Pagi jam 7. Di sebuah ruangan yang asing, alarm dari sebuah Smartphone yang baterai tinggal 7% itu berbunyi nyaring. Anehnya tiada gerakan yang muncul dari suara yang berisik tersebut, pemilik Smartphone -aku- masih berada dalam posisi semalam, begitu juga pasanganku. Aku baru saja terbangun tak lama setelah bunyi itu berhenti.
Aku terbangun dengan terpaksa, karena adanya sinar matahari yang masuk melalui celah jendela menyinari tepat ke kedua mata yang kurang beruntung ini. Aku memincingkan kedua mataku berusaha beradapatasi sebelum menoleh ke samping dan sedikit bingung mendapati seorang wanita yang telanjang tidur di sebelahku. Aku baru tersadar dan mengingat kembali apa yang telah kulakukan semalam setelah meneliti bahwa ruangan ini bukan ruanganku dan juga seluruh pakaian yang berceceran sembarang arah. Aku menghela napas, untung hari ini tanggal merah atau tamat sudah riwayat kerjaku.
Setelah menguap lebar, dengan sigap aku bangun dari kasur dan segera mengenakan celana boxerku dan kemudian memasuki kamar mandi. Aku menatap wajahku di cermin berukuran besar yang terdapat di dalam kamar mandi. Rambutku yang berantakan, kedua mataku yang kusut, benar-benar membuat wajahku terlihat begitu kacau. Aku tersenyum sinis. Apa hanya sekarang saja atau jangan-jangan sudah mulai sejak semalam wajahku terlihat seperti ini? Kalau iya, berarti wanita yang memancingku ke ranjang itu buta, jadi aku memutuskan untuk menjawab tidak pada pertanyaan tanpa asal ini.
Tidak ingin membuang waktu lebih lama lagi, aku segera membersihkan wajahku serta tubuhku. Setelah 10 menit lamanya aku berada di dalam kamar mandi, akhirnya aku keluar dengan mengenakan celanaku tadi sambil mengelap rambutku dengan sebuah handuk yang ada di dalamnya. Aku menatap ke arah wanita itu yang ternyata sudah bangun namun masih dalam posisi menyelimuti dirinya. Aku menghampirinya sembari memungut pakaianku dan memasangnya di tubuhku. Dia dengan riang menyapaku.
"Bagaimana tidurmu, Elwin? Terima kasih sudah menemaniku semalam." Dia dengan manja bergelayut di lenganku dengan kepalanya yang bersandar di bahuku sedetik setelah aku duduk di sampingnya. Aku dengan sigap menatapnya tajam seolah menyuruhnya berhenti untuk bersikap manja di hadapanku. Aku hanya bertingkah manis untuk satu malam, tidak lebih. Namun seolah tidak mengerti arti tatapanku, ia masih dengan setianya menempeliku dengan tubuh telanjangnya yang terlihat terang-terangan. "Bagaimana kalau 1 ronde lagi? Sayang sekali harus segera mengucapkan selamat tinggal dengan adikmu yang nakal ini. Aku tidak akan terima bayaran deh untuk ini. Ya?" ucapnya memohon dengan geli.
Aku menghardiknya tajam. "Dasar cewek ganjen tidak tahu malu."
Bukannya merasa tersinggung, ia justru tersenyum licik. "Oh ya? Bukannya kamu yang tidak tahu malu? Bisa-bisanya disaat bersetubuh denganku kau membisik-bisik nama wanita lain? Siapa itu? Hmm.. 'Freya'?"
Aku bisa mendengar suara detak jantungku sendiri yang keras. Freya. Benarkah aku menyebutkan namanya? .... Aku menepis tangannya yang berusaha menyentuhku selagi aku terdiam. Tanpa sadar aku kembali emosi.
"Aku harap kita tidak akan bertemu lagi setelah ini. Lupakan saja apa yang terjadi semalam."
Kedua pupil matanya melebar, menatapku bingung. "Apa maksudmu? Kamu memintaku melupakan malam yang begitu panas dan menggairahkan? No way, OK?"
Aku menghela napas. "Whatever." Aku bangkit dari dudukku dan meraih tas kerjaku serta jasku yang tergeletak di kursi. "Pokoknya kita tidak akan bertemu lagi, Oh-wanita-yang-tidak-kukenal-namamu." Aku menatapnya sekilas sebelum melangkah menuju pintu. Aku bisa menangkapnya menyeringai licik.
"Aku yakin kita akan bertemu lagi, Elwin. Kamu memang tidak perlu mengetahui namaku dariku tapi kamu akan mencari tahu tentangku." Wanita itu tersenyum sinis di saat aku hendak memutar kenop pintu. Aku membalas senyumannya tak kalah sinis.
![](https://img.wattpad.com/cover/69119555-288-k808623.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Obsession (Complete)
Ficción General(Belum Revisi) "Bangkrut? Hah, syukurin lo sudah jadi gembel." "Hey, kami sudah gak takut lagi sama lo, jadi jangan harap buat nge-bully kami lagi!" "Ops sorry, orang miskin yang gak selevel gak bisa masuk ke group kami." Pada hari yang tertakdirkan...