Eps.48🐹

454 48 1
                                    

                Jisung menurunkan kaca mata bacanya sampai ke ujung hidungnya. Menatap istrinya yang tengah serius membaca novel yang baru dibelinya.

"Kenapa kau tidak mengambil barang yang tertinggal di café sekarang saja? Nanti teman mu menunggu."

Y/n menghela napas panjang. Menaruh asal novel yang dipegangnya. "Kau sudah menanyakan hal itu sampai tiga kali. Kalau kau menanyakannya lagi, aku akan menghadiahimu piring cantik."

Jisung pun menutup rapat mulutnya.

Jisung sendiri pun tidak sadar sudah menanyakan hal itu berkali-kali pada Y/n. Karena yang memenuhi pikirannya saat ini adalah tidak ingin menemani Y/n mengambil barangnya yang tertinggal.

Takut jika Jinsol yang dikenal Y/n merupakan mantan kekasihnya. Bisa saja Jisung menemukan kemungkinan terburuk itu.

Lebih baik menghindari, mencari tahu diam-diam dan menyingkirkan perlahan. Itu adalah cara cantik yang sering dia gunakan.

"Kau tumben sekali tidak ingin menemaniku?" tanya Y/n.

Jisung mengedikan bahunya tanpa minat. "Takut aku mengganggumu dan teman baru mu. Kau 'kan paling merasa bebas saat berbicara dengan orang yang satu frekuensi dengan mu. Yang ada nanti aku malah mengganggu dan membuat suasana tidak nyaman."

"Hanya sebentar saja. Aku tahu kau lelah bekerja, aku tidak akan lama, kau juga bisa menunggu di dalam mobil 'kan," jelas Y/n.

"Memangnya tidak apa dia menunggu lama?"

"Dia memang lama di sana, sekalian ingin makan sore juga. Tadi sudah aku tanya dan dia bilang jangan sungkan."

Jisung menghela napas pelan. Rasanya ini pertama kalinya dia kalah dari Y/n. "Ya sudah."

Jisung pun melepas kaca matanya dan menshut down komputer kerjanya. Dia mengambil jas kerjanya pada sandaran bangku sebelum beranjak dari kursi putarnya.

Dia menghampiri Y/n. "Kalau begitu ayo sekarang saja."

"Sudah semua?" tanya Y/n memastikan, "jangan hanya karena aku yang menunggu mu, kau jadi tidak menyelesaikan pekerjaan mu dengan benar ya."

"Kau tahukan aku orang yang tidak mungkin melakukan sesuatu dengan tidak sempurna?"

Y/n mengangguk singkat. "Kalau begitu ayo pulang."

Dia menggandeng lengan Jisung menuju keluar dari ruangan Presdir.

Mereka berbicara beberapa hal random yang masuk ke pembahasan masing-masing. Seperti sudah tak ada pembatas satu sama lain lagi, namun memang beberapa kali mereka akan adu mulut karena sesuatu yang sederhana, tidak pernah ada masalah kompleks antara mereka.

Kehidupan suami istri yang sebenarnya.

Bahkan saat kamar tamu sudah selesai dibangun pun, baik Y/n atau pun Jisung tidak ada lagi yang membahas keinginan Y/n untuk pindah kamar.

Y/n sepertinya sudah biasa melihat Jisung sebelum tidur. Dan Jisung pun sudah biasa melihat Y/n lah yang pertama kali disampingnya ketika membuka mata tiap pagi.

Y/n pasti mengira, jika diantara mereka tidak ada lagi rahasia satu sama lain. Y/n sangat mempercayainya sebab berani sekali mengenalkan Jisung pada gadis yang baru dikenalnya. Sepercaya itu Y/n padanya.

Kepercayaan yang sangat tidak ingin Jisung rusak.

"Kau tidak mau turun? Biar ku kenalkan dengan teman baruku yang aku temui di café," ajak Y/n menarik pelan tangan Jisung.

"Yang mana orangnya?"

Y/n menunjuk seorang gadis yang menggunakan blues biru yang duduk di pinggiran café dekat dengan jendela hingga jelas sekali meski dilihat dari luar.

