BAB 34

855 37 0
                                    

Keinara benar-benar larut dalam kenikmatan semu itu, sedang Kiyo terus menggerayangi tubuhnya. Memeluk tubuhnya dengan erat, sentuhannya begitu lembut. Hujan menambah dingin hawa di sekitar, tapi panas di atas ranjang.

Mata gadis pengasuh itu perlahan mengerjap, tapi ia sangat sulit membukanya. Sampai ia mencoba hingga perlahan kelopak matanya perlahan pergerak, membuka pengelihatan matanya.

"Aaaaaaaaaaa!" Keinara berteriak.

Teriakannya terdengar oleh Yura dan Vanya, dirinya merasa cemas. Segera wanita itu berlari menuju ke kamar pengasuh anaknya, tapi hal aneh terjadi saat ia mencapai lantai kedua rumahnya. Suasana berubah gelap dan tampak beberapa akar pohon menjalar.

Ia tak bisa lagi melangkah mundur, Yura menembus semua itu. Sementara itu, Vanya juga kehilangan arah kemana ibunya melangkah. Pada akhirnya ia hanya bisa menangis.

Berjalan sambil memeluk bonekanya, melihat semua ruangan di rumahnya tiba-tiba berubah menjadi hutan belantara. Langkah kaki menginjak tanah dan dedaunan kering, Vanya yang malang tertinggal oleh ibunya.

Gadis kecil itu menembus semua keanehan ini sambil memanggil nama ibunya dan juga pengasuhnya. Hingga ia lelah, pada akhirnya terduduk sendiri di bawah pohon besar.

Sementara itu, Keinara masih bergulat dengan rasa takutnya setelah bertemu Kiyo dan kini pemuda itu masih ada di hadapannya. Tangannya yang panjang itu meraih bayinya membuat gadis itu berteriak histeris.

"Kiyo, cukup! Jangan kau ambil anakku!" seru Keinara menangis.

"AKU TIDAK AKAN BERHENTI SEBELUM KAU MAU IKUT DENGANKU!"

Suara Kiyo menggema, membawa angin yang sangat kencang. Saat ini jugalah Keinara tersadar bahwa suasana di kamar berubah, akar-akar pohon besar menembuh tembok.

"KIYOOOO, STOOP!

*

Langkah Yura terseok, ia tersesat di dalam rumah yang entah mengapa berubah menjadi hutan. Terpisah dengan anaknya, dan ia tak tahu keberadaan Keinara dimana. Sementara suara teriakan gadis itu masih menggema.

Keadaan sang pengasuh kini semakin terdesak, Kiyo menginginkan agar tubuhnya dan tubuh gadis itu saling menyatu. Tak ingin lagi ia melepaskan perempuan yang pernah ia cintai.

"KAMU HARUS IKUT DENGANKU!"

"Gak mau! Aku gak mau, Kiyo. Aku masih ingin hidup."

"KAMU HANYA SEORANG DIRI, KAMU HANYA PUNYA AKU. AKU YANG KAU PUNYA, KEI!"

Jari-jemari dengan kuku panjang itu kini memegangi kepala gadis itu, seketika tubuhnya serasa membeku. Dalam hati dirinya berharap ada yang mau menolongnya dari jeratan Kiyo.

Pemuda itu kini merubah wajahnya menjadi lelaki tampan, menatap Keinara begitu dekat dan berbisik.

"Kamu pikir mereka bisa menolongmu?"

*

Lian dan Zein membeku sesaat setelah mereka melihat apa yang tergambar di permukaan air itu. Bak film, semua terlihat jelas kejadian lama yang membuat mereka bergidik.

"Apa dia pemilik rumahnya?" tanya Lian sambil menoleh pada Zein.

"Aku sudah menduganya," jawab Zein.

"Lalu siapa pemuda yang terbunuh itu?"

Kepala ayah dari Vanya itu terus mengeluarkan pertanyaan, tapi Ki Jatmika meminta mereka untuk melihat kembali permukaan air suci. Siluet bayangan dua insan yang sejak kecil telah bersama membuat ingatan Lian melayang pada sebuah album foto asing yang pernah ditemukannya.

Wajah-wajah yang ia coba ingat sampai Lian mulai menyadari bahwa gadis kecil itu adalah pengasuh anaknya sendiri.

"Keinara?" gumamnya

"Dia adalah teman perempuan Kiyo," sahut Ki Jatmika.

"Jadi, selama ini ... ." Lian kembali menatap ke permukaan air, ia masih belum bisa mencerna dengan semua yang terjadi.

Samar ia mendengar sebuah tangisan gadis kecil. Lian mengenali suara itu, seperti suara Vanya. Pria itu segera menyusuri asal suara itu, menembus semak-semak belukar disusul Zein.

~***~

DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang