Suasana semakin kacau di halaman belakang, Lian merasa amat terpukul dengan kejadian ini. Zein meminta untuk dihentikan penggalian ini karena semakin tak kondusif, tapi ada sebuah kendala yang tak wajar di sana.
"Kenapa kalian masih di situ? Ayo, naik ke permukaan!" titah pria itu.
"Tubuh kami tidak bisa digerakkan!"
Semua orang yang ada di sini terkejut, segera mereka mencoba untuk menolong dua penggali. Sementara itu mereka yang kerasukan segera dibawa ke rumah cenayang, sisanya Zein akan menanganinya.
Mata batinnya mengatakan roh-roh jahat itu seakan diperintah oleh sosok yang lebih kuat dari mereka. Salah satu roh merasuki raga seorang gadis, terus memberontak tak ingin disembuhkan.
"AKU TAK INGIN KELUAR DARI SINI!"
Suara bariton itu tak membuat Zein gentar, telapaknya menempel di dahi gadis itu seraya merapalkan mantera agar roh itu tenang.
"Sekarang katakan, siapa yang menyuruhmu kemari?"
Alih-alih menjawab, roh yang merasuki tubuh itu malah tertawa menggelegar di dalam ruangan. Zein tak menyerah begitu saja, ia merapal beberada doa dan mantera sehingga membuat sang arwah meronta merasakan panas.
Semakin kuat rapalan doa itu, semakin roh yang merasuki menjerit kesakitan. Gadis kerasukan itu menghadapi perubahan mengerikan pada tubuhnya. Warna kulitnya mulai memucat, matanya kini memutih, masih ada tawa dari suaranya yang berat. Teriakan kesakitan, jerit tawa yang menyeramkan menjadi satu.
Hingga semakin lama rapalan doa itu, hal yang mengejutkan terjadi. Gadis itu mulai memuntahkan banyak darah, bukam hanya cairan merah saja yang keluar dari mulutnya. Beberapa binatang berkaki seribu menggeliat keluar membuat semua orang yang melihatnya bergidik ngeri.
Suara ramai dari arah ruang tamu rupanya membuat Vanya dan Keinara keluar untuk melihat apa yang terjadi.
Sorot tajam gadis yang kerasukan mengarah pada Keinara. Ia menoleh cepat diiringi suara patah dari tulang lehernya, kedua pasang mata yang saling bertemu beradu pandang dalam suasana menyesakkan. Sang pengasuh merasa hanya dirinya dan gadis yang kerasukan itu berada di ruangan.
Kakinya masih mematri di pijakan tangga dasar, ia tak sadar bahwa Vanya bersembunyi di sebalik tubuhnya. Pengelihatan Keinara begitu berbeda dari keadaan sebenarnya.
Seketika ruang tamu dipenuhi akar pohon yang menjalar di dinding. Seisi rumah berubah menjadi bangunan terbengkalai. Pijakan anak tangga mulai rapuh dan hampir membuatnya terjatuh. Sementara gadis itu merangkak ke arahnya seraya menjulurkan lidah panjangnya.
Keinara saat itu tak mengerti harus berbuat apa, semua kejadian yang dilihatnya sungguh membuatnya mematung. Gadis pengasuh itu sudah tak berdaya lagi untuk berdiri, ia pasrah dengan serangan gadis yang tengah kerasukan itu.
Namun saat gadis itu menyerangnya, tiba-tiba semua pemandangan yang tampak dari matanya berubah. Suasana terbengkalai itu sudah tidak ada dan kini berganti dengan suasana pedesaan yang damai.
Di hadapannya, rumah baru Lian berdiri kokoh tapi tempat di sekitarnya seakan berubah. Ia dapat melihat toko mebel di belakang rumah itu dan sebuah ayunan yang ia duduki berada di bawah pohon besar tempat dimana gundukan itu berada.
Di titik ini, Keinara dapat mengingat sebuah kenangan dimana ia masih kecil dahulu.
"Oh, iya. Aku ingat berada di tempat ini. Duduk di ayunan sambil tertawa bersama seorang anak lelaki. Apakah dia Kiyo?"
Ia menggumamkan ingatannya tentang anak lelaki itu sampai ia merasakan seseorang yang berdiri di belakangnya. Ayunannya bergerak pelan maju dan mundur seperti ada yang mendorongnya lembut. Keinara menoleh ke belakang dan sosok Kiyo berada di hadapannya dengan tersenyum.
Penampilannya saat itu bukan lagi menunjukkan wajahnya yang hancur, pemuda itu menunjukkan wajah tampannya secara utuh.
"Kamu ... Kiyo? Teman khayalan Vanya," ucapnya mengingat pemuda itu.
Kiyo membalas dengan senyuman manis membuat mata Keinara terpesona.
"Aku senang kamu mengingat diriku, Keinara." Kiyo meraih tangan kanan gadis itu dengan lembut lalu menciumnya.
Mata indahnya menatap sekeliling, suasana yang sama hanya saja ada sedikit perbedaan. Langit tampak sendu, tapi tak ada tanda-tanda akan datang hujan.
"Apakah aku sudah mati?" tanyanya.
"Tidak, Kei. Aku sengaja membawamu kesini."
"Untuk?"
Ketika Keinara menanyakannya kembali, pemuda itu hanya tersenyum. Ia meraih tangan gadisnya untuk beranjak dari ayunan, disambut dengan jabat tangan lembut Keinara. Kulit dingin namun genggaman yang begitu hangat membuat sang gadis pengasuh terlena.
"Aku akan membawamu ke tempat dimana kita pertama kali bertemu, Keinara," ucap Kiyo menatap lembut pada gadis itu.
~***~
![](https://img.wattpad.com/cover/342576295-288-k971422.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH
HorrorKisah tentang keluarga dan seorang pengasuh yang diteror oleh hantu penjaga anak kecil.