Seketika Vanya menoleh ke arah sang pengasuh, tapi tatapannya terfokus pada perut Keinara yang semakin lama membesar dan menggembung. Hujan keringat di tubuh gadis itu membuat si anak asuh merasa cemas. Beranjak dari tempat tidur, tapi kakinya tak bisa digerakkan.
Seperti terdapat tangan yang memeganginya, suara gadis kecil yang malang itu pula seakan dibungkam. Sementara sang pengasuh berusaha untuk terbangun dari mimpi buruknya, berjuang untuk bangun. Namun saat netra indah terbuka, sosok wajah setengah hancur itu berada dekat dengannya.
Keinara merasa sangat ketakutan, apalagi Vanya yang hanya bisa menangis. Tubuh sang pengasuh cantik itu seakan terbelenggu oleh tubuh aneh Kiyo. Jari-jemari bercakar yang mengusap perutnya membuatnya semakin mengembang.
Melihat sang jin pelindungnya tengah menyerang pengasuhnya, Vanya berusaha untuk bersuara memanggil Kiyo agar menghentikannya.
"K ... Ka ... Kak." Suaranya tertahan, tapi ia tak mudah menyerah.
Seraya dalam hati berdoa agar gangguan ini usai.
"Kiyo, apa maumu?" Keinara mencoba memberanikan diri untuk menatap mata tajam menyeramkan itu.
Kiyo hanya tersenyum seraya melirik gadis cantik itu tanpa pernah berkedip lalu membenamkan wajahnya di perut Keinara. Lidah panjang menghitam, melingkar di perut buncit gadis itu seraya menggelitikinya. Yang dilakukan makhluk itu amat membuatnya was-was.
Mencoba untuk bangun dan menyelamatkan Vanya, tapi belenggu makhluk itu begitu kuat. Gigi-gigi tajam Kiyo mulai menjulur, matanya melotot dengan lebar seraya mendekatkan mulutnya ke perut yang menggembung itu.
"Jangaaaaan!"
"Kak Kiyo, berhenti!" Vanya kini mulai bersuara, makhluk itu menoleh ke arah anak kecil manis itu dengan raut penuh amarah.
Hantu pemuda dengan wujud tak biasa itu datang membawa nafsu birahi untuk Keinara, tapi digagalkan oleh seorang gadis kecil yang selama ini menganggapnya sebagai teman dan pelindung.
"Kakak jangan sakitin Kak Kei ... jangan bikin Kak Kei sakit!" Anak kecil itu menangis memohon ampun pada makhluk itu.
Langkahnya menuruni ranjang dan lalu bersimpuh pada sosok Kiyo yang amat ditakuti, dirinya benar-benar ketakutan meminta agar sosok itu tak lagi mengganggu. Sementara Keinara menitikkan bulir hangat melihat anak asuhnya sampai memohon seperti itu, tapi untungnya Kiyo benar-benar pergi.
"Kak Kei!" Gadis kecil itu berlari kembali menaiki ranjang kemudian memeluk pengasuhnya erat-erat.
Kejadian malam itu tentunya membuat Vanya merasa trauma, tapi gadis kecil lebih takut jika Keinara yang terancam. Berpikir bahwa dengan adanya dirinya, Kiyo dapat pergi. Namun anak kecil tetaplah anak kecil, ia tidak bisa meruntuhkan obsesi sesosok makluk yang orang lain tidak dapat melihatnya.
Sementara pikiran pengasuh itu mengarah pada kamar asing yang tempo hari dibersihkannya, ia merasa ada sesuatu yang tersembunyi di sana.
***
Mobil Lian kini telah tiba di depan pekarangan rumahnya, membawa seorang wanita tua dan Vanya menyambutnya dengan girang. Sementara Yura dan Keinara bergegas membantu sang nenek untuk turun dari mobil. Namun tatapan wanita dengan rambut yang sudah beruban itu terasa janggal, terlebih saat melihat rumah baru pasutri itu untuk pertama kalinya.
"Apa ini rumah kalian?" tanya sang nenek.
"Iya, Bu. Ini rumah kami," jawab Yura sedikit menyunggingkan senyum.
Sebelah kaki sang nenek mulai melangkah kembali ke dalam mobil seakan tak ingin menginjakkan kaki lagi di sana.
"Gak, gak mau! Rumahnya serem," ucap wanita tua itu.
Mereka hanya bisa menghela napas panjang, sesekali pasangan suami-istri itu terdiam seribu bahasa seraya memikirkan bagaimana cara mengakali sang ibu yang mulai tua itu. Sementara itu, Keinara hanya berdiri menatap kosong ke arah sang nenek. Mata mereka bertemu sekejap, tatapan sang pengasuh itu membuat sang nenek semakin ketakutan.
"Siapa dia?" Jari telunjuknya yang keriput menunjuk ke arah sang gadis cantik.
"Oh, dia pengasuhnya Vanya," jawab Yura.
"Ibu takut ... Ibu mau pulang! Ibu gak mau di sini."
"Kalo Ibu pulang, nanti di rumah sama siapa, Bu?" Sekuat tenaga Yura meyakinkan ibunya untuk tetap tinggal bersama mereka.
Lian merasa sangat jengah dengan drama ini, ia hanya bisa meminta istrinya untuk tetap tenang. Bisingnya suara sang nenek itu sepertinya tak disukai Keinara, bahkan rautnya semakin terasa seram mendengar rengekan wanita tua itu.
"DIAAAM!" Dengan suara lantang bercampur bariton itu, sang gadis pengasuh meminta si Nenek dan Yura untuk menyudahi keributan mereka.
Semua menjadi senyap, langkah Keinara mundur dengan perlahan memasuki rumah. Masih hening di antara celah ketakutan, tapi pada akhirnya sang nenek sanggup untuk tinggal bersama mereka.
Wajah keriput menggambarkan betapa anehnya menetap di rumah antik itu, serasa usianya kembali ke masa dahulu dan tak ingin untuk mundur kembali kesana. Bagi sang nenek, rumah antik berguna menyimpan tumpukan rasa sakit dan tragedi. Semua kegelapan dan masa-masa kelam tersimpan di rumah antik, termasuk rumah baru milik Lian. Mungkin saja wanita tua itu dapat merasakan hawa dingin yang tak lazim di sana.
"Ibu kok gak makan? Masakan Yura gak enak ya?" Wanita muda itu menyadari bahwa sang ibu hanya terdiam seraya menatap sekeliling dengan ketakutan, ada hal yang berbeda ketika dirinya berada di rumah itu.
Berkumpul di ruang makan dengan ditemani suara ketukan sendok di atas piring, memecah sunyinya suasana. Namun tidak bagi Keinara, ia mendengar suara lain di antaranya. Suara mesin pemotong kayu yang bising dan bisikan dari seorang lelaki tak berwujud, ia menampakan diri di depan gadis itu tapi tak ada seorang pun yang dapat melihatnya.
Sosok Kiyo yang selalu mengganggunya dan jari-jemari bercakar itu mengusap perutnya dengan lembut. Pemuda itu rupanya hanya menampakkan diri pada Vanya dan Keinara, membuat mereka terdiam tak berkutik.
~***~
KAMU SEDANG MEMBACA
DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUH
HorrorKisah tentang keluarga dan seorang pengasuh yang diteror oleh hantu penjaga anak kecil.