21. Rencana yang Berhasil

104 8 4
                                    

Suzan kembali mengajakku bertemu di bar karena ingin menyampaikan kemajuan hubungannya dengan David. Katanya akan lebih mudah menjelaskannya jika bertatap muka langsung ketimbang lewat telepon. Padahal nyatanya dia lebih ingin bertemu denganku daripada menyampaikan informasi itu.

Dengan langkah yang gontai, aku memasuki bar yang sudah menjadi tempat biasa untuk pertemuanku dan Suzan. Kedua mataku tertuju ke arah tempat yang sering kududuk, dan bingo, Suzan memang sudah duduk di sana dengan kaki kanannya yang disilangkan ke kaki kirinya. Aku menghampirinya sebelum akhirnya ikut duduk di sampingnya. Suzan menoleh dan langsung tersenyum lebar. Aku menatapnya dengan seringai kecil sementara aku memesan minumanku pada sang Bartender.

"Jadi apa yang ingin kamu jelaskan padaku?"

"Kenapa kamu begitu ketus? Bukankah seharusnya kamu bersikap lebih lembut padaku, mengingat apa yang kulakukan untuk membantumu?" Seolah tidak mempedulikan kekesalanku yang sudah tingkat akut itu, dia terus mengoceh dengan tangannya yang mengaduk-ngaduk minumannya tanpa menatapku lagi.

Aku berdecak. "Sudahlah, jangan mengulur waktu lagi, bisakah kamu ceritakan apa yang sudah terjadi padamu dan David? Apa sudah terjadi perkembangan?"

Suzan kembali menoleh sebelum memberikanku sebuah senyuman yang meremehkan seperti biasanya. "Kamu tidak usah khawatir, dia sepertinya sudah mulai tertarik denganku. Seperti kemarin, dia sudah mulai menunjukkan sedikit perhatiannya ketika aku mengeluh sedikit pusing saat kami bertemu." Suzan terlihat sedang memuji dirinya dan semakin dia puji dirinya semakin pula membuatku jijik.

"Sepertinya kamu punya bakat untuk menggoda laki-laki. Baiklah, sekarang kamu bisa melakukan apa saja untuk membuatnya mencintaimu dan meninggalkan Freya, mengerti?"

Suzan menganggukkan kepalanya sembari tersenyum kecil dan meneguk winenya hingga habis. "Tentu saja."

Aku kemudian mengangkat gelasku sebelum langsung meneguk minumanku dalam satu tegukan sementara aku bangkit dari dudukku. "Aku pulang, masih banyak yang harus kukerjakan." Suzan hanya menatapku sekilas sebelum ikut berdiri.

"Kenapa tidak jalan? Bukannya kamu ingin pulang? Aku akan mengantarmu jika kamu mau tentunya. Tetapi sebagai bayarannya, bagaimana kalau bercinta denganku nanti malam?"

Aku kembali menatapnya sebelum tersenyum sinis dan mengiyakan tawarannya. Dia tersenyum penuh kemenangan sebelum akhirnya menarik lenganku dengan manja. Aku hanya mengikutinya tanpa mengucapkan sepatah katapun.

***

Setelah pertemuan terakhirku dengan Suzan beberapa minggu yang lalu, dia sudah tidak mengajakku bertemu lagi, mungkin karena dia sedang sibuk menggoda laki-laki itu atau sedang sibuk mengerjakan sesuatu yang lebih penting daripada bertemu denganku. Aku tidak begitu peduli, malahan lebih bagus, bukan? Karena tidak perlu bertemu dengan perempuan itu lagi.

Aku juga sudah jarang bertemu dengan Freya atau sekadar menelponnya, mungkin karena kesibukanku yang makin hari makin parah itu. Mau bagaimana lagi? Pekerjaan Steven belakangan ini semakin menumpuk, tentu saja pekerjaanku juga ikut menumpuk. Kadang-kadang aku suka menggerutu tak jelas di belakangnya.

Seperti sekarang ini, lagi-lagi aku diajak untuk rapat dengan para pemegang saham perusahaannya, entah akan membahas apa, aku juga tidak tahu. Steven tidak pernah memberitahuku apa yang akan dilakukannya, segala sesuatu yang dilakukannya pasti secara mendadak, dan itu membuatku selalu kalang kabut menyiapkan segala kebutuhannya.

Oh ya, Steven sudah membelikanku sebuah mobil seperti yang dijanjikannya dulu. Aku benar-benar merasa seperti anak emasnya saja, bagaimana tidak? Dia selalu memberikanku barang-barang yang mewah, seperti jam tangan atau apalah. Tidak jarang juga dia mengajakku untuk sekadar makan malam bersama istrinya atau makan siang.

King's Obsession (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang