"Tante masih tidak menyangka kalian mau punya anak cepat-cepat," ujar Rima setelah menyelesaikan konsultasi keponakannya. Mereka masih berada di ruangan Rima.
"Appa yang minta kami segera punya anak," celetuk Y/n, "kalau aku sih tidak ingin buru-buru," lanjutnya.
"Aku juga ingin cepat punya anak," timpal Jisung yang tidak satu pemikiran dengan Y/n.
Rima mengulum senyum mendengar perdebatan kecil pasangan ini. "Lebih baik kalian bicarakan dulu matang-matang. Punya anak adalah tanggung jawab seumur hidup, tak hanya dari segi finansial saja, namun juga dari segi kesiapan mental. Baiklah kalian punya kemampuan finansial yang cukup. Tapi bagaimana dari segi mental? Kalian berdua ini sama-sama anak yang manja. Terutama kau, Y/n." Rima menunjuk Y/n.
"Kalau aku masih merupakan anak yang manja. Tidak mungkin aku berani tinggal sendiri selama beberapa tahun tanpa menyandang nama keluarga kita dan hidup tanpa uang dari appa," ucap Y/n tak mau kalah.
Dia kadang lupa, jika keponakannya ini hanya tua umurnya saja. Tapi memiliki usia mental setara dengan remaja berumur 18 tahun.
Rima mengangguk, tidak ingin berdebat dengan Y/n. "Iya, baiklah. Intinya kalian harus bicarakan ini baik-baik dulu ya."
"Keputusanku sudah bulat, Tante. Jadi, Tante tolonglah bicara pada appa untuk tidak-"
"Terimakasih banyak Tante Rima." Jisung memotong perkataan Y/n secepatnya.
Y/n melirik tajam Jisung yang duduk di sampingnya. Setelah ingin kembali melanjutkan ucapannya, pintu ruangan Tante Rima diketuk, dan tanpa permisi orang yang mengetuk pintu itu langsung membukanya.
"Apa sudah selesai konsultasinya?" tanya Beomgyu, dia datang dengan setelan kemeja dan celana bahan panjang, tanpa menggunakan jas dokter yang berada di punggungnya.
Rima berdecak, "kau tidak sopan sekali. Eomma masih bicara dengan pasien, kau malah seenaknya masuk."
Beomgyu menunjukan cengiran khasnya. "Tidak apa-apa, rumah sakit ini 'kan milikku. Lagi pula pasien eomma ini adalah sepupuku sendiri."
Mengucapkan kesombongan tanpa ada rasa tak enak sekali pun. Tidak diragukan lagi darah keluarga Choi memang mengalir ditubuh lelaki itu.
"Memangnya kalian mau ke mana?" tanya Rima melirik ketiga orang di depannya secara bergantian.
"Aku mau ikut mereka keluar sebentar,"ujar Beomgyu.
"Memangnya kau tidak sibuk?" tanya Rima lagi.
Dengan wajah sumringah Beomgyu ingin menjawab. Tapi ponselnya yang berdering sangat menganggunya. Dia mengangkat panggilan telepon itu.
"Oh, halo?... ah iya... baiklah aku segera ke sana."
Setelah ponselnya itu dimatikan. Beomgyu mengerutkan wajah kesal.
"Tidak jadi. Aku sangat sibuk sekarang. Aku harus kembali bekerja."
Dia pun keluar ruangan tanpa berpamitan seraya mengeluhkan mengapa dirinya dulu ingin sekali menjadi dokter yang penuh kesibukan.
Setelah mendapat gangguan dari anaknya tadi, Rima kembali berbicara, "kalian sudah boleh pulang. Kalau ada yang ingin kalian tanyakan lagi. Kalian bisa datang ke sini. Ruangan Tante selalu terbuka untuk kalian."
"Tante... tidak akan membicarakan ini kepada keluarga Choi yang lainkan?" tanya Y/n khawatir.
"Tentu saja tidak," jawab Rima terdengar meyakinkan, "kau tahukan dokter itu punya kode etik? Jadi tidak mungkin Tante memberitahukannya kepada keluarga kita yang lain."
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract » Jisung X You✔
FanfictionObsession Series Book 4(End) WARNING! Rating 22+ Mature Content 🚫Not Children Start : 10 October 2023 End : 19 September 2023 *** "Aku tidak mau menikah dengan Park Jisung meskipun dia adalah pria terakhir di muka bumi ini!" "Beri aku waktu 2 bula...