Chaerin: Kau yakin akan melakukan ini? Tak ingin bicara baik-baik dulu pada Jisung?
Y/n: Aku tak pernah seyakin ini sebelumnya
Chaerin: Sepulang dari mengantar Lucy ke bandara. Aku akan ke sana
Y/n: Terimakasih. Tak perlu terburu-buru. Jinsol juga baru datang tadi
"Apa aku terlalu lama di toilet?"
Suara itu membuat Y/n mendongak, dia segera menyimpan ponselnya saat tahu Jinsol sudah kembali duduk di depannya.
Y/n menggeleng pelan. "Tidak kok. Santai saja."
Hari ini Y/n mengajak Jinsol coffe morning di salah satu café langganannya. Seperti biasa, hanya ada mereka berdua di sini. Y/n tidak ingin yang dia lakukan tercium oleh media dan bahkan sampai ketelinga ayahnya.
"Sepertinya sudah lama ya kita tidak bertemu." Jinsol memulai pembicaraan, "kau sering sibuk belakangan ini."
Tanpa Jinsol tahu, yang membuat Y/n sibuk selama ini adalah karena hadirnya gadis itu dikehidupan rumah tangga Y/n dan Jisung.
Mungkin, jika Y/n berniat untuk casting sebagai pemain film layar lebar, dia akan lolos dengan mudah karena pandai sekali berakting seolah tak terjadi apa-apa di depan gadis yang menyukai suaminya.
Pertama kali Y/n melihat Jinsol, dia memang menyadari ada dari dirinya yang mirip dengan Jinsol. Tak dia sangka jika ternyata memang Jinsol lah yang mengikuti dirinya. Ternyata tak kebetulan mereka itu punya sisi yang mirip.
"Kita sudah lama tidak bertemu memang. Aku tak menyangka kalau kau masih ada di Korea. Aku kira kau sudah pulang ke Colombia. Kalau tidak salah kau bilang akan menikah."
Jinsol tersenyum getir, dia mengaduk kopi yang dipesannya. "Hubungan ku dan tunangan ku masih belum jelas akan di bawa kemana. Dia... sama sekali tidak menghubungi ku."
Y/n meliriknya sesaat, sebelum meminum caramel machiatto dengan uap yang masih mengepul diatasnya. "Kau masih belum meluruskan kesalah pahaman dengan tunangan mu?"
Jinsol mengusap tengkuknya. "Aku tidak tahu bagaimana cara meluruskannya dia terlanjut sakit hati dengan ku."
"Ya. Orang yang sakit hati memang sulit memaafkan terlebih lagi sangat dilukai terlalu dalam oleh pasangannya." Y/n menopang dagunya di atas meja. "Maka dari itu, ketika menjalin hubungan cobalah sebisa mungkin untuk berlaku baik pada pasangan mu, Jinsol."
"Aku selalu mencoba sebaik mungkin padanya. Tak melakukan kesalahan yang membuatnya sakit hati. Aku berusaha setengah mati menjaga perasaannya."
"Percuma saja rasanya kalau kau hanya bersikap baik padanya saat kalian menjalin hubungan. Tapi kenyataannya hati mu masih berada di masa lalu," Y/n menghembuskan napas panjang sebelum kembali melanjutkan ucapannya, "terlebih lagi, orang dari masa lalu itu sudah menikah."
Y/n melihat dengan jelas pupil Jinsol yang sedikit melebar, karena terkejut.
Y/n memang bermaksud menunjukan ke Jinsol apa yang dia ketahui selama ini. Bukan lagi menjadi Y/n yang tidak tahu apa-apa tentang Jisung dan Jinsol.
"So," Y/n menggantung ucapannya, berani menatap tajam perempuan di depannya, "bagaimana rasanya mencintai suami orang? Kau tahu kalau itu salah, tapi kau tetap melanjutkannya. Tidak bisa melupakan perasaan mu pada Jisung, yang notabene adalah suami ku."
Jinsol menggeleng kuat. "Aku tidak menyukai Jisung lagi. Hubungan kami sudah berakhir seperti yang kau tahu."
"Kalau hubungan kalian sudah benar-benar berakhir, kenapa kau masih saja hadir dalam rumah tanggaku? Minta maaf pada Jisung? Realy? Seharusnya kau sadar, dengan kau yang tidak mengganggu hidup Jisung lagi, itu adalah bentuk permintaan maaf dari mu dengan sungguh-sungguh. Kita sama-sama perempuan, dengan kau yang masih mencoba berhubungan dengan suami ku walau pun kau sudah terikat, aku sangat tahu jika sebenarnya kau masih menyukai suami ku 'kan?"
Banyak pertanyaan yang Y/n lontarkan kepada Jinsol. Namun tak ada satu pertanyaan pun yang Jinsol balas. Membuat Y/n berpikir semua tuduhan yang dia untukkan untuk Jinsol memang benar semua.
"Apa kau bermaksud untuk menghancurkan rumah tanggaku dengan Jisung?"
Y/n mencoba untuk tidak berbicara dengan lirih, agar dia di pandang sebagai perempuan yang kuat. Tapi suaranya yang serak menahan tangis menghancurkan segala tembok yang dia bangun.
"Tidak. Jujur saja aku turut berbahagia saat tahu Jisung sudah menikah dengann gadis yang dulu dia sukai. Aku hanya..." Jinsol mengigit bibir bawahnya, mata gadis itu sudah memerah seolah air matanya mendesak untuk keluar, "...hanya ingin tahu keadaannya melihatnya untuk terakhir kali sebelum aku menikah dengan orang lain."
Y/n tadinya ingin langsung menepis pernyataan Jinsol. Namun telinganya menangkap ada suara lonceng bertanda ada seseorang yang masuk ke restroran.
Tanpa menoleh kebelakang, dengan hanya dari instingnya serta melihat Jinsol yang tidak bisa menunjukan ekspresi terkejutnya. Y/n tahu sekali jika yang datang saat ini adalah Jisung.
"Kalau kau hanya ingin melihat Jisung saja untuk terakhir kalinya. Kenapa belum lama ini kalian bertemu, dan kalian saling mengungkapkan cinta satu sama lain."
Jinsol hanya menggerakan bibirnya saja, tidak ada suara sama sekali seperti bingung ingin menjawab apa.
Sementara Y/n merasakan ada seseorang yang memegang bahunya.
"Y/n." Itu adalah suara Jisung. "Ayo kita bicarakan ini di rumah. Aku akan jelaskan apa yang terjadi."
"Kalian berdua jawab sekarang juga di sini," balas Y/n.
"Tapi-"
"Jawab!" bentak Y/n.
Dia merogoh seseuatu di saku rok panjangnya, mengeluarkan pena berwarna hitam dan juga ponselnya sendiri, tidak butuh waktu lama mengotak-atik ponselnya, terdengarlah suara rekaman percakapan antara Jinsol dan Jisung waktu itu.
"Kalau masing-masing dari kalian tidak bisa melupakan masa lalu. Kenapa kalian harus menjalin hubungan dengan orang lain?"
Y/n berdiri, dia ingin melihat wajah Jisung yang sekarang tengah kebingungan entah bingung ingin mengelak apa atau bingung menjelaskan situasi yang terjadi sebenarnya.
"Aku sama sekali tidak menyukai dia lagi." Jisung menunjuk Jinsol, dia mencengkram kuat kedua bahu Y/n, "kalau aku tidak memiliki perasaan sedikitpun padamu. Tidak mungkin aku menikahi mu, Y/n."
"Tapi dari mulutmu sendiri, kau berkata bahwa kau mulai berkomitmen pada ku setelah kau mendengar kabar bahwa Jinsol akan menikah. Aku yakin jika kau tidak mendengar kabar itu, tidak mungkin kau menikahi ku. Dari sekian banyaknya perempuan yang bisa kau dapatkan kenapa harus aku yang kau jadikan pelampiasan?!" Y/n melepaskan tangan Jisung dari tubuhnya.
"Tidak bisa 'kah kau mendengar penjelasan ku dulu? Berhenti berpikiran buruk tentang ku."
Tak lama Jisung berbicara seperti itu. Rekeman yang terdengar selanjutnya adalah ketika Jinsol berkata bahwa dia sangat mencintai Jisung, dan Jisung pun membalasnya dengan ucapan yang kurang lebih sama.
Y/n menunjuk ponselnya. "Bagaimana mungkin aku tidak berpikiran buruk. Jika kalian dengan mudahnya mengungkapkan betapa kalian berdua saling mencintai." Kemudian dia bergantian menunjuk Jinsol dan Jisung.
"Aku memang menyukainya tapi itu dulu," Jisung membantah semua tuduhan Y/n padanya, "sekarang yang aku sukai yang ingin aku jadikan pasangan sehidup sematiku hanya kau, bukan Jinsol. Bagaimana carayanya agar kau bisa mengerti?"
"Tak perlu membuat ku paham. Karena aku sudah sangat paham dengan situasi yang aku jalani ini."
Y/n melepaskan cincin pernikahannya. Menaruh cincin itu pada meja yang dia duduki bersama Jinsol.
Y/n tersenyum sinis pada Jinsol. "Berterimakasih lah pada ku. Ku lepas dia untuk mu." Kemudian dia beranjak pergi dan berkata kepada Jisung. "Selamat ya, kau berhasil mendapatkan gadis yang sangat kau cintai itu. Tak perlu takut, ayah ku tak akan tahu tentang ini."
"Y/n." Jisung mencoba menahan tangan Y/n.
Y/n dengan kuat menepisnya. "Aku tak menyangka harus mengatakan ini. Kau, lelaki terburuk yang aku temui setelah Sunghoon!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage Contract » Jisung X You✔
FanfictionObsession Series Book 4(End) WARNING! Rating 22+ Mature Content 🚫Not Children Start : 10 October 2023 End : 19 September 2023 *** "Aku tidak mau menikah dengan Park Jisung meskipun dia adalah pria terakhir di muka bumi ini!" "Beri aku waktu 2 bula...