Entah Y/n sadar atau tidak –Jisung sangat berharap jika Y/n tidak sadar- iris biru milik Jisung sedikit melebar saat melihat gadis yang di tunjuk oleh Y/n itu.

Segera Jisung menjawab, "aku lelah, Y/n. Kau yang turun saja ya, chagiya. Aku menunggu di sini."

"Oh oke. Baiklah. Sebentar ya."

Y/n membuka pintu mobil yang mereka kendarai untuk menuju café tempat barang Y/n yang tertinggal.

Jika Y/n tahu Jinsol yang ditemui Y/n di café. Adalah Jinsol yang sama, yang merupakan mantan kekasih Jisung. Sudah pasti rasa kepercayaan Y/n mungkin akan hilang, terlebih lagi saat Jisung sangat menghindari untuk bertemu Jinsol.

Dari kaca mobilnya, terlihat Y/n yang terseyum lebar pada Jinsol dan begitu juga sebaliknya, entah apa yang mereka katakan, mungkin itu sesuatu yang seru.

Sudah lama Jisung tidak melihat senyum itu. Setelah menghancurkan hatinya, bisa-bisanya gadis itu hidup tanpa ada beban sama sekali. Padahal Jisung butuh waktu menata hati agar bisa memulai seuatu hubungan yang cukup serius.

Pandangan pada mantan kekasihnya itu pun di sadarkan oleh Y/n yang sepertinya berpamitan pada Jinsol. Dan Y/n pun melangkah menuju keluar café.

Iris biru miliknya pun tak sengaja menangkap sosok Jinsol yang sepertinya sadar keberadaan Jisung. Perlahan tangan gadis itu terangkat hingga sebatas bahu, mata gadis itu seakan tengah melihatnya, tanpa ada senyuman, Jinsol melambaikan tangannya.

"Jisung," panggil Y/n yang baru memasuki mobil.

Jisung pun tersentak. "Sudah?" tanya Jisung, mulai menyalakan kembali mobilnya dan mencoba untuk tidak memusingkan tingkah Jinsol.

"Iya sudah. Cepat 'kan? Tidak lama seperti yang kau takutkan."

Jisung mengangguk singkat, dia pun melajukan mobilnya pergi meninggalkan café yang berada di dekat kantornya.

"Tadi aku melihat sekilas dari kaca mobil. Sebelum keluar dari café, kau sempat berbincang dengan teman mu itu, perbincangan kalian rasanya menarik sekali. Memangnya apa yang kalian bicarakan?"

Y/n terkekeh pelan sebelum menjawab pertanyaan Jisung, "dia bilang aku terburu-buru karena mengkhawatirkan mu. Lalu aku bilang, iya memang aku terburu-buru, tapi saat sampai di kantor kau tidak ada. Dan dia bilang, pasti ada hal penting yang membuat mu melupakan janji. Tapi setelah sadar, kau pasti langsung mengkhawatirkan ku. Aku pun tertawa karena omongannya yang terkesan sok tahu."

Jisung terdiam sesaat. Mengigit bibir bawahnya pelan tanpa sadar. "Yang teman mu bilang itu... nyatanya memang benar, Y/n. Tadi saat pergi ke kantor Blance Group, aku bertemu ayahmu dan kamu berbincang beberapa hal penting. Ingat punya janji denganmu, aku terburu-buru datang ke sini."

Y/n tampak terkejut mendengarnya, namun tak menampik ekspresi senang yang dia tunjukan. "Aku tak menyangka yang Jinsol ucapkan itu bisa pas sekali dengan keadaan yang ada. Jangan-jangan dia cenayang."

"Ha ha..." hanya tawa sumbar yang diberikan Jisung.

Jinsol bukan cenayang.

Hanya gadis yang pernah menghabiskan waktu bertahun-tahun menyandang status sebagai kekasih Jisung namun tidak berakhir ke jenjang yang serius. Wajar sekali, Jinsol tahu segala kebiasaan Jisung meski hanya hal kecil sekali pun di bandingkan Y/n.

Marriage Contract » Jisung X You✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang