku tidak puas dengan satu tubuh yang sama saja dalam jangka waktu yang lama. Aku tidak ingin terikat. Aku ingin bebas. Sejak kapan aku mulai menjadi seperti ini? Sejak kuliah?Tidak, sejak SMA. Sejak Freya meninggalkanku, sejak diriku yang polos dikhianati dengan sangat. Aku sudah menjadi pria rendahan seperti ini dan aku tidak menyesalinya. Aku tidak salah. Aku hanya berubah, keadaan yang membuatku berubah, Freya yang membuatku berubah.
Jadi demi untuk menghindarinya, aku selalu beralasan lembur kerja. Untuk sesaat, aku memang benar-benar lembur. Namun lama-kelamaan itu menjadi sebuah kebohongan untukku pergi bermain dengan wanita malam di klub langgananku. Hanya demi aku bisa bertahan hidup hanya dengan seorang wanita.
Dan hari ini, seperti biasanya aku ingin beralasan lembur lagi, tidak bohong. Tapi Freya berkata ada sesuatu hal penting yang ingin ia bicarakan padaku. Jadi mau tidak mau, aku harus pulang menemuinya. Kurasa bukan masalah besar, karena aku sudah lama tidak bertemu dengannya di kasur. Aku lupa sentuhan tubuhnya, dan mungkin aku akan memintanya malam ini.
"Aku pulang," ucapku pelan setelah menutup pintu.
"Selamat datang, Sayang!" seru Freya dengan riang seraya mengecup bibirku lalu mengambil tas tanganku. "Sudah makan malam?"
"Belum," jawabku apa adanya.
"Oh ya? Tunggu sebentar, aku panaskan dulu," ujarnya cepat dan langsung berlalu
pergi ke dapur.Aku menghela napas sambil melonggarkan dasiku, lalu duduk di meja makan setelah siap cuci tangan, menunggu makanan.
Berselang beberapa menit kemudian, Freya muncul kembali beserta dengan nasi dan lauk yang sudah dipanaskan. "Silakan dimakan!" katanya setelah menata makanannya di depanku. Tanpa menunggu aku langsung melahapnya dengan cepat, saking laparnya.
Dalam 5 menit, dengan cepatnya aku sudah menyelesaikan makan malamku. Dan langsung saja, aku masuk ke dalam topik. "Jadi, apa yang ingin kamu katakan padaku?"
Setelah pertanyaanku, senyuman di wajahnya langsung melebar. "Aku punya berita sangat bagus untukmu, Sayang."
"Apa?"
"Aku hamil! Ini lihat!" Freya mengeluarkan lima buah test pack dan memberikannya kepadaku. Semuanya dua garis.
DEG.
![](https://img.wattpad.com/cover/69119555-288-k808623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Obsession (Complete)
General Fiction(Belum Revisi) "Bangkrut? Hah, syukurin lo sudah jadi gembel." "Hey, kami sudah gak takut lagi sama lo, jadi jangan harap buat nge-bully kami lagi!" "Ops sorry, orang miskin yang gak selevel gak bisa masuk ke group kami." Pada hari yang tertakdirkan...