Eps.43🐹

469 57 1
                                    

                Gaun putih yang melekat pas ditubuh sintalnya dengan menggandeng tangan ayahnya, dia berjalan menuju mempelai lelaki untuk mengucapkan janji pernikahan di hadapan semua orang maupun di hadapan Tuhan.

Acara pernikahan berjalan penuh hikmat disertai senyum bahagia dari dua mempelai.

"Kata mu mereka di jodohkan juga 'kan?" bisik Jisung pada Y/n yang duduk di sampingnya.

Y/n mengangguk. "Memangnya kenapa?" Y/n balik bertanya.

"Wajah Lucy terlalu bahagia untuk pernikahan yang didasari perjodohan. Padahal waktu pernikahan kita, senyum mu terlihat sangat tertekan."

"Itu karena orang yang aku nikahi adalah kau." Y/n menghela napas pasrah.

Jisung langsung menoleh ke istrinya itu dan menaikan sebelah alisnya. "Sepertinya aku tidak seburuk itu sampai kau harus menghela napas panjang saat mengingat moment pernikahan kita."

Y/n tidak mengubsir, melanjutkan percakapan mereka. Wanita itu malah menaruh telunjuk di depan bibirnya, isyarat agar Jisung tidak berisik.

Suara tepuk tangan meriah menggema ketika kedua mempelai mencium satu sama lain.

Pesta pernikahan Lucy jauh lebih meriah dari pada saat penikahan Y/n, banyak sekali tamu yang diundang itu mengapa dia memutuskan untuk membuat tema garden agar tamu menjadi lebih leluasa.

Jisung tidak terlalu menyukai ini. Dan sebenarnya ingin segera pulang saja, berkutat dengan pekerjaan atau melakukan hal yang disukainya –mengerjai Y/n-. Makanya dia memilih menjauh dari kerumunan seperti orang anti sosial.

Jisung lupa satu hal. Bahwa suami Lucy adalah teman sekolahnya dulu, dan suami dari Lucy itu mengundang teman kampusnya yang lain. Dan Jisung adalah orang yang cukup popular di kampus mereka.

Dia terlalu mencolok untuk ditinggal sendirian di tengah keramaian.

"Jisung! Apa kabar?"

Pengucapan bahasa Korea dengan aksen asing bergema di indera pendengarannya. Jisung sangat hapal suara ini. Dia memutuskan membalikan badan pura-pura tidak mendengar adalah pilihan terbaiknya. Tidak ingin menjadi pusat perhatian lebih banyak orang karena bersama dengan tokoh utama acara hari ini. Tapi orang yang memanggil namanya itu malah menepuk pundaknya dan membuat Jisung mau tak mau menyapa orang itu, temannya semasa di Colombia.

"Oh... Felix," sapa Jisung.

"Kau kenapa canggung denganku?" Lelaki itu tertawa entah atas dasar apa, dia pun menepuk pundak Jisung beberapa kali, "apa kau merasa tidak enak karena tidak mengundangku ke pernikahan mu?"

"Sama sekali tidak," jawab Jisung, "istriku tidak ingin mengundang banyak orang dan aku pun tak ingin mengundang teman-temanku, terlebih lagi kau."

Felix sudah mengenal Jisung lama. Ucapan jahat Jisung tidak berpengaruh padanya. "Well, selamat ya untuk pernikahan mu dengan gadis yang dulu pernah kau sukai. Kau memaksanya menikahi mu dengan cara apa?"

"Aku tidak memaksanya untuk menikah denganku." Aku hanya menjebaknya saja, tambah Jisung dalam hati.

"Tapi sepertinya dia ingin menikah lagi. Lihat saja istrimu yang ikut serta dalam mengambil bucket bunga yang akan di lempar mempelai wanita."

Jisung yang baru sadar akan hal itu, segera menaruh gelas yang dia pengang di meja terdekat untuk bisa berlari menuju kerumunan para perempuan.

Marriage Contract » Jisung X You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang