1. Elwin

473 28 0
                                    

Aku melangkahkan kedua kakiku dengan pelan menuju ruang kelas dengan kepala yang menunduk, tidak berani menatap teman-teman yang sudah 'menungguku' di depan. Aku mendengkus. Hari ini akan menjadi hari yang melelahkan seperti biasanya.

"Hei, gembel!" seru Brian, sahabat sejak kecilku. Semenjak kecelakaan yang membuat Ayah lumpuh dan merenggut nyawa ibu, mereka–sahabat-sahabat sejak masa kecilku, sudah tidak mempedulikanku lagi. Mereka menganggapku seperti sampah masyarakat yang tidak berguna.

Aku menatap Brian dengan geram. Aku tahu akibatnya kalau saja aku berani menantangnya, tapi aku tidak takut. Aku tidak mungkin rela direndahkan seperti ini terus, aku juga punya harga diri, dan aku harus menunjukkan bahwa aku bukan sampah masyarakat.

"Kenapa? Lo ingin menantang gue, heh?" seru Brian lagi.

Aku kembali menatapnya dengan geram tanpa membalas ucapannya yang menurutku tidak perlu dilayani. Tanpa menggubris mereka lagi, aku masuk ke ruang kelas sembari tersenyum sinis, senyuman yang menandakan hari yang bagaikan neraka ini akan segera dimulai.

Dan itu memang benar.

Baru saja salah satu kakiku ini mendarat di dalam kelas, sebuah hadiah yang berupa remasan kertas mendarat di wajahku seiring dengan suara tawa dari seisi kelas, tanpa membedakan perempuan maupun laki-laki.

"Eh, lihat. Si gembel datang!" seru Thomas sambil menertawaiku dengan lagaknya yang sombong. Aku menatap lagi mereka dengan geram, tapi itu hanya sekilas dan langsung saja aku melangkah ke bangkuku yang berada di paling belakang, bangku terparah.

Susunan kelas ini tempat duduknya sendiri-sendiri. Bangkuku yang berada di ujung kiri paling belakang dekat jendela dijadikan tempat pembuangan sampah. Tidak hanya kursi dan meja kayu tersebut penuh coretan, bahkan di sekitarnya banyak sampah-sampah yang menumpuk, terutama di meja setiap aku masuk ke dalam kelas ini. Maka hal yang paling pertama kulakukan sebelum duduk adalah membuang sampah-sampah yang ada di mejaku itu barulah aku duduk dan langsung membenamkan wajah, tidak meladeni ejekan demi ejekan mereka sampai bel masuk sekolah berbunyi.

***

Namaku Elwin.

Sebelum maut itu, kecelakaan yang merenggut nyawa Ibu juga kebebasan Ayah itu terjadi, aku adalah anak bangsawan yang kaya raya. Karena kekayaan juga kekuasaan ayahku yang sudah menyumbang banyak dana ke sekolah, aku merasa diriku seperti raja, seperti dewa di sekolah. Tidak ada yang boleh tidak patuh padaku. Setiap harinya aku datang ke sekolah hanyalah untuk mencari teman, menganggu orang, dan tidak ada niat belajar sama sekali. Orang yang berhak menjadi temanku hanyalah orang di kalangan atas. Semua orang selain temanku kupandang bagai anjing, bahkan tak layak menjadi binatang di mataku. Pokoknya aku merendahkan seluruh orang yang berada di bawahku.

Namun setelah kecelakaan itu, semuanya sudah berubah. Orang yang kukira teman bersahabat yang paling mengertiku ternyata hanyalah kamuflase. Mereka tidak nyata. Begitu mengetahui ayahku jatuh bangkrut karena tidak bisa bekerja lagi, mereka semua menjauhiku bahkan balas mengerjaiku seperti dulu yang kulakukan pada orang lain.

Orang-orang yang dulunya menjadi sasaran di blacklist-ku tentu saja menggunakan kesempatan ini untuk membalas dendam. Semua orang tidak terkecuali guru pun membenciku, balik merendahkanku.

Yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menyesal. Meski dengan tulus ingin meminta maaf, gak bakalan ada yang mau terima. Yang ada aku malah makin dihina. Jadi aku lebih memilih untuk diam saja atas apa yang mereka semua lakukan padaku. Diam.. dan akan kubuktikan aku punya kekuatan untuk bangkit lagi, kembali ke kejayaan yang dulu. Akan kubuktikan.. aku harus membuktikan!

Akan kubuktikan aku bukan lagi Elwin yang dulu, aku akan berubah!

***************************************************************************

King's Obsession (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang