"Bunuh dia~"
Vanya mendengar dengan jelas suara Kiyo yang meminta pengasuhnya untuk membunuh Freddy. Keinara melemparkan sebuah belati ke arah pria itu, tapi lemparannya meleset.
Belati itu tertancap di dinding, sedang tubuh Freddy selamat meski tubuhnya gemetar. Dalam ingatannya, ia melihat Keinara sebagai gadis kecil cantik berambut pirang dan kini ia tak menyangka gadis itu sudah dewasa.
"Katakan! Anda yang membunuh Kiyo, 'kan?"
Suara Keinara menggema memecah keheningan, matanya tajam memandang pria kaya itu. Langkahnya sedikit maju menghampiri Freddy, sedangkan itu Yura dan Vanya menghentikannya.
Mulut gadis itu terus berbicara mengeluarkan fakta yang selama ini tak diketahui banyak orang, bahkan tentang rumah yang selama ini ditinggali oleh Yura dan anaknya.
"Kamu datang membuat kehancuran!" ujar Freddy menuding Keinara.
Namun gadis itu hanya tertawa lepas, ia balik menyerang pria itu dan mencekiknya begitu kuat. Pelayan dan Yura segera memisahkan mereka, melepaskan Freddy dari cekikannya.
"PERGI KALIAN!" teriak pria itu.
"Ayo, Kei. Kita tidak ada gunanya di sini."
Yura mulai merangkul gadis itu seraya menggandeng Vanya dan menggendong bayi Keinara, sedang sang pengasuh terus memandang tajam ke arah Freddy. Mulutnya mulai membuka kembali, kepalanya terus menoleh pada pria itu.
"Hak yang dicuri akan dikembalikan lagi. Kamu sudah mencuri yang bukan milikmu!"
Dua perempuan bersama anak kecil itu kini melangkah pergi beranjak dari rumah mewah Freddy. Meski raga Keinara telah menjauh, tapi perkataan yang dia ucapkan seakan menjadi ketakutan pria itu kini. Ia masih tak mengerti mengapa dirinya terus-terusan diteror dengan tak wajarnya.
*
Lian dan Zein menembus hutan bersama Ki Jatmika, entah apa yang ingin kakek misterius itu tunjukkan mereka. Meski jauh, tapi dua pria itu seakan tidak merasakan sakit apapun.
Zein berpikir mereka sudah mati, tapi kakek tua itu menampik bahwa mereka masih hidup hanya saja belum menemukan jalan keluar. Sampai mereka berdua dibawa ke sebuah mata air dan Ki Jatmika meminta mereka untuk menengok pantulan bayangan mereka di sana.
Seperti cermin, sangat jernih. Namun pantulan bayangan mereka terdistorsi, permukaan air itu menunjukkan wajah Freddy yang sedikit muda. Lian menatap ragu ke Ki Jatmika.
"Teruslah melihat dan kamu akan tahu apa yang terjadi selanjutnya."
Sesuai perintah, Lian kembali menatap ke arah pantulan air. Di sana terlihat masa lalu rumah itu dan hubungannya dengan Freddy. Tampak di sana juga ada sosok pria yang bersamanya tengah meminta beberapa lelaki kekar untuk menjarah di desa-desa dan pasar.
Pria kaya itu tak hanya menyiksa orang lain, bahkan dengan satu saudaranya sendiri pun ia selalu menyakiti.
"Sepertinya aku pernah melihat keluarga ini."
*
Yura dan Keinara memutuskan untuk tinggal sementara di rumah itu sampai Lian ditemukan. Meski ada perasaan takut akan bertemu Kiyo lagi, ia harus menghormati keputusan majikannya.
Direbahkannya tubuh yang lelah itu di atas ranjang di kamar lamanya, bersama sang bayi perempuan tanpa nama. Sampai saat ini ia belum menemukan sebuah nama yang tepat untuk anaknya.
Matanya perlahan mulai terpejam, dan angin sumilir datang menghembus ke wajahnya. Langit mulai dihiasi awan mendung, Kiyo datang tepat saat ruangan begitu gelap meski cahaya matahari masih bersinar.
Ditatapnya anak bayinya yang memandangnya dengan mata mungil, tertawa dan mengoceh. Tangan halus menyentuh dahi mungilnya lalu beralih mengusap pipi Keinara. Paha gadis itu terasa lembut sehingga tak bisa sang arwah tampan menyudahi sentuhannya.
Ia merayap di atas tubuh Keinara sembari menjulurkan lidah panjangnya, menjilati tubuh gadis itu dari paha hingga ke pusar di perutnya. Serasa digelitik, sang gadis pengasuh mulai menikmatinya tanpa sedikitpun membuka mata.
~***~
KAMU SEDANG MEMBACA
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH
HorrorKisah tentang keluarga dan seorang pengasuh yang diteror oleh hantu penjaga anak kecil.