"Apa alasannya dia gak ngebolehin Kak Kei nemenin kamu main?" Pertanyaan itu kembali terlontar di mulut Keinara dengan perasaan yang masih syok.
"Itu karena Kak Kei lagi hamil anaknya," jawab Vanya dengan rintihan.
Entah gadis itu harus mempercayai cerita anak asuhnya, tapi yang dikatakan seorang anak kecil bukanlah isapan jempol belaka. Semua menjadi nyata tatkala sang pengasuh mulai merasakan sesuatu yang menggelitiki di dalam perutnya. Kepalanya menunduk ke arah perut yang mulai membuncit meski tak besar.
"Nggak ... nggak mungkin! Aku gak mau hamil." Bulir air mata itu mulai keluar dari matanya yang bening, sedang Vanya juga ikut menangis karena cemas dengan keadaan kakak asuhnya.
Keinara tak bisa menerima kenyataan bahwa dirinya tengah mengandung bayi setan dari sosok yang entah apa namanya. Tentunya perut yang semakin membesar itu diketahui oleh Yura dan Lian. Kejadian yang amat janggal, terlebih semenjak Keinara dikatakan hamil, semakin banyak teror tak masuk akal di dalam rumah mereka.
***
"Bagaimana keadaan anak saya ini, Dok?" tanya Lian menanyakan hasil tes milik pengasuh putrinya, sedang Keinara meneduhkan kepalanya ke bahu Yura.
Tatapan sang dokter kandungan merasa heran, ada raut kebingungan dan ketakutan yang tergambar di sana.
"Saya tidak mengerti dan tidak bisa menjelaskan apa yang terjadi. Tidak ada janin dan juga tidak ada tumor yang hinggap di perut Saudari Kei."
Mereka terdiam senyap mendengar penjelasan dari dokter, sebuah kabar yang janggal ini membuat Yura dan Lian semakin cemas pada pengasuh putrinya itu. Mereka berpikir untuk memberhentikan Keinara bekerja menjadi pengasuh Vanya, tapi gadis kecil itu sudah terlanjur menyayanginya.
"Sebaiknya kita jangan memecat Kei dahulu, Ma. Papa rasa ada sesuatu hal yang sangat berkaitan dengan rumah itu," ujar Lian semakin membuat sang istri merasa bingung.
"Maksud Papa?"
Tanpa menjawab pertanyaan dari Yura, diserahkannya selembar kertas dengab tulisan tangan seorang pemuda. Sebuah surat cinta yang tersimpan lama di dalam kamar yang menjadi calon kamar tidur untuk nenek Vanya.
"Itu surat yang Papa temukan di kamarnya ibu. Entah kenapa, Papa merasa bahwa Keinara itu mengetahui tentang rumah itu. Tapi sepertinya dia lupa ingatan entah karena apa."
Yura membaca surat itu, berharap ia mendapat petunjuk tapi isi surat itu hanya sebuah deskripsi dari seorang gadis bunga desa yang amat cantik. Pengirim surat pun tidak tercantum lengkap dan hanya meninggalkan sebuah huruf inisial K.
Wanita itu merasa si pengirim surat adalah si jin yang menjadi teman khayalan Vanya dan yang menyerang Keinara. Tujuan makhluk halus bernama Kiyo itu juga tak jelas alasannya. Hubungan pengasuh putrinya dan rumah itu juga dengan jin yang melindungi anaknya selama ini. Sebuah benang merah yang masih samar tercipta di antara misteri.
***
Semenjak dinyatakan hamil, Keinara merasa tak ada artinya untuk hidup. Tak menyangka hatinya jika berujung hal seperti ini.
Seiring berjalannya waktu, perut Keinara semakin membesar dan kehamilannya ini sangat menyakitkan. Setiap malam, ia merasa bayi yang ada di dalam tubuhnya meraung sembari mencoba merobek perutnya. Jangankan malam, pagi pun dirinya sering merasa kesakitan dan tubuhnya juga sangat lemas.
Melihat keadaan itu tentunya membuat orangtua Vanya dan gadis kecil itu merasa cemas, mereka sudah kehilangan cara agar Keinara dapat sembuh dari gangguan ini. Terutama Vanya, ia menangis karena tak tega melihat serangan Kiyo terhadap pengasuh cantik itu.
Anak sekecil itu diperlihatkan serangkaiam teror yang ditujukan untuk kakak pengasuhnya. Dari teriakan kerasukan Keinara yang begitu menyakitkan di tengah malam. Gadis itu meraung sedang perut buncitnya seakan mendidih dan ada bayangan tangan bayi yang mencoba membebaskan diri.
Vanya hanya bisa menatap dan tak bisa berbuat apapun karena dirinya juga sangat takut pada Kiyo.
Jam demi jam berlalu, gadis kecil itu kini mencoba untuk tidur sekamar dengan Keinara. Langkah kaki kecil seraya membawa boneka kesayangannya, memasuki kamar gadis itu dan terlihatlah sang pengasuh yang tengah merapikan tempat tidur.
"Eh, Dek Vanya. Kenapa belum tidur, Sayang?" ujarnya seraya sesekali menoleh pada gadis kecil itu.
"Aku mau tidur sama Kakak."
Mendengar itu, Keinara bersimpuh ke arah sang anak asuh seraya tersenyum.
"Boleh, tapi janji ya jangan ngompol." Keinara menunjukkan jari kelingkingnya, disambut dengan kelingking Vanya yang mengikatnya.
Sang pengasuh muda dan anak asuhnya mulai bersiap untuk terbaring. Keinara melepas pita rambut yang mengikat rambut ekor kudanya lalu menggerainya sehingga terlihat betapa panjangnya rambut gadis itu. Tubuhnya terbaring di samping anak majikannya sesaat setelah mematikan lampu.
Mata mulai terpejam dan meninggalkan kesunyian yang merambat di malam gelap. Meski sudah tidur bersama pengasuhnya, Vanya tetap tak dapat memejamkan mata. Ini adalah cara agar gadis kecil itu bisa bertemu dengan Kiyo karena belakangan sang arwah pemuda tampan itu tak mendatanginya.
'Aku harus bicara sama Kak Kiyo. Aku gak mau Kak Kei menderita,' batinnya seraya memeluk boneka.
"Eeeeeeegh ... jangan ... jangan sentuh bayiku!" Suara Keinara mengigau, ia tengah bermimpi buruk.
~***~
KAMU SEDANG MEMBACA
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH
HorrorKisah tentang keluarga dan seorang pengasuh yang diteror oleh hantu penjaga anak kecil.