Aku mendapakan sebuah undangan dari Direktur kami, aku tidak tahu alasan kenapa dia memilihku sebagai wakil untuk mengunjungi pesta business tersebut. Mungkin karena hasil yang kuberikan memuaskan mereka atau karena faktor lain. Entahlah, aku tidak terlalu peduli, yang penting akulah yang mendapatkan kesempatan emas ini.
Aku mematut diriku di depan sebuah cermin besar yang terletak di sudut kamarku, tidak terlalu aneh, bukan, kalau kamarku tersedia sebuah cermin yang berukuran seperti itu? Laki-laki juga perlu mematut diri, bukan hanya perempuan saja. Aku tersenyum begitu melihat pantulan diriku, rahangku yang keras, hidungku yang sedikit mancung membuat lekuk wajahku terlihat begitu sempurna. Aku memang tampan. Setelah cukup terpesona dengan diriku sendiri, aku segera memasang dasiku dan mengenakan jasku. Aku memasukkan ponsel dan dompetku ke dalam saku celanaku. Aku sudah siap. Dengan penuh percaya diri, aku keluar menghampiri Ayah untuk meminta izin dan kemudian, aku segera menyetop sebuah taxi yang kebetulan melewati rumahku. Aku memberitahu alamat dimana pesta tersebut diadakan kepada supir, dan mobil yang kutumpangi segera melesat menjauhi rumahku.
***
Aku menghampiri rekan kerjaku – Ravil yang kebetulan juga mendapatkan undangan tersebut. Ravil sedang berbincang-bincang dengan beberapa orang yang belum kukenal. Aku menepuk bahu kanannya pelan membuatnya menoleh ke arahku, "Elwin." Dia tersenyum lebar padaku sebelum mengenalkan sahabat-sahabatnya kepadaku yang baru kuketahui mereka juga bekerja di perusahaan yang sama dengan kami, hanya saja mereka berada di bidang IT dan kami berada di bidang Manajemen Bisnis.
Aku tersenyum sembari memperkenalkan diriku, dan sepertinya mereka dengan senang hati menerima keberadaanku di sini. Aku merasa bersyukur karena bisa menghadiri acara seperti ini bersama Ravil –yang memang mudah bergaul- sehingga dia dengan mudah mendapatkan teman.
Aku menoleh ke sekelilingku, berusaha menemukan seseorang yang mungkin kukenal. Namun sayangnya, tidak seorang pun yang kukenal di acara ini. Dengan hati yang kecewa, aku memutari meja panjang yang tersedia berbagai makanan lezat. Aku mengambil sebuah piring dan kemudian menaruh beberapa kue di atas piringku – karena aku memang sudah merasa lapar semenjak tadi, jadi setelah merasa cukup dengan makananku, aku segera mencari tempat duduk yang nyaman untuk menikmati makan malamku.
Pilihanku jatuh pada balkon ballroom tersebut, aku segera melangkahkan kakiku menuju tempat itu dan mulai memakan makananku. Di saat aku hendak memasukkan sebuah kue ke dalam mulutku, seseorang menepuk bahuku membuatku sedikit tersentak. Aku menoleh dan mendapati seorang laki-laki yang umurnya tidak jauh beda denganku sedang tersenyum ke arahku. Aku mengernyitkan keningku, siapa dia? Sepertinya aku mengenalnya, tapi dimana?
"Kamu pasti sudah melupakanku," ujar orang itu sembari terkekeh. Aku semakin bingung. Apa aku memang mengenalnya, ya? Tapi....
"Aku Steven, orang yang kamu bantu itu, apa kau melupakannya? Aku yang meminta bantuanmu untuk mempertemukanku dengan Manajer kalian."
Aku sempat berpikir keras sebelum aku membalas senyumannya. Aku sudah mengingatnya. "Ah, ya, Tuan Steven," panggilku yang otomatis dengan formal, namun ia langsung menggeleng seraya melambai tangannya cepat.
"Oh tidak, tidak. No. jangan panggil aku Tuan. Panggil saja namaku, usia kita pun sepertinya tidak terpaut jauh, betul bukan?" Ia menyenggol bahuku ringan.
Aku tersenyum sebelum melanjutkan kata-kataku. "Ok, ok, Steven," panggilku mengulang. "Jadi, bagaimana kamu bisa berada di sini? Apa kamu juga mendapatkan undangan untuk menghadiri acara ini?"
Steven terkekeh. "Apa kamu tidak tahu bahwa acara ini adalah acara perusahaanmu?"
"Apa?"
"Hahahaha kamu memang belum mengetahuinya, ya? Ya, sudahlah, tidak penting juga, sih. Kamu hanya perlu enjoy dirimu di sini sebelum pekerjaanmu kembali membuatmu harus lembur setiap malam." Steven tersenyum penuh misterius yang membuatku semakin bingung. Dia kemudian meninggalkanku sendirian yang bingung karena ucapannnya. Ah, mungkin seperti yang dikatakannya, aku memang harus enjoy dan acara seperti ini, aku tidak perlu mengetahui asal usulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
King's Obsession (Complete)
General Fiction(Belum Revisi) "Bangkrut? Hah, syukurin lo sudah jadi gembel." "Hey, kami sudah gak takut lagi sama lo, jadi jangan harap buat nge-bully kami lagi!" "Ops sorry, orang miskin yang gak selevel gak bisa masuk ke group kami." Pada hari yang tertakdirkan...