Mulai keesokan harinya, dugaanku memang tepat. Bukan hanya dua ekor monyet yang selalu setia berusaha membuatku geram dan emosi, kini datanglah si sok manis yang juga senantiasa selalu cerewet bertanya ini-itu, mengganggu ketentramanku. Lebih parahnya, ia mengangguku bukan hanya saat pelajaran, bahkan di halaman sekolah dan tempat-tempat peristirahatan lainnya.
Kali ini ia datang menghantuiku lagi di perpustakaan.
"Halo," sapa Freya sambil duduk di sampingku. Ia membawa beberapa buku yang diapit di lengannya.
Dengan mata yang sipit juga alis yang ditaut erat, aku menatapnya dengan geram. Ia memang sudah duduk di sampingku sambil tersenyum penuh, tapi aku bergeming dan kembali fokus ke buku bacaanku.
Tidak menerima jawabanku, ia kembali bersuara, "Sedang baca apa?"
Aku tetap bergeming.
Ia mulai meraih salah satu buku dari tumpukan bukuku dan membukanya. "Hmm.. lo ingin jadi orang sukses ya?"
"Ini perpustakaan. Mohon harap diam!" bisikku dengan keras tepat di depan wajahnya yang dibuat innocent itu.
Dengan mata bulat dan tampang tidak bersalah, ia berkata padaku, "Maaf."
Aku mendengus keras membalas pernyataannya sebelum kembali fokus ke buku. Setidaknya, biarkanlah aku tenang di perpustakaan!
Sepertinya ia memang tidak akan pernah tahu keinginanku. Baru saja beberapa menit aku menikmati kesunyian karena akhirnya bisa tenang, Freya kembali lagi bersuara. "Lo suka membaca?"
Aku mengatup gigiku, sungguh emosi. Bener deh! Aku ingin menamparnya sekarang juga sekuat-kuatnya! Namun mengingat dia adalah perempuan, aku mengurungkan niat buruk itu. "Iya," jawabku.
Ia kembali memamerkan giginya. "Benarkah? Gue juga suka lho! Apalagi buku novel roman yang bikin terharu itu, gue suka sekali!" katanya dengan suara yang cukup untuk menarik perhatian orang di sekitarnya. Ia yang menyadarinya segera membungkam mulut dengan tangannya sendiri sambil menunduk.
"Numpang nanya, Neng, apakah gue ada bertanya pada lo? Tidak, bukan? Jadi, bisakah lo diam sebentar saja? Atau lebih bagusnya lagi, bisakah lo tinggalkan gue?" seruku panjang lebar, sungguh tidak bisa menahan lagi ocehannya.
Dia menatapku dengan tidak percaya dan mulut yang menganga lebar. Itu hanya sekilas dan mendadak ekspresinya berubah lagi menjadi sedih. "Elwin.."
"Apa?" tanyaku pelan tapi tegas. Kalau saja ini bukan perpustakaan, ia sudah kuteriaki habis-habisan!
"Kenapa lo membenci gue? Apa gue berbuat salah?" balasnya bertanya dengan raut yang sudah ingin menangis.
"Ya, lo bersalah karena terus mendekati gue. Jadi, enyahlah dari hadapan gue!" seruku lagi kali ini benar-benar dengan suara yang keras dan langsung beranjak keluar dari perpustakaan tanpa menghiraukan Freya juga tatapan-tatapan menusuk dari orang lain yang terusik olehku.
***
Aku baru saja menerima hasil tes sosiologi hari ini dan nilainya sangat tidak memuaskan. 65. Nilai yang sangat rendah, menurutku.
Padahal untuk mengikuti tes ini aku sudah bela-belain tidak bekerja dan belajar di rumah seharian, bahkan sampai jam 4 subuh! Namun ternyata, nilaiku juga anjlok! Kenyataan ini terlalu keterlaluan untuk kuterima, terlalu! Kalau begini terus aku mana bisa menandingi Richard?
Tanpa punya keinginan untuk melihat lebih lanjut letak kesalahanku, aku meremas hasil tes tersebut dan langsung membuangnya ke lantai. Tepat saat itu, Freya yang baru saja melangkah mendekati tempat duduknya langsung terhenti ketika melihat aksiku. Melihat ekspresinya, aku tahu ia ingin memungut kertas itu. Namun aku membiarkannya dan hal itu terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Obsession (Complete)
General Fiction(Belum Revisi) "Bangkrut? Hah, syukurin lo sudah jadi gembel." "Hey, kami sudah gak takut lagi sama lo, jadi jangan harap buat nge-bully kami lagi!" "Ops sorry, orang miskin yang gak selevel gak bisa masuk ke group kami." Pada hari yang tertakdirkan...