BAB 21

1.2K 54 0
                                    

Genggaman yang lembut itu membuat Keinara mengingat sesuatu, dirinya juga pernah seperti ini dahulu tapi entah dengan siapa. Sementara Kiyo mengajaknya berkeliling desa dan suasananya membuat gadis itu pangling, ia tak yakin jika dirinya berada di dunianya sendiri.

"Lumayan beda," ucapnya.

"Ya, Kei. Ini adalah suasana jaman dahulu desa tempat kita tinggal."

Kiyo menunjuk ke arah sebuah pohon yang menjadi tempat pertama kali pemuda itu bertemu dengan Keinara saat masih kecil. Pohon itu adalah kenangan bagi Kiyo dan pemuda itu selalu menanti sang gadis pengasuh sampai dirinya tiada pun penantian itu masih dilakukannya.

"Kamu ingat tempat itu? Kita dahulu pernah bertemu di sana."

Keinara menatap ke arah pohon besar itu, diingatannya ia pernah bertemu seorang anak lelaki misterius.

Seperti hologram yang menunjukkan memori, bayangan dua anak kecil yang terduduk saling bercengkrama. Di titik ini, Keinara mulai mengingatnya. Kembali Kiyo mengajaknya ke tempat-tempat penuh kenangan.

Semua bayang-bayang memori tergambar jelas dalam ingatannya sampai pemuda itu mengajaknya kembali ke rumah tua tempat tinggal Lian.

"Kenangan yang sebenarnya ada di sini, Kei," ucap Kiyo seraya meraih tangan Keinara.

Gadis itu semakin merasa kebingungan, langkahnya sedikit ragu memasuki rumah tersebut. Entah mengapa dirinya merasa ketakutan, tapi ia berusaha untuk tak mengecewakan Kiyo. Memasuki rumah itu kembali dan tepat saat dirinya melihat ruang tamu, ia merasa familiar dengan ruangan itu.

Sayangnya, Keinara masih harus mencoba menyusun beberapa puzzle dari memorinya. Ia masih belum bisa mengingat semua itu.

"Kiyo Anggara." Gadis ini mengingat sebuah nama sampai ia teringat akan sesuatu kenangan.

Seorang anak memperkenalkan diri dengan nama itu, tatapannya kini mengarah pada Kiyo yang berdiri di sampingnya.

"Apa kau Kiyo Anggara?"

Pemuda itu mengangguk, senyumnya mulai mengembang saat Keinara mengingat namanya. Namun sang gadis pengasuh masih belum bisa mengingat semuanya meski sedikit memori membujuknya untuk terus mengenang siapa Kiyo dan siapa dirinya sebenarnya.

"Aku masih gak ingat apapun. Kenapa kamu bawa aku kesini? Tolong jelaskan." 

Wajah gadis itu memohon, kerlingan matanya membuat sang hantu tampan harus membuka suara untuk menjawab semua pertanyaan ini. Tangan dingin itu kembali menggenggam lengan Keinara.

"Ikutlah denganku dan kau akan tahu siapa aku," ujarnya mengajak gadis itu menuju ke halaman belakang.

Mereka kembali ke tempat semula, tapi bukan di ayunan tadi. Sekejap suasana di sana berubah menjadi suram dan gelap, tapi mereka harus melangkah ke tujuan sebenarnya. Gadis itu terhenyak melihat tubuh yang berceceran di atas tumpukan kayu. Serasa sebuah dejavu, Keinara kembali dibawa ke kejadian itu.

"Kiyo ... apa yang sebenarnya terjadi?"

"Ada seseorang yang membunuhku hanya untuk mengambil rumah warisan orangtuaku. Aku dibunuh dengan keji oleh pria itu," ujar Kiyo memasang wajah yang menyeramkan.

Gadis itu menatap seonggok mayat yang sudah hancur dan menyisakan wajah tampannya sampai kepalanya serasa pusing, ia mulai mengingat sesuatu di tempat itu. Dadanya serasa sesak melihat pemandangan menyeramkan itu hingga tiba-tiba, ia mendengar suara teriakannya sendiri.

~KIIIIYOOOOO!

"Astaga!" Keinara tersentak, matanya menerawang melihat sekitar.

Air matanya perlahan turun, ketakutannya melihat hal yang sama. Ia memandang jasad Kiyo lalu menoleh ke arah pemuda itu.

"Aku ... aku ingat sekarang. Aku ingat tempat ini. Ya, aku ingat."

Matanya berkaca-kaca, perasaannya mulai tak karuan dan ia baru ingat siapa sebenarnya Kiyo itu. Menangis Keinara, tergugu mengingat masa lalu yang kelam.

"Aku menemukanmu sudah tak bernyawa, tapi mulutku tak dapat mengatakan apapun selain menangis. Aku bersembunyi di sebalik semak, melihat tubuhmu diseret seseorang.

Aku ingat siapa dirimu. Kau adalah Kiyo Anggara, kekasihku," ujarnya dengan haru bahagia.

Baik Kiyo maupun Keinara, mereka menangis penuh haru dan saling memeluk melepas rindu. Semua terjadi sangat lama dan karena kejadian inilah membuat gadis pengasuh itu merasa trauma.

Dahulu, di waktu yang berada di masa lalu, Keinara dan Kiyo adalah sepasang sahabat yang sudah sejak kecil selalu bersama hingga pada akhirnya mereka menjalin kasih di usia mereka yang cukup belia. Namun di waktu yang bersamaan, Keinara harus berpisah dengan Kiyo lantaran ia pindah ke rumah baru.

Karena itu, dua insan yang sedang dimabuk cinta merajut janji di bawah pohon halaman belakang kediaman Kiyo. Gadis itu berjanji akan sering menyambangi kekasihnya dan itu ia lakukan selama beberapa hari, beberapa bulan, setiap hari kamis.

Selama itu, mereka membicarakan perihal masa depan yang indah. Sampai suatu ketika, Keinara datang ke rumah yang kini ditempati Lian hanya untuk menemui Kiyo. Namun telinganya mendengar suara keributan dari arah toko mebel yang berada persis di rumah tua itu.

Dan peristiwa yang tak ingin terjadi berada tepat di depan matanya. Kiyo terbunuh dengan keadaan yang mengenaskan dan jasadnya dikubur di bawah pohon. Kematian pemuda itu tentunya membuat Keinara sangat terpukul dan merasa trauma.

Saking depresinya, ia mencoba untuk melupakan semuanya hingga memori indah itu harus ia hapus agar hidupnya tenang.

Kiyo mulai memeluk dan mendekapnya dengan erat, mereka menangis bersama.

"Aku kangen kamu, Kiyo," ucap Keinara merintih.

"Aku senang kamu sudah ingat semuanya. Sekarang, apa kamu bisa bantu aku?"

Gadis pengasuh itu mengangguk. Wajah Kiyo membenam di bahunya, mulutnya mendekat ke telinga Keinara.

"Tolong katakan kebenaran ini, Kei."

Tangan Kiyo mulai mendorong tubuh kekasihnya ke dalam jurang. Semua pandangan yang dilihatnya mulai memutih.

~***~

DISUKAI JIN PELINDUNG ANAK ASUHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang