Keinara merasa ragu untuk keluar dari rumah itu setelah kejadian semalam, ditambah gangguan yang menyerangnya sering kali ia dapatkan. Baik siang maupun malam, makhluk halus di dalam sana seakan tak ingin dirinya tenang.
Meski pemikiran untuk dropout dari tempatnya berkuliah terus mengitari kepalanya, tapi seorang dosen mencegahnya untuk pergi dari sana. Itulah mengapa pagi ini, dirinya sudah siap untuk berangkat kuliah.
"Bu, saya pamit kuliah dulu ya?" Dijabatnya tangan sang nyonya rumah kemudian diciumnya tangan lembut itu.
Yura merasa sangat cemas dengan keadaan pengasuh putrinya, ia tak khawatir akan terjadi sebuah hal buruk menimpanya.
"Kamu yakin mau berangkat ke kampus, Nak?" tanya wanita itu dengan perasaan yang dilema di antara kekhawatiran.
"Iya, Bu. Saya yakin. Cuma bentar aja, kok, nanti saya balik lagi." Ucapan Keinara itu sedikit membuat hatinya tenang, tapi dirinya juga masih mencemaskan gadis itu.
Hingga waktu dimana Yura harus melepas Keinara untuk pergi sejenak dari aktivitas mengasuhnya meski penuh perasaan tak tenang. Gadis itu melangkah beranjak menuju ke luar desa, tepatnya menunggu kendaraan umum. Buku-buku mata kuliah dipeluknya, langkah kakinya menapaki jalanan desa.
Pagi itu serasa hawa berbeda ditambah mendungnya langit membuat desa ini sedikit menemui suasana suramnya. Berjalan beberapa langkah menemui persawahan sampai berada di hutan bambu yang semakin menambah gelapnya tempat itu.
Keinara mencoba untuk menguatkan hati dan pikirannya berjalan di tengah hutan bambu. Beberapa meter dari tempatnya berpijak, ia merasa seseorang tengah mengintai dari kejauhan. Ujung matanya menangkap sosok pria dari sebalik pepohonan, lehernya sedikit memutar dan menolehkan tatapannya ke arah seorang kakek tua berpakaian serba hitam.
Kakek tua itu terpaku menatapnya tanpa berkedip, rautnya seakan memberi isyarat ketegasan. Bibir pucat itu mulai bergerak seperti mengatakan sepatah kata, tapi entah mengapa Keinara dapat mendengar suara si Kakek itu.
"Pergi dari rumah itu!"
Tersentak dirinya setelah mendengar kalimat itu, segera melangkahkan kakinya untuk pergi dari hutan bambu itu. Bulu roma yang mendeteksi bahwa dirinya sedang diikuti oleh sesosok tak kasat mata membuatnya tak berani untuk menoleh ke belakang, ditambah kakek tua itu juga ikut membuntutinya dari segala arah.
Langkah yang semua berjalan cepat berubah menjadi lari yang amat kencang, telinganya jelas mendengar suara langkah menginjak dedaunan. Ia mencoba untuk menoleh, tindakannya itu membuat Keinara menabrak seorang pria dan membuatnya terjerembab ke tanah.
Kepalanya menengadah melihat sesosok wajah keriput dengan tatapan tajam melotot. Kakek tua itu tiba-tiba saja muncul di hadapannya membuat gadis itu amat terkejut. Amarah tergambar dari ekspresinya, membekukan gerak tubuhnya.
"Kamu sedang diincar, cepat pergi dari sana!"
Bentakan sang kakek misterius seketika membuat sekujur tubuhnya gemetar, mencoba memahami apa dari perkataan itu rasanya sungguh sulit. Belum Keinara membuka mulut, sang kakek menghilang sekejap menyadarkannya dari semua ilusi itu.
Ditatapnya sekeliling seraya bangkit dari duduknya. Memandangi suasana sekitar dengan perasaan tak karuan.
***
Yura dan Lian terus memandangi raut wajah Keinara yang sedari tadi hanya melamun saja. Tatapan dari mata indah itu mengarah pada Vanya yang sedang bermain, tapi pikirannya entah pergi kemana. Pasangan suami istri tak tahu lagi harus melakukan sesuatu apa agar gadis pengasuh anaknya dapat terlepas dari gangguan.
Belakangan Keinara sering meracau tengah malam, bercengkrama mesra dengan seseorang tapi tak tahu entah siapa yang diajaknya bicara. Bahkan malam berikutnya saat Yura melewati kamar gadis itu, terdengar suara desahan dan erangan dari dalam kamar.
Tawa Keinara malam itu amat nyaring membuat corong telinga wanita muda itu terasa sakit.
"Ahahahah ... ahahahaha."
Yura semakin mendekatkan telinganya ke pintu kamar Keinara, semakin ia menguping suara itu semakin lama mengecil hingga tak terdengar sama sekali dari dalam sana. Suara tawa gadis itu kini senyap seperti terbawa angin.
Wanita itu masih terfokus pada pendengarannya hingga tanpa ia sadari akan sebuah sentuhan halus di bahunya.
"Haaah!" Yura menoleh ke belakang dengan terkejut.
"Papa! Ngagetin aja!" bisik wanita itu dengan kesal.
"Lagian Mama ngapain sih diem di depan kamar Kei? Kayak gak ada kerjaan aja."
"Sssst! Mama denger ada suara orang lagi bermesraan di dalam kamar."
Lian menatap istrinya itu dengan penuh tanda tanya, akhirnya ia mencoba untuk mendengar suara yang dimaksud istrinya. Mereka mendengar suara yang samar dari balik pintu, seperti seseorang sedang memadu kasih. Tak tahu apa yang tengah dilakukan Keinara di dalam, tapi Yura mulai khawatir jika ada penguntit yang mencoba mengambil keperawanan gadis itu.
Tangannya kini menggegam gagang pintu lalu menekannya ke bawah. Sebuah hal diluar akal sehat terjadi tepat saat Yura menekan gagang pintu kamar.
"AAAAAAAAAAAAARGH!"
Teriakan yang amat dahsyat membuat pasangan suami istri itu terpental cukup jauh dari kamar Keinara. Tak tahu seberapa kuat suara bariton yang menggelegar membuat gema di koridor rumah itu, tapi Lian melihat pintu kamar Keinara sampai terlepas dari pengaitnya.
Mereka berdua terkejut dengan yang barusan menimpa mereka, ini begitu janggal dan harus ditangani.
"Kita harus panggil cenayang lagi, Pa," ujar Yura yang mulai ketakutan.
"Iya, aku setuju. Keinara harus ditangani."
Seakan mendengar rencana mereka, Keinara perlahan berjalan keluar dari kamar menghampiri majikannya yang terduduk ketakutan. Tatapan gadis itu amat kosong, melihat lurus ke depan dengan wajahnya yang pucat. Rambut panjangnya yang terurai terlihat berantakan. Tersirat amarah dari rautnya.
"JANGAN MACAM-MACAM KALIAN DENGANKU JIKA KALIAN INGIN TENANG TINGGAL DI SINI!" ucap Keinara dengan suara bariton seperti suara seorang pria.
Gadis itu menoleh dengan gerakan patah-patah, membalikkan tubuhnya sedang kepalanya terus menatap Yura dan Lian. Mereka menyadari sesuatu hal yang harusnya disadari sejak awal, itu adalah tentang sejarah rumah itu.
~***~
KAMU SEDANG MEMBACA
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH
HorrorKisah tentang keluarga dan seorang pengasuh yang diteror oleh hantu penjaga anak kecil.